48,5 :: Side Story- About Harris
"Boleh gue mengaku nyaman dengan elo?" - Harris Lazuardi.
"Too." - Nats.
"Aku benci mengakui jika benci yang selama ini terpupuk kian terkikis menjadi rasa yang menguar ke permukaan." - Natchadiary
-Just be Mine-
"TAPI gue mau bilang would you be mine?" Hening di temani angin malam yang dengan genitnya membelai pipi Nats yang tanpa sadar membumbungkan rona merah tipis di sana.
Iya hanya mendengar sederet kalimat Harris barusan yang sukses membuat jantungnya berdegup kencang membuat aksaranya seolah tertahan di ujung lidah dengan darah yang berdesir menyalurkan getar dalam nadi. Ya begitulah ungkapan hiperbolis yang ingin di ucapkan Nats. Tapi ya tengsin lah, bok.
Nats masih saja terdiam menatap Harris yang juga balas menatapnya. Beberapa menit yang lalu cowok itu yang menjungkir balikan hatinya, membuatnya membumbung tinggi, membuatnya jatuh lalu membuatnya kembali terbang perlahan.
Harris tersenyum tipis menatap Nats yang masih terkejut di depannya. "Hello please gue lagi ngajak omong orang bukan patung." Cowok itu bermonolog dengan nada dramatisnya yang sengaja ia contek dari kids jaman now yang lagi bikin vlog.
Mendengar nada suara Harris barusan membuat Nats refleks tertawa. "Ya ampun Harris lo itu ngecoba ngelawak tapi kenapa wajah elo sangar banget sih." Dengan sengaja di tepuknya pipi cowok tampan itu dengan pelan. "Beku banget sih."
Harris lagi-lagi mengangkat satu sudut bibirnya membuat Nats perlahan tersenyum melihat bagaimana kadar ketampanan cowok itu yang meningkat drastis walau hanya dengan satu sudut bibirnya yang terangkat mengulas senyuman.
"Percaya ngga kalau es yang beku aja bisa cair. Sama halnya dengan gue, setiap detik waktu yang gue coba rangkai dengan elo bisa perlahan membuat sisi lain gue terkuak. Lepas dari sifat yang selalu coba gue tanam selama ini. Beku." Harris membalas sembari menggenggam tangan Nats yang masih setia berada di atas pipinya.
Lagi dan lagi Nats di buat bingung dengan rentetan aksara yang baru saja di retas oleh Harris. Mengisi sunyinya malam yang mencoba mengusik kenyamanan mereka. "Ris, gue bingung, suer deh."
Harris menghela napasnya. "Ngga usah bingung cukup coba pahami aja, bisa?" tanyanya dengan nada kelewat lembut apalagi tatapan tajamnya yang perlahan menguarkan sendu dalam bayang teduh iris mata di hadapannya.
Masih dengan gurat ragu yang terpatri pada wajahnya Nats perlahan menganguk. "Okay ceritain aja, anggap gue sebagai teman lo bukan sebagai cewek yang baru aja marah sama lo. Ngalir aja, gue bakal coba pahamin." ujarnya sembari tersenyum hangat.
Melihat senyum itu membuat secercah perasaan hangat menguar pada batinnya yang selama ini terlampau sulit di jangkau langkah khatulistiwa yang membuatnya terjebak dalam gumpalan salju bulan Desember yang perlahan menghilangkan sudut garis hangat. Dan kali ini perlahan gumpalan salju yang memperangkap beku akhirnya menguarkan dingin yang membelenggu.
"Lo tau ngga apa alasan gue selama ini kelewat benci dengan Gavin?"
-Just be Mine-
About them, 10 years ago.
"FABIAN, Harris buruan ayo turun. Om Allard udah nungguin. Jadi ikut ngga?" Suara Jonathan nampak menyapa suasana hangat yang terbentuk dalam kamar bernuansa ruang angkasa yang luas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Just Be Mine
Teen FictionJust Be Mine "Just stay here don't go"- a teen fiction by Natchadiary Alur kehidupan Nats, seorang model yang tengah menjadi perbincangan hangat remaja dimedia social berubah saat dirinya bertemu dengan Harris, ketua badboy Bibang dengan sejuta aura...