You're The Apple Of My Eyes.

1.3K 136 6
                                    

Ini nyaman sekali setelah Baekhyun memangku tubuhku kemudian memeluk erat tubuh yang tidak mampu lagi melanjutkan hidup ini. Aku benar-benar depresi, rasanya di pikiranku hanya ada keinginan untuk bunuh diri.

Setelah bertemu dengannya dan dia menyambutku dengan sikap hangatnya, rasa benci itu terpendam begitu saja. Akan tetapi aku bersyukur disaat batinku tertekan Baekhyun datang tepat waktu.

"Bagaimana kabarmu?" Kurasakan tangan pria itu mengusap rambutku.

Aku yang lemah ini berusaha untuk menahan tangis, namun rasa sakit yang kurasakan selama tidak ada Baekhyun disisiku memaksaku untuk mengungkapkan segalanya pada pria itu.

"Dia sangat kasar padaku," ujarku tertahan dan tanpa sadar menitikkan air mata penuh luka selama ini. Aku mulai terisak keras karena tidak tahan harus mengingat satu per satu peristiwa pilu yang aku alami saat Baekhyun pergi.

Tubuhku bahkan berguncang hebat menahan rasa sakitku.

Dengan cepat Baekhyun membuatku berhadapan dengannya. Mata pria itu terlihat berkaca-kaca, "Apa dia telah memperlakukanmu dengan tidak benar?" paniknya sambil mencengkeram kuat pundak ku untuk menahan emosinya.

Kepalaku mengangguk pelan, "Lebih dari itu dia menyakitiku." Kemudian aku memeluk tubuh Baekhyun erat.

"Apa dia--" ujar Baekhyun tidak sanggup melanjutkan perkataannya. Aku yang seolah-olah mengetahui pikiran pria itu akan mengarah pada kejadian malam itu, akhirnya membuka pembicaraan.

"Dia sudah melakukannya, Baek. Dia melakukannya dengan kasar dan tidak berperasaan. Tubuhku rasanya sakit sekali," isakku seolah tidak mau berhenti memeluk tubuh Baekhyun.

Lengan Baekhyun melepas lembut lenganku yang memeluk pinggangnya erat. Dia tatap mataku lama kemudian jemarinya menangkup kedua pipiku dan jari jempolnya mengusap kedua mataku

"Maafkan aku, semua ini salahku," sesalnya berulang kali.

"Jika bersamanya terus aku benar-benar akan mati," ujarku pilu membuat Baekhyun terhenyak ditempatnya seraya menggelengkan kepalanya seolah-olah menyuruhku untuk tidak berbicara demikian.

"Kau akan hidup bahagia bersamaku," ujar Baekhyun lirih. Air mata Baekhyun yang jatuh di pelupuk mataku membuatku semakin merasa merindukannya.

"Aku percaya kau akan membebaskan ku dari penjara itu," ujarku sambil tersenyum tipis dengan wajah sembabku.

"Jangan mengkhawatirkan hal ini terlalu larut," titah Baekhyun sambil mengusap lembut puncak kepalaku.

"Tapi aku tidak mau kembali ke sana."

Baekhyun tersenyum tipis seraya mengangguk-angguk. "Kau harus tetap bersamaku dalam beberapa hari karena kita akan bersenang-senang."

Percakapanku dengannya ditutup dengan bibirnya yang mengecup lembut keningku. Baekhyun menginterupsiku untuk beristirahat yang cukup sedangkan dia akan menjagaku selama aku memejamkan mata. Dia sudah berjanji padaku.

Ketika aku menggeliatkan tubuhku kesana kemari seraya menguap tanda begitu puasnya aku tertidur, mataku tidak menemukan Baekhyun. Yang ku lihat hanyalah tumpukan poster tempat bersejarah hubunganku bersama Baekhyun berserak di atas ranjang.

Mataku menangkap sosok Baekhyun yang berada di ambang pintu seraya menyenderkan tubuhnya di sana sambil menatapku dengan penuh bahagia.

"Kita buat hari-hari kita hanya menjadi pasangan bahagia. Untuk sementara waktu, lupakan segala beban dalam hidup ini. Jika kita bersama pasti semuanya akan baik-baik saja."

Mendengar itu sontak mataku memanas seraya menatap tumpukan poster tempat wisata yang menjadi saksi cintaku bersama Baekhyun selama ini.

"Kalau begitu benahi dulu dirimu," kekeh Baekhyun. "Aku menunggu diluar."

The Best Choice [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang