[2] Harris Arlando Lazuardi

19.6K 710 50
                                    

2:: Harris Arlando Lazuardi

“Nakal boleh, bego jangan. Don't judge book by it's cover right?”

Karena yang kelihatan dari luar bisa jadi bukan mewakili segala sesuatu yang berada dibaliknya.

-Just be Mine-

MATAHARI dengan tenangnya mengejek Nats dengan terus merangkak naik menunjukan pesona hangatnya saat ia baru masuk ke dalam mobilnya tadi.

Jarum jam juga ikutan berkompromi dan menegaskan jika dia bakalan terlambat lagi hari ini. Sungguh menyebalkan membuatnya harus berpacu dengan waktu dan pedal gas mobilnya begini ditengah padatnya jalanan ibu kota di jam sekolah.

Salahnya sendiri tidak bergegas dari tadi. Tapi biarlah, sudah terlanjur juga. Dia masih saja agak mengantuk karena jam tidurnya yang hanya sebentar semalam. Pemotretan untuk sampul majalah dan beberapa artikel membuat jam tidurnya terus terpotong.

Semalam saja dia baru saja selesai dengan sinar blits kamera pukul satu dini hari. Melelahkan memang, tapi Nats suka saja menjalaninya. Dunia model adalah passionnya sedari dulu. Gen yang sepertinya diwariskan dari Giselle.

Gadis itu tak hentinya mencibir kelakuan dua kakak kembarnya yang menyebalkan tadi. Menyuruhnya bergegas tapi tetap saja ditinggal. Menyebalkan memang.

Kelakuan Al dan El memang semenyebalkan itu, mereka hobi sekali membuatnya mengomel seharian dan kesal begini. Heran, padahal mereka masih punya waktu saja merecokinya ditengah jadwal padat keduanya yang mulai merambah dunia akting itu.

"Ngga bisa apa sehari ngga ngusilin gue?!" ujarnya dengan sebal. "Gue sebar kelakuan absurd mereka ke infotaiment baru tau rasa!"

Kadang dia memang sesebal itu pada kedua kakak kembarnya. Tapi tidaklah kalau sampai melakukan hal itu didepan media—apalagi sampai menyebarkan hal buruk tentang keduanya. Tidak, Nats masih menyayangi keduanya. Al dan El itu masih kakaknya yang sebenarnya peduli dan sayang padanya.

Tanpa sengaja mata tedunya menatap jam tangan berwarna putih dipergelangan tangannya. Sialnya, waktunya hanya tinggal sepuluh menit lagi sebelum bel masuk berdering nyaring dan gerbang sekolahnya ditutup.

Segera saja dia menginjak pedal remnya, memacu mobilnya lebih cepat lagi. Tak hentinya orang orang meneriakinya dengan sumpah serapah karena gaya berkendaranya yang ugal ugalan.

Persetanlah dengan semua itu yang penting dalam pikirannya saat ini adalah sampai di area sekolah dengan selamat tanpa harus menerima gertakan dari guru kesiswaannya itu.

Gadis itu mendesah lega saat pintu gerbang Bibang itu sudah terlihat didepan matanya dengan cepat Nats memacu mobilnya menembus ke dalam area sekolahnya membuat satpam yang akan menutup pintu gerbang terlonjak.

"Fiuh, aman." Nats lega saat mobilnya sudah berada di area sekolah. Tepat saat bel masuk berbunyi yang artinya ia akan selamat dari hukuman.

Refleks kegirangan membuatnya tanpa sengaja menekan pedal gas mobilnya. Terkejut membuatnya segera memutar kemudinya. Tapi keputusannya itu nampak disesalinya sekarang. Sesuatu yang membuat Nats merasakan bagian depan mobilnya menabrak sesuatu dari besi yang cukup keras menimbulkan bunyi.

"Astaga..." gumam Nats sambil memajukan kepalanya kearah dashboard mobilnya dan mendapati sebuah motor sport putih tergeletak tepat didepan mobilnya.

"Mampus gue," desisnya.

-Just be Mine-

SEMENTARA itu dikoridor sekolah, nampak tiga orang siswa berjalan bersisihan dengan gaya mereka yang 'agak' urakan. Tanpa peduli banyak tatapan yang mengarah pada mereka menjadikan mereka sebagai pusat perhatian. Hal yang wajar menurut mereka.

Just Be Mine Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang