[40] Luka Baru

7K 342 1
                                    

40 :: Luka Baru

"Gue benci harus mengakui bahwa ada perasaan aneh yang menyelinap dalam hati gue ketika lo mengacuhkan gue begitu aja." - Nats.

"Gue cuma takut kehilangan kata maaf dari elo." - Harris

-Just be Mine-

"STOP!" ucap Nats yang berdiri  menerobos ditengah-tengah Fabian dan Harris saat itu.

Sial, Nats berdiri berjijit setara dengan pipi Fabian ditengah-tengah kedua anak laki-laki itu saat Harris sedang mengangkat tangannya tinggi-tinggi hendak meninju pipi Fabian.

Bugh!

Terdengar bunyi yang begitu keras saat kepalan tangan Harris tadi tanpa sengaja menghantam kepala Nats saat itu. Tanpa kata sedetik kemudian Nats terjatuh dengan kepala yang sedikit mengeluarkan darah yang menetes melewati keningnya karena kuatnya tenaga yang digunakan Harris barusan.

Harris dan Fabian yang melihat hal itu terdiam. Kemudian Arsya dan Damar keluar dari kediaman mereka setelah menjaga Tiffany agar tidak melihat perkelahian kedua kakaknya, dan untung gadis kecil itu sudah tertidur sekarang.

Keduanya sama-sama melongo tak percaya saat melihat Nats tergeletak dengan kepala yang sedikit mengeluarkan darah dan Harris yang mengacak rambutnya dengan frustasi.

Harris menatap tak percaya Nats yang tak sadarkan diri dan Fabian yang tengah membantu gadis itu. Batin Harris terus berteriak untuk meminta maaf pada Nats saat ini. Bisa-bisanya dia melukai gadis itu sebegitu parahnya seperti ini. Pertama dia melukai perasaan Nats dan kedua dia juga melukai fisik Nats dalam satu hari saja. Haish, dia begitu menyebalkan.

Harris meremas tangannya kuat-kuat. Bagaimana bisa tangan ini. Tangan ini yang menghantam kepala Nats barusan. Perempuan yang berarti dihidupnya, yang mampu mengacak-ngacak perasaanya, dan mendobrak benteng pertahanannya selama ini.

Harris belum tersadar dari lamunannya saat Fabian mulai menggendong Nats yang tak sadarkan diri dibantu oleh Damar yang membuka pintu mobil berwarna silvernya tadi. Tak lama mobil itu lalu berjalan keluar dari kediaman keluarga Lazuardi dengan kecepatan diatas rata-rata. Lalu  disusul Fabian yang keluar melewati pagar rumahnya dengan motor sport birunya.

"Man, lo beneran salah kali ini." ucap Arsya sambil menepuk pundak Harris membuat anak laki-laki tersentak kaget. "Serius kalau kayak gini."

"So, what should I do now?" Harris mengatakan hal itu dengan tatapan sayunya. Dia masih begitu terkejut dengan kejadian barusan.

Arsya menatap Harris heran, "What should yo do? Lo cowok, Ris. Seharusnya lo tau, cowok pantang bilang kayak gitu. Heran kenapa jadi menye gini sih? Lo itu kan biasanya paling jago dalam hal ginian, C'mon lo itu kapten basket apalagi panglima perang, masa masalah cewek gini ngga bisa, ck."

Harris menghembuskan napasnya kasar seraya mengacak rambut hitam pekatnya dengan frustasi. "Ngertiin gue napa? Gue lagi bingung sekarang! Gue harus gimana?" ujarnya kesal.

Arsya menepuk pundak Harris lagi. "Gue tau, Ris gue tau. Lo seharusnya tau apa yang harus lo lakuin. Minta maaf ke dia. Just simple."

"Maaf aja ngga cukup, Sya. Gimana kalau Nats ngga mau maafin gue? Goblok banget," balasnya sembari memejamkan matanya pelan.

Arsya menggeleng pelan lalu merangkul pundak Harris. "Nats cewek yang baik, yang penting lo minta maaf dulu. Perkara ngga dimaafin itu masalah nanti." ucapnya. "Yasudah gue balik dulu. Tenangin diri lo dulu, gue tau lo ngga mau diganggu kalau lagi kayak gini."

Just Be Mine Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang