Namaku Byun Baekhyun. Aku lahir di Korea Selatan namun dibesarkan di Canada. Aku anak tunggal dari keluarga Byun, namun sayangnya aku tidak memiliki hubungan yang baik dengan Ayahku.
Setiap hari hanya ada pertengkaran di antara kami. Aku bukan termasuk anak yang baik, karena setiap malam aku berada di kelab untuk minum-minum. Pertengkaranku dengan Ayah tidak jauh-jauh dari perihal penyakitku. Sejujurnya aku tidak kuat minum karena dinding lambungku sangat tipis, tapi justru aku melawan fakta itu sejak kekasihku, Son Wendy memutuskan mengejar impiannya ke New York.
Sampai suatu hari ayahku mengirimku kembali ke Seoul dan sekolah di sana. Aku tidak bodoh mengetahui rencananya. Dia tahu aku tidak akan bisa minum minuman keras jika tidak mempunyai KTP, berbeda sewaktu di Canada pergaulannya sangat bebas bagi para remaja.
Aku menjalani hidupku tanpa kesan selama di sekolah baruku ini. Rasanya waktuku mati sehingga diriku tidak bisa merasakan apa-apa sampai tiba saatnya perhatianku di tarik oleh seorang gadis yang selalu ceria pada awalnya. Gadis itu selalu bersama teman prianya, tidak pernah jauh barang sedetik.
Namanya Bae Joohyun.
Tidak tahu pasti alasan apa yang membuatnya mendadak murung saat Natal akan tiba. Padahal atmosfer di sekelilingnya sangat heboh membahas akan melakukan apa untuk menyambut hari besar itu.
Singkat cerita, aku mulai mengikuti kegiatannya di waktu senggang. Bahkan sejujurnya aku hampir muak melihat sahabatnya yang bernama Park Chanyeol itu karena selalu menempel layaknya tokek.
Sepertinya aku mulai tahu apa alasan yang membuatnya murung. Ada seseorang pria brengsek yang ingin mengganggunya, Bobby.
Suatu hari aku mengikuti langkah gadis itu yang pergi ke suatu tempat. Aku hanya takut terjadi suatu hal padanya apalagi dia pergi ke sebuah gudang yang tak jauh dari sekolah. Setelah cukup lama memantau kegiatannya, aku terkejut saat ada Bobby di sini. Tentu saja aku tahu akal liciknya itu sehingga tak membiarkannya untuk melancarkan aksi kotornya itu. Setelah berhasil, aku menghampiri gadis itu.
"Ya, gwaenchana?" tanyaku cemas seraya memangku kepalanya. Ku perhatikan kesadarannya mulai menurun.
"Siapa kamu?" tanyanya polos.
Aku menghela nafas kemudian mengusap lembut kepalanya. Aku tahu sekali dia sangat shock karena hampir di perkosa oleh Bobby. "Aku adalah orang yang akan menjamin kau akan bahagia melewati Natal tahun ini."
Joohyun mengerjapkan matanya berulang kali, "Gomawoyo, kamu baik sekali. Suatu hari nanti aku pasti akan membalas kebaikanmu," ujarnya kemudian tak sadarkan diri di dalam dekapanku.
Ini pertama kalinya aku merasa melakukan sebuah kebaikan. Jadi, karena kejadian ini aku memutuskan ingin jadi orang baik. Sejak hari itu aku tidak pernah minum-minum.
Di hari kelulusan, jarak berfotoku dengan Joohyun sangat dekat saat akan melakukan foto angkatan. Aku tersenyum tipis saat Joohyun tak sengaja menoleh ke arahku tapi gadis itu pasti merasa heran denganku. Beberapa hari sejak hari kelulusan, aku kembali ke Canada. Aku ingin berbaikan dengan ayahku dan ingin menjadi anak yang baik untuknya.
Beberapa tahun sejak itu.
Tidak ada yang tahu besok takdirmu akan seperti apa, kan? Termasuk aku. Aku tidak pernah membayangkan hari ini akan tiba, hari di mana aku bertemu Bae Joohyun lagi di sebuah cafe. Dia duduk di seberang mejaku sehingga membuatku sangat gugup. Memang sejak hari di mana aku menyelamatkannya, aku jadi menyukainya. Tidak ku sangka kami akan bertemu lagi sejak aku kembali ke Korea untuk mengurus perusahaan ayahku.
Aku memutuskan untuk melamarnya langsung di depan keramaian pengunjung cafe. Mungkin dia terlalu sadar aku ini adalah pria pemberani yang tentu akan mampu untuk melindunginya sehingga dia menerimaku tanpa ragu sama sekali.
Perlu aku tekankan, meskipun kami selalu melewati ribuan luka, tapi aku bersyukur Tuhan mentakdirkan Joohyun untukku pada akhirnya.
Sekarang kami berkunjung ke makam Sehun. Tangis Joohyun pecah saat tahu Sehun mengorbankan nyawanya untuk kebahagiaan kami.
"Kalimat terakhirnya, dia bilang sampaikan salamnya untukmu. Dia sudah menganggapmu sebagai kakaknya selama ini dan juga meminta maaf untuk kesalahannya di masa lalu. Dia menyayangimu," kataku seraya menghela nafas.
"Jeongmal gomawoyo, Sehun-ah. Aku berjanji tidak akan pernah melupakanmu seumur hidupku," isak Joohyun kemudian beranjak seraya memeluk lenganku. "Kau sudah baikan?" tanyaku cemas. Dia mengangguk pelan kemudian tersenyum. "Aku sangat mencintaimu Baekkie," gumam Joohyun seraya menyenderkan diri sepenuhnya padaku. Aku tersenyum kemudian menengadah sejenak ke langit.
"Aku juga, sangat mencintai kamu," balasku kemudian mengecup singkat keningnya dan pergi dengan hati yang lapang.
END.
Udah tamat guys kesannya gimana sama nih cerita? Hahah. Lunas ya hutang kuhh.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Best Choice [✔]
FanfictionSebelumnya aku tidak pernah membayangkan di waktu beranjak dewasa, aku akan mendapatkan hadiah pernikahan yang sulit. Bukan pernikahan normal seperti hal biasanya di lakukan dua orang insan yang saling mencintai, bahkan aku tidak bisa memberikan cin...