[28] The Spontaneous Date

8.3K 371 25
                                    

28 :: The Spontaneous Date

"Ketahuilah kamu jika aku memang paling hebat dalam hal berpura-pura baik, bahkan mencintai tanpa dicintai."- Larissa Claudya

"Pertanyaan gue adalah haruskah gue melepaskan gadis yang gue cintai atau mempertahankan gadis yang jelas-jelas mencintai gue?" - F.

Baca sampai author note ya! Wajib hukumnya 😉

-Just be Mine-

F

ABIAN melangkah keluar dari dalam ruang kesehatan dan menyandarkan tubuhnya yang terasa lelah pada kokohnya dinding di koridor dekat dengan ruangan putih itu.

Mendengar ketika alasan Risa saat di tanyakan oleh petugas kesehatan alasan kenapa dia bisa demam, cewek itu membalas jika dia semalam nakal bermain hujan di depan rumah. Otomatis membuat petugas kesehatan sekolahnya itu mengomel pada cewek berambut hitam sebahu yang sedari tadi hanya cengar-cengir itu.

Itu semua bohong, ya walaupun tidak seluruhnya. Fabian tau, Risa semalam kehujanan saat berlari meninggalkan dirinya di sekolah, dan bodohnya Fabian enggan untuk sekedar mengejar Risa menembus dinginnya hujan di tengah malam yang merangkak. Egois memang.

"Bego banget," ujarnya sembari memejamkan matanya lalu mengetukan kepalan tangannya pada keningnya. "Fab, bego banget sih lo."

Melihat Fabian yang tengah bergumam sendirian di koridor dekat UKS membuat Gabriel yang semula ingin ke arah kantin jadi menghentikan langkahnya dan menghampiri Fabian.

"Lo emang bego sih, man." ledeknya sembari menepuk bahu sahabatnya itu yang membuat Fabian berjingkat kaget karenanya.

Cowok itu menatapnya tajam. "Heh sipit ngagetin aja lo, salam dulu kek."

"Lah habis gue lihatin lo kayak lagi frustasi gitu, kenapa?" tanyanya heran. "Cerita coba."

"Ngga ada apa-apa, gue lagi pengen sendiri aja," ucap Fabian sembari mengulas senyuman tipisnya.

Gabriel menghela napasnya pelan. Mengerti jika Fabian butuh privacy, Gabriel hanya bisa mengangguk. Hak Fabian untuk tidak menceritakan masalahnya di sini. "Oh ya Fab, lo semalam ketemu sama si Risa ya?"

Mendengar pertanyaan Gabriel barusan membuat Fabian membulatkan matanya. "Hah?!"

"Lihat respon lo yang kaget gitu pasti bener kan apa yang gue tanyain barusan?" Gabriel mengulas senyuman meledeknya. "Tapi kok dia kayak nangis gitu? Lo apain anak orang gitu?" tanyanya.

Fabian mendengus kesal. "Sok tau lo," ujarnya. Lagian herannya bagaimana bisa Gabriel mengetahui mengenai kejadian yang terjadi semalam itu.

"Bukannya sok tau, tapi gue emang tau Fabian Lazuardi."

"Tau dari mana lo?"

Gabriel menghela napasnya pelan lalu menepuk bahu Fabian. "Gue semalam habis dari rumahnya si Ares, tau sendirikan rumahnya Ares deket sekolah. Ya you know lah, gue lihat Risa berdiri di gerbang depan sambil nangis mana hujan lagi, gue ajak bareng lah, eh dianya ngga mau. Terus gue lihat si kuning lo parkir di depan halaman. Ada yang ngga beres pasti," terangnya panjang lebar.

"Kok ngga lo anterin pulang sih, Pit?"

"Dianya ngga mau deh seriusan, gue tungguin lah sampai dia akhirnya di jemput sama Tara kalau ngga salah." Gabriel membalas. "Kasian gue sama dia, Fab. Lo apain coba?"

"Ngga gue apa-apain anjir."

"Halah bohong. Masa dia nangis sendirian sementara ada lo juga disana, idih pasti lo tolak lagi ya?"

Just Be Mine Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang