Setelah perbincanganku dengan Wendy, aku sering melamunkan hal yang tidak perlu hingga membuat kedua suamiku sadar akan tingkah laku ku yang mengganjal akhir-akhir ini.
"Hyun-ah, kau baik-baik saja?" tanya Baekhyun padaku yang melamunkan diri sedari tadi. "Aniya, mari kita memasak bersama." Aku menarik Baekhyun dan Chanyeol menuju dapur. Malam ini aku berniat memasak makanan, tapi lagi dan lagi aku terpaku pada pernyataan Wendy hingga tidak sadar sedari tadi suamiku telah berada di hadapan ku dan terus memperhatikan mimik wajahku.
"Mianhae, akhir-akhir ini aku sering mengabaikan kalian karena aku memang sedang banyak pikiran." Aku memotong bawang dan air mataku bercucuran lumayan deras.
Baekhyun dan Chanyeol berpikir aku menangis karena sedang memotong bawang padahal aku menangisi firasat burukku jika hal itu benar-benar akan terjadi padaku.
Entah mengapa aku merasakan perpisahan semakin dekat dalam pernikahanku ini. Tuhan, aku benar-benar belum siap kehilangan siapa pun.
"Uljima," ujar Baekhyun dengan di lanjutkan pelukan hangat darinya. Aku terkejut tidak mendengar pertengkaran di antara Chanyeol dan Baekhyun, bahkan Chanyeol tidak mempermasalahkan Baekhyun yang memelukku. Dia memanfaatkan momen itu dengan memelukku pula.
Jika aku berpisah dengan mereka apa yang akan terjadi padaku? Aku bergulat dengan pikiranku dan hal itu semakin membuat air mataku berjatuhan.
Di saat Baekhyun dan Chanyeol bisa menciptakan ketentraman siapa yang tidak ingin berpisah sebagai istri dari mereka? Hal ini adalah yang paling langkah ditemukan oleh ku.
"Hyun-ah, kami sangat mencintaimu." Hal yang ingin aku dengar dari mulut mereka setiap hari. Saat ini aku hanya bisa menangis di dekapan mereka berdua. Aku benar-benar takut sekali kehilangan mereka berdua.
"Hyun-ah, jika suatu hari nanti aku menjadi orang yang berbeda atau mungkin saja kita akan berpisah aku mohon jangan membenciku," ujar Baekhyun yang berhasil membuat mataku terbelalak.
Aku menatapnya kesal, kenapa saat aku memikirkan ketertakutan ku Baekhyun malah semakin mempergoyah keyakinan ku bahwa aku akan selamanya berada di sisi mereka berdua.
"Tolong jangan menatapku sebenci ini disaat hal yang tidak diinginkan itu sama sekali belum terjadi," kekeh Baekhyun. Aku semakin menangis kencang karena perkataannya dan spontan melepaskan pelukan berbagiku terhadap Chanyeol. Kini aku hanya fokus memeluk Baekhyun saja. Chanyeol mendengus di sebelah ku.
"Yak, Byun Baekhyun. Aku yang akan membunuhmu jika kau membuat Joohyun menangis lagi. Jangan mengatakan hal-hal tidak masuk akal seperti itu. Percaya saja bahwa kita akan bersama terus dalam waktu yang lebih lama," ujar Chanyeol membuat aku dan Baekhyun sama-sama menahan napas panjang.
"Apa kau Park Chanyeol?" tanya Baekhyun sembari menampar keras sebelah pipi Chanyeol. Tidak butuh waktu lama, Chanyeol membalas perbuatan Baekhyun dengan memiting kepalanya kuat-kuat. "Dasar bodoh, bodoh!" Jengkel Chanyeol.
Melihatku tertawa girang dengan mata yang masih sembab membuat mereka berhenti memukul satu sama lain. "Jeongmal gomawo, aku sangat bahagia keadaan rumah bisa setenang ini sekarang. Dengan begini aku bisa hidup tenang dengan melihat kalian akrab satu sama lain. Bisakah kita selalu bersama-sama seperti ini?" ujarku pelan.
Mendengar itu, Baekhyun dan Chanyeol saling menjauh dan membuang wajah mereka satu sama lain.
"Sadarlah Hyun-ah, kami melakukan ini masih dalam prinsip yang sama. Kami akan berkompetisi secara sehat untuk memilikimu seutuhnya, jadi tidak ada akan ada yang berubah!" cerocos Baekhyun.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Best Choice [✔]
FanfictionSebelumnya aku tidak pernah membayangkan di waktu beranjak dewasa, aku akan mendapatkan hadiah pernikahan yang sulit. Bukan pernikahan normal seperti hal biasanya di lakukan dua orang insan yang saling mencintai, bahkan aku tidak bisa memberikan cin...