Dipertengahan jalan, aku berpikir tidak mungkin pulang ke rumah Baekhyun. Sampai akhirnya klakson mobil membuyarkan lamunanku. Aku menoleh saat pemilik mobil membuka kaca mobilnya.
"Kau sendirian? Apa si bodoh itu tidak mengantarkanmu pulang?" jengkel Baekhyun, ya itu dia.
Aku menghembuskan nafas panjang.
"Masuklah, ayo kita pulang!" interupsi Baekhyun penuh penekanan. Aku tidak banyak bicara dan hanya menurut, mungkin untuk saat ini kembali ke rumah Baekhyun adalah hal yang terbaik. Aku juga bingung harus memikirkan alternatif lain di saat kepalaku di beratkan dengan sebuah beban pikiran yang tidak bisa aku selesaikan seorang diri.
Tidak ada percakapan, aku berusaha menutup diri. Akhirnya kami tiba di rumah Baekhyun. Semua keadaan gelap.
"Wang Eun--" ujarku menggantung.
"Dia menginap di tempat neneknya," potong Baekhyun cepat. Dia keluar dari mobil dan menatapku mengintimidasi. Sedangkan aku menunggunya masuk ke dalam, berniat mengekor saja.
"Ya Tuhan... Kakimu kenapa?!" tanya Baekhyun memekik.
Raut wajah Baekhyun berubah seketika saat aku mengatakan nama Taehyung. Dia menarikku ke kamar dan meninggalkanku sejenak, ternyata dia mengambilkan kotak P3K.
Baekhyun bersimpuh sambil mengobati lukaku.
"Aku bisa mengobati lukanya sendiri," ujarku pelan sambil menjauhkan kakiku dari jangkauan tangannya, tapi Baekhyun sama sekali tidak menggubris perkataanku. Dia menuntaskannya sampai akhir.
"Sepertinya aku harus memberitahumu tentang sesuatu," gumam Baekhyun.
"Tidak perlu, aku tidak ingin mendengar apapun saat ini. Apa boleh aku tidur sekarang?" ujarku dengan nada memohon.
"Apa kau tahu bedanya cinta dan obsesi?" Baekhyun menengadahkan kepalanya sekedar menatapku lekat-lekat.
"Kenapa aku harus mengetahuinya?" ketusku dengan tatapan menentang.
"Sebagai pengetahuan hati," celetuk Baekhyun membuatku mendelik kesal ke arahnya.
"Simple saja, jika pasanganmu pernah mengatakan bahwa dia mencintaimu maka disitulah dia sudah berjanji pada dirinya sendiri untuk berusaha tidak menyakitimu. Sebesar apapun kalian bertengkar, dia akan selalu berusaha melindungimu agar tetap berada disisinya."
Aku tertawa sinis, "Kau menyindir Taehyung?"
"Bukan," sanggah Baekhyun. "Setelah melihat dia memperlakukanmu, aku langsung mengingat hal itu," lanjutnya lagi sambil tersenyum tanpa dosa.
"Obsesi itu pengertiannya mudah di ingat."
"Aku paham, Tuan!" potongku cepat karena tidak mau lebih banyak lagi mendengar ocehannya.
"Sangat emosional saat melihat pasangannya. Karena apa? Dia hanya ingin pasangannya melihat ke arahnya saja, jadi semua itu membuatnya buta," bisik Baekhyun. Aku langsung menjauhkan diri.
"Semua orang punya pandangannya masing-masing terhadap dua hal itu!" ujarku cepat.
"Tapi, cinta itu memang benar adanya seperti yang aku katakan. Dia datang dari hati untuk membuat penerimanya bahagia. Kau tidak bisa menyangkalnya. Sebelum aku pergi, aku ingin jujur. Pertama kali melihat Taehyung aku tahu dia sangat keras, jadi aku sangat tidak menyukainya."
Akhirnya, Baekhyun pergi meninggalkanku yang di hantui oleh bekas perkataannya. Hingga pagi menyapa, aku tidak sadar keadaan rumah Baekhyun sudah sangat ramai. Bahkan, aku harus di bangunkan oleh Baekhyun.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Best Choice [✔]
FanfictionSebelumnya aku tidak pernah membayangkan di waktu beranjak dewasa, aku akan mendapatkan hadiah pernikahan yang sulit. Bukan pernikahan normal seperti hal biasanya di lakukan dua orang insan yang saling mencintai, bahkan aku tidak bisa memberikan cin...