Chapter 35

3.5K 144 2
                                    

[REVISI]

~0*0~

Suara ketukan pintu terdengar. Wulan berdecak kesal, baru saja ia ingin mengomeli orang yang mengganggu tidurnya, tiba-tiba ia ditarik masuk kembali lalu terdengar suara pintu terkunci.

"Kenapa sih? Kalian ganggu Wulan mau bobo aja deh, nanti kalau Wulan punya mata panda gimana?" kesal Wulan bersandar di kepala kasur dan memeluk salah satu boneka beruangnya. Teman tidurnya adalah boneka.

"Hehe jangan kesel gitu dong," ucap Fian cengar-cengir. Hah! Mereka lagi.

"Yaudah kenapa? Mau minta coklat? Sorry, Wulan gak mau berbagi," sahutnya cepat. Tuduhannya bahkan bisa mengalahkan kecepatan detiknya jam dinding yang berputar.

"Siapa juga yang mau minta coklat, kita mau tanya," ucap Ratna.

"Tanya apa? Kalau gak penting mending Wulan tidur, udah sana-sana Wulan mau bobo, hus!" usirnya dengan segera. Dia sensitif kalau sudah menyangkut-pautkan masalah tidur. Karena dia suka tidur.

"Penting kok! Penting banget malah!"

"Yaudah, apa?" Wulan mengeluh.

"Kamu benar mau ke Australia besok?" tanya Faiz langsung diangguki oleh Wulan.

"Bukannya liburan nanti? Kok besok?" timpal Ali.

"Tante Lia ada urusan, biasalah orang sibuk mah beda, liburan aja masih sibuk," jelas Wulan sedikit menaburkan bumbu kebohongan.

"Terus-terus, kok tante Lia bawa bodyguard banyak banget? Emang dia orang yang penting banget?" tanya Ratna mengeluarkan semua rasa penasarannya sejak menerima tamu berharga itu.

"Kalau dibilang penting banget, iya sih. Well, namanya juga pembisnis pasti punya musuh dimana-mana, wajar kalau tante Lia bawa bodyguard banyak di negara super padat ini," Wulan menjelaskan dengan santai sesekali menguap. Jadwal tidurnya adalah jam sembilan malam dan saat ini sudah masuk angka 10 malam.

"Tapi ini banyak banget, Lan, gue kira pak presiden datang ke rumah kita, eh pas dibuka ternyata cewek cantik yang keluar," ucap Ali mendramatisir.

"Iya, kita pikir presiden yang datang. Malah banyakan bodyguard tante Lia dari pada presiden," timpal Faiz bercanda.

"Iya sih emang bawanya kebanyakan," gumam Wulan setelah membandingkan jumlah bodyguard yang sering Lia bawa ketika di Australia dengan jumlah yang ada di rumahnya saat ini.

"Tapi ya sudah lah, itu urusan tante Lia, Wulan gak mau tahu," sambungnya menggedikan bahu cuek.

"Lu gak risih?" tanya Ratna.

Wulan menggeleng santai. "Dulu risih, tapi karena udah biasa ya udah. Ini mah enak Wulan masih bisa keluar tanpa di kawal, coba kalau di Australia, keluar sampai taman depan aja dikawal. Serasa artis tahu gak, artis aja dikasih ruang privasi kalau mau keluar sendiri, Wulan mah kagak," jelas Wulan sedikit mengeluh lalu membaringkan dirinya dengan mencari posisi sudut yang nyaman.

"Ih, serius Unyu?! W.O.W, wow! Berarti bisa dibilang hidup di istana dong," pekik Fian tak percaya tapi diangguki oleh Wulan.

"Udah lah bang, sama aja kok suasananya kayak di rumah kita. Cuma di rumah kita gak banyak bodyguardnya, kalau di rumah tante Lia banyak banget, sampai gak ada celah buat melarikan diri. Kecuali di kamar Wulan."

"Serius! Berarti kalau ada maling masuk gak bakal bisa keluar dong?" ucap Faiz.

"Ho'oh, jangankan keluar masuk aja gak bakal bisa. Kecuali masuknya barengan Wulan. Udah ya Wulan ngantuk." Sepertinya perkataan terakhir Wulan tidak didengar sampai mereka masih terus bertanya.

Nerd Metropolitan ✅ [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang