[62] Berdamai dengan Lara

5.8K 298 20
                                    

62 :: Berdamai dengan Lara

"Berdamai dengan luka dan lara itu emang sulit. Tapi lebih sulit lagi kalau lo cuma diem aja, ngga berusaha nyelesain tapi berharap semuanya selesai gitu aja." - Harris Lazuardi.

"Hubungan tanpa dilandasi kata percaya itu sama aja dengan bullshit." - Nats Lacrymoza.

Maaf udah lama ngga update :))

Makasih kalau masih ada yang nunggu cerita ini sampai sejauh ini.

Vote sama komennya jangan lupa ya, yuk sama sama menghargai dan berusaha.

Fighting!!

So, enjoy sama mereka ya. Saranghae ❤

-Just be Mine-

SUASANA dalam ruangan itu hanya hening yang mendominasi sementara ketiga pemuda itu hanya saling tatap, seolah enggan siapa yang memulai.

"Ck, buruan. Lo diem, gue cabut."

Harris berdecak sebal karenanya. Ditatapanya sosok Gavin dengan tatapan datarnya. "Ngga usah sok ngegas."

"Lo duluan goblok, nyamperin gue. Ada apaan? Ngajakin war lagi?"

Baru saja Harris akan menyahut ucapan pedas Gavin dengan yang lebih pedas lagi, Fabian sudah menahannya saja.

"Sabar," gumamnya sembari menepuk pundak adiknya itu. "Oke, gue sama Harris kesini cuma mau lurusin apa yang udah terjadi diantara kita berempat selama ini."

Mendengar kalimat Fabian barusan membuat Gavin tersenyum miring. "Ngga ada yang perlu diselesain gue rasa, ngga ada yang memulai, dan ngga ada yang mengakhiri."

"Lo kapan sih, berpikiran dewasa, Vin?"

Perkataan Harris dengan nada serius lengkap dengan tatapan mengintimidasi barusan refleks membuat Gavin yang semula menatap Fabian menjadi menatap pemuda bermata hitam pekat itu.

"Apa?" ujarnya kembali.

Harris mendengus mendengarnya. "Ngga udah belagak budeg, gue tau lo denger apa kata gue barusan," ujarnya dengan nada cuek. Malas sebenarnya menanggapi racauan musuh bebuyutannya itu.

"Kalem, Ris." Lagi Fabian menepuk bahu Harris yang sudah mulai naik turun karena menahan emosinya.

Gavin terdiam di tempatnya, mendengar Harris kembali memanggilnya dengan sebutan 'Vin' barusan membuatnya kembali terlempar pada kenangan masa lalu mereka.

Lebih tepatnya pada kenangan saat mereka masih bersahabat dulunya.

"Apaan sih, goblok. Receh banget."

Suara Damar terdengar tertawa paling kencang saat mendengar kalimat tidak bermutu dari seorang Arsya barusan. Sementara Gavin dan Harris hanya menyaksikan itu sembari tertawa pelan.

"Temen lo, Ris."

Harris mendengus lalu menepuk kepala Gavin pelan. "Sahabat lo, Vin."

Just Be Mine Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang