[1] Nats Willona Lacrymoza

31.3K 894 56
                                    

1:: Nats Willona Lacrymoza

"Aku hanya bisa mencoba tersenyum, walaupun sesak berusaha membungkamku. Aku hanya ingin terlihat baik-baik saja." - Nats.

Karena memang manusia dan sifat bunglonnya seperti itu, ingin terlihat baik-baik saja. Yah, walau ambyar didalam sih sebetulnya ~

Hehehe, helo.

-Just be Mine-

SEORANG pemuda dengan tubuh jangkungnya perlahan meniti satu persatu anak tangga dengan dua kakinya yang dibalut dengan sepatu bergambar bintang berwarna merah marun.

Dia bersenandung pelan sembari melanjutkan langkahnya. Di ketuknya sebuah pintu ruangan berwarna abu-abu yang di tujunya.

"El, buruan! Jangan kelamaan mandi kayak cewek aja lo!" Serunya sembari tertawa pelan.

Sahutan kencang terdengar dari dalam sana. "RIBET LO YA LAGI PAKE BAJU, SABAR!" Begitu suara cowok yang menyahut ucapannya barusan.

Cowok jangkung itu terkekeh mendengarnya. "Halah ngga usah dandan segala, buruan turun!" balasnya lagi. Hendak melanjutkan ucapannya lagi, pintu di depannya itu terbuka secara tiba-tiba.

Tatapan datar seorang cowok berambut hitam dengan tingginya yang lebih pendek lima senti darinya itu langsung menyambutnya begitu saja. Nampak cowok itu masih menggenakan kaus putih polos dengan sebuah handuk kecil yang tersampir di rambutnya yang masih nampak basah.

"Ngapain lo jam segini keramas?" tanyanya dengan nada jahilnya yang membuat cowok berkaus putih tadi mendorong wajahnya sebal.

"Masih pagi, jangan kejauhan mikirnya sayangku, cintaku, kembaranku."

Mendengar nada datar kembarannya itu membuat cowok jangkung tadi menepuk kening kembarannya itu dengan gemasnya. "Jijik, udah ah sana pakai baju, udah siang juga."

"HEH YANG NGERIBETIN DARI TADI JUGA SIAPA SIMPANSE?"

"Jangan alay." Cowok jangkung tadi tertawa pelan karenanya. "Kalau gue simpanse lo juga iya, kita kan sepaket."

Dia memutar bola matanya malas. "Bawel ya, sana bangunin adek kesayangan gue." Begitu katanya sebelum menutup pintu kamarnya dengan keras.

Cowok jangkung itu hanya menggelengkan kepalanya maklum lalu melangkahkan kakinya beberapa langkah pada sebuah pintu ruangan bercat biru pastel tepat di depan pintu kamarnya sendiri.

Tulisan tangan khas seorang remaja perempuan nampak menghiasi pintu kamar itu.

"Dek bangun!"

Tak ada sahutan membuat dia mengetuk lebih keras lagi pintu kamar itu. Beberapa kali belum ada sahutan membuatnya mencoba memutar kenop pintu ruangan itu yang ternyata tidak terkunci.

"Ck, cewek apa bukan sih adek gue?" gumamnya pelan sebelum melangkahkan kakinya masuk ke dalam ruangan beraroma manis strawberry dengan ornamen yang di dominasi oleh gambar animasi robot kucing.

Sebut saja Doraemon gitu.

Adiknya itu memang penggila kucing biru yang katanya dulu berwarna kuning itu. Heran dia, berasa masuk ke dalam kamar anak TK kalau begini.

Just Be Mine Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang