[REVISI]
~0*0~
Wulan terbangun cukup pagi, dia melihat jam di atas nakas. Seketika senyumnya merekah. Entah apa yang membuatnya harus tersenyum di pagi ini, padahal semalam dia badmood.
Setelah menggeliat untuk merenggangkat
ototnya sejenak, Wulan bangun kemudian berlalu menuju kamar mandi. Selesai itu dia menggunakan pakaian simple, karena dia membutuhkan pakaian yang mudah untuk dirinya yang memang terkenal super aktiv.Karena masih terlalu pagi, Wulan memilih untuk berdiri sejenak di balkon kamar. Menghirup udara pagi dan memandangi langit pagi yang masih gelap. Cukup lama dia memandang dan menikmati suasana pagi buta itu. Sudah lama dia tidak merasakan suana sejuk seperti ini. Setelah dia rasa puas, dia memutuskan untuk memasak. Memasak lebih menyenangkan mungkin untuknya sekarang.
Selesai memasak dan makanan sudah tertata rapi di atas meja, semua penghuni vila terbangun. Entah kebetulan atau memang sengaja karena terusik oleh aroma masakan Wulan?
5:30
"Siapa nih yang masak pagi-pagi?" Bagaikan magnet yang ditarik, Fian mengikuti arah penciumannya dan sampailah dia di dapur bersamaan dengan yang lain. Mereka bahkan sama halnya seperti Fian.
"Morning semua~" sapa Wulan dengan senyum khas miliknya.
"Morning~" ucap mereka serempak.
"Tumben, pagi banget?" tanya Ratna yang hendak mencicipi makanan yang sudah tersaji. Tapi sayang sungguh sayang, harus rela dihentikan.
"Etttt... Nana gak boleh icip-icip, kalau mau makan, duduk," sanggah Wulan menjauhkan makanan yang hendak diambil oleh Ratna. Disela-sela perbincangan ringan, mereka harus terhenti karena suara bel yang menandakan bahwa tamu sudah datang.
"Siapa pagi-pagi gini datang?" tanya Wulan pensaran dan aneh.
Mana ada tamu berkunjung sepagi ini?
Semuanya mengangkat bahu tanda tak tahu. "Sebentar, kalian duduk aja dulu. Biar Wulan yang bukain pintu," sahut Wulan langsung pergi dari dapur.
"Iya, siapa?" seru Wulan sebelum akhirnya pintu terbuka dan terlihatlah, orang yang enggan untuk Wulan lihat. Dia bahkan memunculkan ekspresi benar-benar terkejut tapi berikutnya adalah kekesalan.
"Hai, boleh masuk?" sapa dan tanyanya, tapi sebelum mendengar jawaban dari Wulan orang itu masuk melewati Wulan yang masih saja terkejut. Tidak sopan.
Sadar akan tamunya yang kurang ajar, Wulan buru-buru menyusul orang itu yang entah sejak kapan sudah ada di ruang makan.
"Eh, lo! Belum disuruh masuk udah masuk aja!" marahnya.
"Lu kenapa sih, Lan? Dari semalam cuek banget sama gue?" tanya orang itu dengan santai, Wulan menatapnya tajam. Ini sudah keterlaluan menurut Wulan-karena hanya dia saja yang tahu apa maksudnya-.
"Hai, Arif," sapa Nurul di meja makan.
"Hai juga, Nurul," jawab tamu itu yang sudah dikenal namanya yaitu Arif, dia menjawab tapi tatapannya tetap pada Wulan yang terus saja memberikan tatapan tajam.
"Sini duduk, ikut makan sama kita. Lu duduk disebelah Wulan," ajak Nurul ke Arif yang dengan senang melangkah menuju kursi kosong di samping Wulan. Kesal setengah mati. Ingin rasanya Wulan mencaci maki orang di sampingnya ini.
"Arif kok gak ambil makananya?" tanya Nurul karena piring Arif masih kosong.
"Iya, gue gak bisa ambil makananya. Wulan, tolong dong."
![](https://img.wattpad.com/cover/87289975-288-k441098.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Nerd Metropolitan ✅ [REVISI]
Teen Fiction[END😘😘😘] SUDAH TERBIT Silahkan cek di online shop kalian guys. Nerd itu bukan berarti aku harus culun dan menerima semua ejekan orang-orang. Aku tidak suka ditindas. Aku tidak suka diam. Aku tidak suka kebodohan. Aku tidak suka temanku terluka. A...