[39] Hati yang Terluka

7.3K 345 3
                                    

39 :: Hati yang terluka

"Jatuh dari tangga aja ngga enak, apalagi jatuh cinta sendirian. Lebih ngga enak." - Nats

-Just be Mine-

"LO makan enak amat ya, bungkusnya buang dimana-mana, beresin, si bibi itu dibayar nyokap bukan buat ngeberesin sampah lo," omel Harris sambil menatap kearah Arsya yang tengah cengar-cengir tanpa mengidahkan pernyataannya barusan.

Harris mendengus karena hal itu. "Dateng-dateng kerumah gue bukannya bawa makanan malah minta makan, numpang nginep, ngerampokin isi kulkas gue lagi, untung temen gue lo."

Arsya yang mendengar hal itu hanya terkekeh pelan sambil melempar kacang panggangnya keatas lalu dengan gaya songongnya membuka mulut lebar-lebar untuk menangkap kacang lemparannya tadi.

"Ngoceh mulu lo kayak burung beo. Tumben. Biasanya lo bodo amat soal ginian, kenapa? Ketularan bawelnya Nats ya lo?" ledek Arsya sambil menatap Harris yang tengah berkutat dengan ponselnya.

"Ngga juga." balas Harris sambil menyadarkan tubuhnya pada kepala king zizenya lalu sibuk dengan ponselnya lagi.

Arsya yang mendengar hal itu hanya diam saja sambil membuka bungkus ketiga snacknya dengan santai. "Btw lo kemarin habis ngedate sama bebeb Nats ya?" ledek Arsya.

"Cuma jalan biasa doang."

Arsya tertawa pelan mendengar balasan Harris barusan. "Halah. Sok iye lo," ucap Arsya sambil melemparkan bantal yang berada diatas sofa disudut kamar Harris ini tepat mengenai anak laki-laki itu.

Harris mendengus karena hal itu. "Kampretlah, Sya."

Arsya hanya mengendikan bahunya acuh sambil melemparkan snack kentangnya tadi ke udara dan dengan gaya songongnya menangkapnya dengan mulutnya yang terbuka lebar.

Beberapa menit suasana hening diantara keduanya. Arsya yang sibuk dengan pemikirannya dan Harris yang dengan santainya tengah sibuk dengan ponselnya yang terus berdenting pelan karena ocehan Gallen disana yang membuatnya sebal. Apalagi kalau bukan Naomi? Sama apa yang dikatakan oleh Damar beberapa hari yang lalu.

Harris jengah saja membahasnya.

Merasa jengah Arsya lalu perlahan mendekati Harris yang tengah bersandar di kepala king sizenya dengan santai tidak berkutat dengan ponselnya lagi.

Keduanya lalu duduk berdampingan dengan posisi yang sama menyilangkan tangan didepan dada dan menatap kearah langit-langit kamar Harris yang berwarna putih.

"Lo lagi ada masalah sama Tara?" tanya Harris sambil menoleh kearah Arsya.

"Gue emang selalu ada masalah kali sama itu cewek," kekeh Arsya dengan pelan. "Lo sendiri gimana sama Nats?"

Harris mengernyit heran. "Kenapa harus Nats?"

Arsya tertawa lebar kali ini mendengar pernyataan Harris barusan, "Ya emangnya lo mau siapa lagi? Lo tuh suka ya tinggal bilang suka ngga usah belagak ngga suka gitu, pake segala ngelak lagi," ucap Arsya sambil menaik turunkan alisnya. "Lagian lo berdua udah pacaran juga ngapain pakai gengsi segala sih? Masa iya pacaran ngga ada kata cinta bullshit."

Just Be Mine Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang