[54] Tentang Luka dan Tawa

6.9K 324 31
                                    

54 :: Tentang Luka dan Tawa

"Aku ingin bertahan. Bagaimana dengan kamu?" — Fabian.

"Lo lari gue lari. Lo makin kenceng gue tetep kejar. Tapi kalau lo emang niatnya ngejauh? Gue berhenti." — GA

"Capek tau ngga ngejar hal yang ngga pasti. Capek, udah gitu masih ngga jelas lagi endingnya bakalan gimana." — Risa.

"Gue mencoba percaya kembali. Tapi lo dengan gampangnya runtuhin semuanya. Helo hati gue bukan lego yang bisa lo bongkar pasang seenak lo." — TF

-Just be Mine-

NATS menatap Harris dengan tatapan sulit di artikan. Matanya makin berkaca-kaca dan sialnya air matanya itu terus menerus membanjiri pipinya. Kenapa setelah dia menunggu cukup lama Harris bangun dan saat itu tiba kenapa cowok itu justru melupakannya?

Rasanya sesak. Saat kalian mengharapkan sesuatu dan Tuhan memberikannya lalu ternyata itu hanya imajinasi kalian yang terlampau tinggi. Bingung? Ah sudahlah intinya begitu.

"Kamu seriusan ngga inget aku, Ris?" ulangnya sekali lagi sembari menatap Harris dengan tatapan herannya.

Harris menolehkan kepalanya lantas menggeleng pelan. "Inget? Emang kita pernah deket? Perasaan gue baru ketemu lo?" tanyanya masih dengan nada herannya.

"Kalau sama cowok yang dua tadi inget ngga kamu?" tanya Nats dengan suaranya yang mulai bergetar.

"Arsya sama Damar? Kenal lah mereka kan sahabat gue. Lo aneh ya," balas Harris sembari menggelengkan kepalanya pelan. "Lagian heran deh. Ngapa juga nangis? Gue udah salah ya sama lo?" tanyanya.

Nats makin kejer saja rasanya. Kenapa wajah Harris jadi terlihat polos-polos menyebalkan begini? Kenapa juga cowok itu hanya melupakannya saja. Sebegitu marahnya Harris dengan dia sampai dia bisa melupakannya begini?

"Kamu pacar aku. Masa kamu lupa?"

Harris mengerutkan alisnya mendengar penuturan cewek berambut cokelat gelap itu. "Masa? Kapan coba gue nembak lo?"

"Hampir tujuh bulan yang lalu. Masa lupa sih? Kamu paksa aku buat jadi pacar kamu, di koridor waktu itu. Kamu bilang 'Lo resmi jadi pacar gue. Welcome Miss Lazuardi' gitu." Nats mengusap pipinya dengan kasar. "Beberapa bulan yang lalu kita putus, kamu nembak aku lagi habis aku kecebur."

"Seriusan? Gila drama banget ya." Harris tertawa pelan sembari menggelengkan kepalanya tak habis pikir. "Ngalahin sinetron."

Nats memandang Harris dengan tatapan herannya. Kenapa sikap Harris juga berubah begini? Sejak kapan juga cowok itu berubah menjadi recehan begini? Kemana Harrisnya yang dulu dingin?

"Ris, seriusan ini kamu bukan sih?"

Mata hitam Harris manatap Nats dengan tatapan herannya. "Seriusan lah lo kira gue siapa? Demit gitu?"

"Ih, ngga gitu juga." Nats mencebikan bibirnya kesal walaupun air mata masih terus meluncur dari kelopak matanya. Menyebalkan sekali memang rasanya.

"Lo kenapa sih malah kejer? Gue ada salah sama lo?"

Nats makin jadi saja menangis mendengarnya. Kenapa begitu mudahnya melupakannya begini? "Kamu ngelupain aku, kenapa kamu santai banget sih?" ujar Nats dengan tatapan berkaca-kacanya.

Just Be Mine Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang