"Kau.. Penggila kerja."
Hanya maksud perkataan Baekhyun yang bisa aku pikirkan setiap berlari. Air mata? Jangan di tanya lagi, mungkin jika ada benda yang bisa menampungnya sudah akan penuh bahkan bisa melimpah.
Sampai langkahku terjatuh, hujan seolah tahu harus menghina siapa. Aku terisak di bawah hujan deras sambil menghentakkan kepalan tanganku pada aspal. Aku tidak perduli betapa sakitnya lututku yang berdarah sebab bersentuhan dengan aspal. Jika boleh memilih, aku ingin terluka fisik ketimbang batin.
Jika hatimu terluka, cara mengatasinya sangat sulit dan membuatmu bingung sendiri. Terkadang, tapi seringnya begitu.
Sesekali aku melirik tanganku yang terangkat ke udara saat niat untuk memukul aspal sudah kandas, isak tangisku mereda saat melihat tulisan yang berada di lengan.
"Saengil chukkae hamnida, jeongmal saranghae Byunie."
"Hiks.. Arghhh!" emosiku pada langit, aku berusaha menengadah dan menatapnya tajam. Tangisku semakin tak terkontrol.
Kenapa harus hari ini, di saat Baekhyun yang harusnya mempunyai waktu bahagia dan aku bisa berguna disisi-nya. Harusnya hari ini menjadi momen indah untuk membuat kami kuat atas datangnya rentetan masalah.
Mungkin jikalau di lain hari, aku bisa menerimanya dengan perasaan rela.
Kalau hari ini..
Tuhan maaf, aku menolak rela di saat perasaanku mulai terbangun kuat.
Rasanya tidak adil!
-o0o-
Tanganku lunglai mengetuk pintu, takut melihat seseorang yang akan membukanya. Perasaanku campur aduk karena harus datang kemari.
"Loh?" kaget Jinyoung oppa yang melihat tubuhku basah kuyup. Matanya yang tadi terbuka tak niat sebab menahan kantuk kini membulat sempurna memperhatikan gerak-gerikku.
"Jinyoung-ahh, siapa yang datang tengah malam begi--" Suara ibu tercekat saat menyadari keberadaanku.
"Joohyun!" lanjutnya memekik kemudian mengecek kondisiku yang antah berantah. "Kenapa basah kuyup begini? Nanti kau sakit," tegur ibuku dengan intonasi melembut, matanya tampak berkaca-kaca. Spontan aku memeluk ibuku kemudian menangis keras dan hanya bisa merutuki kenapa diriku terlalu lemah hanya untuk melupakan segalanya?
"Dia pasti ada masalah," celetuk Jinyoung oppa sambil bersedekap di ambang pintu. Helaan nafasnya terdengar berat, seketika dia berubah dingin saat aku menatapnya.
Perlahan langkah Jinyoung oppa menjemput keberadaanku, dia tersenyum miris kemudian membuka kesempatan besar padaku ketika ia merentangkan tangannya. Refleks aku langsung mendekapnya erat-erat kemudian menumpahkan segala kesedihanku.
Yang hanya bisa dilakukannya ialah mengusap punggungku, "Ya ampun.. Badanmu panas, tolong cepat ganti pakaianmu!" paksanya mendorong tubuhku ke kamar. Sesungguhnya aku beberapa kali pernah kemari karena ajakan baekhyun, namun untuk melihat kamar asliku belum pernah sama sekali. Kira-kira Bagaimana, ya?
Aku berdiri dihadapan pintu kamarku, masih setia menggenggam kenop pintu. Entahlah kenapa aku merasa ragu.
Langkahku terhenti saat baru membuka pintu, rasanya tidak mau masuk karena aku takut tenggelam,
Ke dalam kubangan luka itu lagi.
Ini gila! Kenanganku bersama Baekhyun rata-rata tersimpan rapi di dalam kamar ini. Ugh! Kenapa mataku memanas, aku menolak menangis duhai diriku yang bodoh.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Best Choice [✔]
FanfictionSebelumnya aku tidak pernah membayangkan di waktu beranjak dewasa, aku akan mendapatkan hadiah pernikahan yang sulit. Bukan pernikahan normal seperti hal biasanya di lakukan dua orang insan yang saling mencintai, bahkan aku tidak bisa memberikan cin...