[45] Jujur Pada Perasaan

7.5K 359 6
                                    

45 :: Jujur Pada Perasaan

"Apa yang lebih susah ketimbang soal Fisika? Jujur pada perasaan sendiri. Itu lebih susah." - Nats Lacrymoza

"Heran deh gue. Punya teman kok ngga pekaan kayak dia. Kan gemes jadinya." - Tara Felicia.

"Gue selalu berharap dia kali ini ngga mengacuhkan hadirnya gue lagi." -Dia laki-laki

"Dalam diamku aku selalu berusaha untuk menarik perhatiamu agar jatuh padaku." - Catatan Author untuk dia, sang pecandu melodi.

JANGAN LUPA BUAT RAMAIN VOMMENTSNYA KUY😘😘

-Just be Mine-

NATS membuang tatapan matanya yang sempat terpaku pada tatapan Harris yang entah mengapa terlihat semburat sendu dalam tatapan matanya yang biasanya setajam elang itu. Cowok itu menatapnya begitu dalam seolah mengisyaratkan semburat menyesal yang ditunjukannya.

"Woy, Nats bengong aja lo." Tara menguncang lengan Nats membuat kesadaran cewek itu berangsur kembali.

Nats mendengus. "Biasa aja kali. Lagian siapa juga yang bengong?" dumelnya dengan kesal.

"Udah deh pakai segala ngga ngaku lo." Ulli mencibir. "Orang dari tadi aja mata lo ngga kedip natap si Harris."

Mendengar cibiran Ulli barusan membuat Nats memutar bola matanya malas. "Jangan sok tau loo," balas Nats sambil mencebik. "Udah ah gue gerah di sini, gue duluan ya."

Tanpa aba-aba Nats langsung memisahkan diri dari ketiga sahabatnya. Melihat itu membuat Tara berinisiatif untuk mengejar langkah kaki Nats yang berjalan cepat sekali. Seolah ingin segera menghilang dari ramainya suasana kali itu.

"Nats!" Tara berseru sembari menarik tangan Nats saat berada di dekat pintu auditorium. Cewek itu lantas menarik tangan Nats sebelum cewek itu bersuara. Tara mengajak Nats untuk duduk di salah satu bangku panjang yang ada di koridor yang sangat sepi.

Nats, cewek itu menatap Tara. Tatapan herannya yang mengarah pada cewek berambut cokelat sebahu itu. "Kenapa lagi?" tanyanya dengan nada heran.

Tara menghela napasnya pelan sebelum akhirnya cewek berambut cokelat itu bersuara. "Sampai kapan lo mau menghindar dari Harris, Nats? I mean itu ngga bakal nyelesain masalah lo dengan dia," ujarnya dengan nada serius. "Bicarain baik-baik kenapa? Ngga ada salahnya coba."

Nats mengernyitkan alisnya heran. "Tumbenan banget lo bijak, Tar. Abis kesambet dimana?" tanyanya sembari tertawa kecil. Heran saja Tara bisa seserius ini. "Ini Tara Felicia emak gue bukan sih? Kok beda ya?" kekehnya.

"Ye elo mah. Orang lagi serius malah di bercandain." Tara mendengus seraya memendam keinginannya untuk menjitak kening Nats lagi. "Tapi gue seriusan, Nats. Sampai kapan lo mau menghindar dari Harris?"

Nats mengendikan bahunya acuh. "Ya ngga tau, gue masih malas buat ngomong sama dia."

"Ya seenggaknya lo berusaha dulu. Kapan coba mau selesai masalah lo dengan dia kalau begini mulu?" Tara membalas. "Kalau menurut gue lo dan Harris itu cuma sama-sama gengsi buat bilang saling suka."

"Jangan sok tau loo." Nats membalas. "Yang bilang gue suka sama dia juga siapa?" ujarnya dengan nada kesal.

Tara mengibaskan tangannya ke udara. "Nah kan lo gengsi. Lo tuh terlalu menutup fakta tentang perasaan lo Nats. Apa susahnya sih buat akuin itu semua?"

"Ya emang ngga. Apanya yang mau di akuin coba?" Nats membalas sembari  menyelipkan rambutnya ke belakang telinga. "Lagian Harris suka sama gue? C'mon Tar dia aja cuma jadiin gue mainannya. Apa itu yang namanya suka?"

Just Be Mine Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang