Chapter 3

10.2K 335 5
                                    

[REVISI]

----- 🎀 -----

"Wulan gak mau sekolah di situ lagi. Bahkan berteman atau pun sekolah sama dia lagi. Pokoknya Wulan gak mau lihat muka dia lagi mom, hiks... hiks.... hiks..." tangisan Wulan sama sekali tidak berhenti.

Sejak dulu. Sejak Ketty merawat putri kecilnya, Ketty paling benci dengan orang yang berani melukai putrinya. Bahkan dulu, saat Wulan menangis karena Fian, Ali, dan Faiz menjahilinya, Ketty tidak segan-segan memberi hukuman yaitu tidak diberi uang selama satu tahun dan sekarang putrinya menangis. Entah apa yang akan Ketty lakukan pada pelakunya nanti.

Tolong di kondisikan. Satu tahun tidak dapat uang jajan bagaimana?!! Jahat Anda wahai Ibu besar Ketty.

~0*0~

"Assalamu'alaikum~ Ma, Pa?! We come back!"

Tiga laki-laki tampan masuk dan mengucapkan salam dengan suara yang sangat keras. Menggema hingga kesetiap sudut rumah besar ini.

"Wa'alaikumussalam. Sstss... jangan berisik!" seru Ketty pelan. Berhubung Wulan baru saja ditenangkan.

Tidak mau mengambil resiko melihat Wulan menangis lagi, Ketty jadi memarahi ketiga laki-laki tampan itu meski dengan suara pelan yang terkesan berbisik.

Syam sudah pergi ke kantor karena ada pertemuan penting di luar negeri. Sebenarnya itu sudah tugas Syam mengurus perusahaan mereka yang ada di luar negeri, sedangkan Ketty akan mengurus perusahaan di Indonesia.

Fian, Faiz, dan Ali sedikit bingung mendapat omelan dari mamanya, tapi detik selanjutnya mereka terkejut melihat koper sang adik. Koper dengan stiker beruang.

"Lah kok--bukannya itu koper Unyu, Ma?" tanya Fian menunjuk koper yang sangat ia kenali.

"Iya, adik kamu udah pulang tadi. Dia gak mau tinggal di Bandung lagi. Jadi, kalian jangan berisik. Mama gak mau kalau Wulan bangun trus nangis lagi, ok! Atau kalian tahu akibatnya," jelas Ketty pelan namun tegas.

Sontak membuat mereka yang tadinya ingin berteriak tanda terkejut akan kepulangan adiknya itu dan juga mendengar bahwa adiknya menangis langsung bungkam, lalu buru-buru menghampiri Ketty untuk mendengar kelengkapan ceritanya.

"Bie, kenapa Ma? Dia kenapa pulang trus nangi? Siapa yang berani nangisin Bie?" Faiz mengeluarkan rentetan pertaannya.

Majalah yang sedang Ketty baca ditutup. "Ada teman yang ngecewain adik kalian. Dia nusuk putri Mama dari belakang." Ketty menjawab dengan kilat amarah.

Sampai situ saja Wulan bercerita di tengah tangisnya tadi. Mereka berteman sangat dekat, tapi temannya malah merebut milik putrinya. Ketty ingin tahu siapa nama orang itu, tapi Wulan tidak menyebutkannya sama sekali. Sehingga kemarahan itu tidak bisa dilampiaskan.

"Siapa? Siapa nama teman brengsek Incess itu? Biar Ali kasih pelajaran." Kepalan tangan Ali tak berbohong. Bahkan dua putranya yang lainpun begitu. Ya, sifat anak tidak akan jauh dari orang tuanya. Kembar wkwk.

"Wulan gak bilang, keburu tidur gara-gara capek nangis. Sebisa mungkin kalian jangan ungkit masalah ini dulu ya, tunggu Wulan cerita sendiri, mama gak mau nanti Wulan malah nangis lagi." Meski berat karena kemarahan yang tak terlampiaskan, Ketty menghela nafas pasrah.

Nerd Metropolitan ✅ [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang