Di dalam rumah begitu hening. Hanya ada suara tanganku yang bergerak membuka lemari lalu mengambil kotak P3K berniat mengobati luka lebam di wajah kedua suamiku. Chanyeol beranjak dari hadapanku dan mengambil sendiri obat merah, alkohol, dan kapas lalu mengobatinya di sudut ruangan. Pria itu duduk di sofa sambil menghidupkan televisi tanpa menghiraukan keberadaan Baekhyun dan aku. Aku hanya bisa menghela nafas.
Luka lebam yang ada diwajah Baekhyun aku obati dengan berhati-hati karena terkadang aku tidak begitu menyadari sentuhanku pada lukanya sedikit kasar. "Pelan-pelan Hyun-ah, ini sangat sakit!" rengek Baekhyun kemudian cemberut. Haha sikapnya yang seperti ini sangat aku rindukan.
"Baiklah, tapi kau harus ingat aku ini bukan budakmu!" jengkel ku. Baekhyun mengangguk pelan dan memajukan wajahnya hingga membuat tubuhku sedikit tertarik ke belakang, tentu karena aku ingin menghindarinya.
"Aku tahu kau ini istriku, tapi tugasmu memang ditakdirkan melayaniku nona Byun--"
"Ya!" Aku dan Baekhyun sama-sama terperanjat mendengar teriakan Chanyeol sebagai tindakan protesnya. Mulutnya kini sibuk berkomat-kamit. "Untukmu Baek, jangan ulangi lagi memanggil Joohyun dengan sepihak. Jika kau ingin memanggilnya panggil dia dengan PARK BYUN JOOHYUN!" Aku tertawa geli melihat pertengkaran di antara mereka yang berjalan cukup tenang. Bahkan dalam hal ini tidak cocok dikatakan sebagai pertengkaran, hanya saja ini merupakan sebuah perdebatan kecil yang akhirnya dapat membuatku tertawa lepas.
Melihat wajah mereka mendengus dengan hidung kembang kempis seperti itu membuat tawaku meledak-ledak.
"Oh iya, masalah aku pergi dari rumah itu semuanya berawal dari kejenuhanku karena sedikit gerah melihat tingkah laku kalian yang setiap hari bertengkar memperebutkan aku. Cara kalian bersaing itu terlihat seperti anak-anak, jika ingin mendapatkan aku seutuhnya sudah pasti tidak mungkin karena suamiku ada dua." Didepan mereka aku seperti mendongeng bahkan aku mengangkat jariku membentuk angka dua ketika menyebutkan 'suamiku ada dua'.
Ternyata bersikap imut di depan keduanya membuatku tidak aman, mereka mulai memperebutkan aku sebagai guling yang dipeluk kesana kemari, yeah beginilah jika berada di rumah setiap malam harus di lempar seperti barang hingga pada akhirnya aku tidak bisa tidur nyenyak.
"Hentikan!" pekikku dan berhasil menengahi aksi keduanya yang hendak memelukku. Ketika melihat keduanya tertawa lepas membuat keningku mengerut, ternyata penampilanku sudah tidak berbentuk lagi. Lebih tepatnya mereka menertawakan rambutku yang bentuknya tidak karuan.
"Ah, iya. Sekarang kau yang tidur diluar!" ujar Chanyeol sambil menunjuk Baekhyun dengan tatapan mengejek. "Kau tidak akan bisa menebak apa yang akan aku lakukan pada Joohyun malam ini," bisik Chanyeol tepat di telinga Baekhyun disertai seringaian kecil. "Ya! Jika kau berani menyentuh Joohyun maka aku akan membunuhmu!" ujar Baekhyun menggebu-gebu.
"Itu hakku sebagai suaminya," ujar Chanyeol tenang lalu menatap Baekhyun sengit. Baekhyun mendelik ke arah Chanyeol, "Aku juga suaminya!" katanya jengkel dan ikut menatap Chanyeol sengit. Namun tatapan keduanya berubah linglung dan mereka sama-sama menggaruk tengkuk masing-masing. Sambil menelan ludah.
"Kudrat Joohyun hanya untuk satu-satunya!" gerutu Chanyeol. Wajahku beserta wajah mereka sudah memerah seperti kepiting rebus. Kenapa perdebatan ini pada akhirnya mengarah pada hubungan yang mengerikan? Sungguh menggelikan.
"Jika belum di coba mana akan tahu hasilnya," balas Baekhyun mendesis pelan. Wajahnya tampak begitu tenang.
Perkataannya begitu vulgar, mendengar itu membuatku bergidik ngeri memikirkannya.
Lalu aku terperanjat ketika tatapan kedua elang itu menatapku intens dari ujung rambut hingga ujung kaki.
Dengan gerakan secepat kilat aku melompat dari kasur, mengambil satu bantal dan memeluknya di depan dada. "Aku belum siap! Lagipula kita masih kuliah, jadi--" Sial, aku menjawabnya gugup setengah mati hingga terbata-bata seperti ini, alhasil aku lupa ingin mengatakan apa.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Best Choice [✔]
FanfictionSebelumnya aku tidak pernah membayangkan di waktu beranjak dewasa, aku akan mendapatkan hadiah pernikahan yang sulit. Bukan pernikahan normal seperti hal biasanya di lakukan dua orang insan yang saling mencintai, bahkan aku tidak bisa memberikan cin...