[47] Alasan Kita Putus

7.2K 358 3
                                    

47 :: Alasan Kita Putus.

"Gue akuin kali ini jika gue benaran sudah jatuh dalam pesona dia." - Dia perempuan.

"Gue sudah lelah kali ini. Apalagi mengejar sesuatu yang tidak pasti, so boleh kalau gue memutuskan berhenti?" - Dia laki-laki.

"Dia dingin kayak es batu, cuek kayak bebek, tapi herannya dia menjadi alasan di balik debaran jantung gue. Dan lebih gila lagi dia yang menjadi tema dalam cerita ini." - Natchadiary (Curhatan author 2017)

-Just be Mine-

"INI seriusan lo bawa gue kesini lagi?" Nats menatap tak percaya hamparan gedung pencakar langit yang terlihat memukau dari atas ruko kosong berlantai lima yang menjadi pijakannya saat ini.

Harris tersenyum. "Katanya lo ngga mau pulang, bego dih." Balas Harris dengan nada santainya sembari menghempakan tubuhnya di sofa yang sudah usang di tengah-tengah rooftop gedung itu.

Nats mengerucutkan bibirnya sebal, cewek itu mengikuti Harris yang duduk di sofa tadi. "Jahat banget ngatain gue bego masa." ujarnya sembari membenarkan letak jas hitam Harris yang berada di pundaknya saat ini.

Beruntung juga bajunya sudah agak kering tadi menggunakan penghangat pada mobil Harris. Sementara Harris mengganti kaus abu-abunya dengan kemeja biru yang berada di mobilnya. Malam ini rumahnya sepi, maka dari itu Nats meminta agar Harris tidak mengantarkannya ke rumah dulu.

"Faktanya."

"Iya faktanya gue bego?" tanya Nats yang membuat Harris dengan santainya menganguk. "Dan lo lebih bego berarti ya suka sama orang bego kayak gue." Ledek Nats dengan nada jahilnya.

Harris mendengus lantas menepuk pelan puncak kepala Nats. "Iya ya gue juga bego banget udah bikin luka kayak gini di kepala lo," balas cowok itu sembari mengusap pelan luka yang sudah mulai menguar dan meninggalkan bekas baret di sana.

"Ya lo dan kebegoan lo itu, sakit tau." Nats mendengus pelan lalu terkekeh setelahnya. "Tapi nilai plusnya gue jadi tau sekuat apa pukulan pentolan bad boy Bibang."

Harris mengacak rambut Nats dengan gemas yang menbuat cewek itu terkekeh pelan. "Udah ngga marah lagi sama gue ya?" ledek cowok itu.

"Enak aja, gue masih marah tau ngga sama lo." Nats mendengus. "I mean ngga segampang itu maafin orang, kayak apa yang biasa gue baca di skrip, baca naskah ataupun novel. Ini kehidupan nyata gue, dan kenyataannya gue masih sakit."

Harris terdiam. Tertohok mendengar nada suara Nats barusan. Ada buncahan kecil yang muncul pada hatinya. Perasaan menyesal telah melukai gadisnya. "Ya gue tau."

Nats tersenyum tipis. Lalu menepuk pelan bahu Harris. "Gue emang belum maafin lo, Ris. But, gue coba buat maafin lo. Second chances maybe?"

Mendengar perkataan Nats barusan membuat Harris menoleh, menatap mata Nats dalam-dalam. "Seriusan lo?"

Cewek yang menggenakan jas kebesaran di bahunya itu menganguk. "Kenapa engga? Lo udah minta maaf ke gue berapa kali, terlebih waktu lo datang ke rumah gue pagi itu." Nats terkekeh pelan yang membuat Harris membulatkan matanya terkejut. "Ya gue dengar semua, semuanya, Ris. Gue ngga tidur waktu itu."

Harris menggelengkan kepalanya pelan lalu terkekeh. "Lo jahil ya ternyata, anjir gue loser banget waktu itu," balasnya sembari tertawa pelan menyadari kebodohannya sendiri.

"Ngga ada loser yang mau ngakuin kesalahannya," ucap Nats sembari tersenyum menatap Harris. Lama keduanya bertatapan, menikmati angin malam yang membelai lembut wajah masing-masing.

Just Be Mine Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang