[27] Lapangan Basket

8.8K 404 20
                                    

27 :: Lapangan Basket

"Jangan datang jika unjungnya pergi, jangan memulai jika ujungnya mengakhiri,
dan jangan peduli jika ujungnya tak bisa memberi lebih.
Karena aku sedang malas berteman dengan harapan." —Fransisca Nida

"Sekarang aku sedang mengitung berapa presentase aku bisa merengkuhmu, disaat banyak orang tak pernah menganggapku serius." Damar Devandra

-Just be Mine-


NATS kini tengah duduk sambil membawa botol minuman dinginnya. Sedangkan Ulli, Nida, dan Tara sudah berteriak-teriak tak jelas. Dasar berisik.

Risa? Gadis itu akhir-akhir ini sering menghilang entah kemana, bersama Fabian mungkin?

Di hadapannya memang tengah berlangsung pertandingan final basket SMA Bina Bangsa dengan SMA Garuda Nusantara memang, sekolah Nats dulu. Jadi tak heran jika banyak siswa dari Garuda Nusantara atau Ganas yang dikenalnya. Ya, sekedar reuni kecil-kecilan, begitu katanya.

"Temen-temen lo ganteng-ganteng ya? Kenalin dong sama Taraunyu ini," ucap Tara sambil menunjuk salah satu anggota tim basket Ganas yang mempunyai postur paling tinggi yang tengah mendrible bola.

Nats memutar bola matanya malas. "Idih! Ganjen. Kenalan sendiri dong." Padahal dia tau siapa yang dimaksud Tara, namanya itu Keano, kapten basket Garuda Nusantara. Mantannya teman sekelasnya dulu.

"Ngga apa dong kali aja dia naksir sama gue gitu," balas Tara sambil terkekeh. "Aww! Apaan sih, Ul? Sakit tau," ucap Tara karena mendapat cubitan Ulli diperutnya.

Ulli tersenyum di sebelahnya. "Ngga inget udah punya suami apa lo?" Ulli terkekeh melihat wajah kesal Tara.

"Suami pala lo peyang, Ul. Pacar aja bukan," sungut Tara kesal.

Nida yang mendengarnya tertawa. "Oh..jadi lagi nunggu kepastian dari bang Arsya nih?" Goda Nida sambil menaik turunkan alisnya.

"Najis," balas Tara acuh. "Nats, lo ngga semangatin pacar lo apa?" Tara memang sengaja mengubah topik pembicaraan, dan kebetulan Nats dari tadi hanya diam, belum berteriak heboh sama seperti mereka.

"Idih! Nylamur-nylamur (mengalihkan topik pembicaraan, gampangnya) mulu lo," balas Nats acuh.

"Iya, lo pacarnya maen malah diem aja." Gallen mencibir Nats sambil menjulurkan lidahnya. "Apaan lo."

Nats mendengus mendengarnya. "Suka-suka gue dong. Kok elo yang ribet, emang nanti kalo tenggorokan gue sakit lo mau nanggung apa?" Nats mendumel panjang lebar pada Gallen, entah mengapa rasanya tubuhnya sedang tak enak saja untuk berteriak.

Gallen mencebikan bibirnya mendengar kalimat sinis Nats barusan. "Buset, ngga ceweknya ngga cowoknya galak bener," cibir Gallen.

"Kayak cewek lo ngga galak aja," balas Nats kesal mengingat kelakuan Naomi yang saat ini tengah dekat dengan makhluk astral disebelahnya ini, Gallen.

Nida yang mendengarnya jadi pusing sendiri. "Ish! Ngapain pada ribut, sih? Mending semangatin pacar lo aja Nats," ucap Nida yang jengah dengan debat Nats dan Gallen yang sama-sama keras kepala dan bawel kayak burung beo.

"Semangat Bibang!" Suara kecil Nats akhirnya keluar yang langsung mendapat pukulan dari Nida di bahunya.

"Bego, dih! Mana kedengeran Nats? Kurang keras," cibir Nida.

"SEMANGAT BIBANG!"

"Khusus buat Harris mana, Neng?" Nida mulai kesal dengan Nats yang hanya berteriak setengah-setengah.

Just Be Mine Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang