Setiap pagi, ketika membuka mata ada pengganti kehangatan Mentari. Begitu beruntung memilikimu di hidupku.
🔴🔵🔴🔴🔵🔴
Tangisan keras Wang Eun membuatku tersentak kemudian menyadari bahwa Pagi hari menyapa. Segera ku pastikan bahwa Wang Eun baik-baik saja, tatapanku teralihkan pada Baekhyun yang mendudukkan dirinya kemudian mengucek pelan matanya. "Oh, sudah pagi," ujarnya sembari menguap.
Setiap pagi, keadaannya hampir seperti ini. Tangisan Wang Eun sudah menjadi alarm pengingat untuk kami beraktivitas. Jika Wang Eun menangis, baik aku maupun Baekhyun pasti akan terjaga meskipun rasa kantuk mencuat setengah mati.
"Sayang, tolong pastikan bahwa Wang Eun baik-baik saja," mohonku sembari menatapnya dengan tatapan puppy eyes. Baekhyun yang panik menyadari tangisan Wang Eun tidak berhenti sontak bertanya, "Apakah aku menyakiti anak kita dengan kebiasaan tidurku?" sesalnya.
Aku tertawa kecil menanggapi ekspresi paniknya itu sembari mengusap rambut Baekhyun yang berantakan. "Nanti aku akan berangkat kerja jadi ingin melanjutkan tidurku, oh, aku sangat lelah," keluhku kemudian mengusap tengkuk leherku yang terasa pegal.
"Arraseo, kau tidur saja." Baekhyun memindahkan Wang Eun ke tempat tidurnya, yeah tempat tidur standar untuk seorang bayi.
Aku menarik selimutku tetapi aku tidak ingin memejamkan mataku kembali karena ingin mengetahui bagaimana respon Baekhyun mengurus seorang bayi.
"Bau apa ini?" panik Baekhyun. "Oh, tidak. Wang Eun, apa kau baru saja buang air besar?" pekiknya dengan sedikit rengekan mengetahui Wang Eun benar-benar melakukannya. Sejak awal aku sudah mengetahui bahwa pampers Wang Eun sudah berat, jadi aku hanya ingin menjahili Baekhyun sedikit saja.
"Hyun-ah? " panggilnya dengan nada merengek. Aku menahan tawaku sembari berdehem sejenak. "Bantu aku mengurus anak kita," pintanya manja.
Aku membuka selimutku kemudian menatapnya tanpa mengubah posisiku. "Ya ampun, baru saja masalah sekecil itu kau sudah memutuskan bersembunyi dan tidak ingin terlibat. Kenapa rasanya Sehun lebih baik mengurus seorang bayi? Dia sangat telaten. Meskipun Wang Eun bukan anaknya tapi setiap pagi dia berinisiatif mengecek pampers Wang Eun kemudian menggantinya dengan perasaan yang sumringah," ujarku berdecak kagum sekedar memanas-manasi Baekhyun.
Benar dugaanku, di bandingkan seperti itu membuat Baekhyun menggerutu kesal. Dia mengomel seorang diri.
"Aku hanya belum belajar, lihat saja nanti kalau aku sudah bisa. Ugh! Jangan bandingkan aku dengan pria sialan itu," gerutunya sambil berusaha mengurus Wang Eun dengan sepenuh hati. Aku tertawa geli melihat ekspresinya yang menatap pampers Wang Eun yang baru saja di bukanya, dengan secepat kilat dia membuangnya ke tempat sampah.
"Tenang saja Wang Eun, appa akan mengurusmu dengan cara yang lebih hebat!" ujarnya menyemangati diri sendiri kemudian tersenyum manis pada Wang Eun. Melihat reaksinya itu tidak dapat di pungkiri bahwa aku tertawa puas.
Aku sudah berbenah sekedar bersiap untuk pergi kerja. Baekhyun kini sedang mengancingkan kemejanya kemudian meminta tolong padaku untuk memasangkan dasi di lehernya, aku tersenyum menyanggupi kemudian memasangkan dasi itu setelahnya memperbaiki penampilan Baekhyun, baik rambut maupun kotoran di wajahnya. Aku mengusap kedua mata Baekhyun dengan ibu jariku karena terdapat sisa belekan di sana dan mencubit hidungnya yang berkedut.
"Setidaknya aku lebih baik dari Sehun! Aku bisa mengganti pempers Wang Eun tanpa diajarkan," ujarnya bangga. Aku menggelengkan kepalaku berulang kali, ternyata dia tidak menyerah membahas hal ini sampai aku membenarkan bahwasanya dia adalah yang terbaik.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Best Choice [✔]
FanfictionSebelumnya aku tidak pernah membayangkan di waktu beranjak dewasa, aku akan mendapatkan hadiah pernikahan yang sulit. Bukan pernikahan normal seperti hal biasanya di lakukan dua orang insan yang saling mencintai, bahkan aku tidak bisa memberikan cin...