Samar-samar ku lihat lekuk wajah Sehun yang masih terlelap. Dia berbaring tepat disebelahku. Hari sudah menunjukkan pagi yang cerah.
Tidak terasa sudah dua bulan lamanya aku menghabiskan waktu yang sama bersama dengan Sehun. Aktifitas yang membosankan setiap harinya. Hingga setiap pagi harus melihat wajahnya yang membuat muak saat pertama kali aku membuka mata dan rela berbagi ranjang dengan pria itu. Dia benar-benar bedebah.
Jikalau bukan karena Baekhyun, aku tidaklah sudi membiarkannya berada sedekat ini denganku.
"Chagiya?" Pria itu bergumam sejenak tidak beberapa lama kemudian matanya terbuka perlahan-lahan. Tidak ku sangka dia bisa tersenyum bahagia saat tatapan kami bertabrakan satu sama lain.
Terpaksa, aku membalas sapaannya selembut yang aku mampu.
"Wae?" ujarku pelan. Suaraku terdengar serak, maklum aku pun belum lama baru membuka mata saat pagi ini tiba.
"Aku sangat menyayangimu," ujar Sehun lirih, lalu membuang jarak di antara kami. Dia memelukku sangat erat. Dengan jarak sedekat ini dapat aku lihat matanya yang berkaca-kaca.
"Maafkan aku, ya, ya? Aku sadar aku sudah banyak menyakitimu." Sehun menggembungkan kedua pipinya. Aku hanya tertawa geli mendengar semua pernyataan ini terlontar keluar dari mulutnya.
Aku baru tahu seorang iblis dapat bersikap seperti ini juga. Tapi, Sehun, maaf saja karena rasa benciku padamu sudah terlampau dalam. Dulu aku menghargai keberadaanmu dan sangat menyanyangimu karena kau sudah ku anggap layaknya seorang adik.
Akan tetapi sikap kurang ajar mu telah mencoreng apa yang selama ini aku pandang dari seorang Oh Sehun.
"Hm," ujarku singkat, kemudian beranjak dari tempatku berniat untuk membenahi diri. Belum sampai langkah kaki ku ke dalam kamar mandi, Sehun yang berada dibelakangku saat ini telah menggendong tubuhku ala bridal style, kemudian melarikan diriku ke dalam kamar mandi bersamanya.
Mataku membulat sempurna, tentu aku tidak mau menerima perlakuan yang akan aku dapat setelah kami sudah berada di dalam kamar mandi nantinya.
"Hentikan!" cegatku dengan cepat. Aku menghela nafasku saat Sehun masih mencerna perkataanku. Setelah langkah kakinya terhenti, aku menatap manik matanya penuh memohon.
"Sehun, aku sedang ingin sendiri," ujarku lirih. Ku perhatikan lamat-lamat perubahan wajah Sehun. Dia tidak lagi menatapku, justru memalingkan wajahnya dan sontak menurunkan aku dari posisi yang membuat wajahnya berseri-seri.
"Kau pasti masih memikirkan Baekhyun, kan? Aku tahu perasaanmu saat bertemu kembali dengannya." Sehun melayangkan tatapan tajamnya padaku.
Hal yang ku takuti terjadi. Aku tidak ingin pria ini menyangkutpautkan masalah Baekhyun. Disamping itu aku tidak ingin Sehun mencurigai kembalinya Baekhyun ke Seoul. Bisa saja karena sikap ku yang berlebihan ini dapat membuat rencana Baekhyun gagal dengan mentah.
Oh, tidak. Aku tidak mau orang yang aku cintai mengalami kekecewaan.
"Sehun, tolong dengarkan aku." Ku gapai lengannya kemudian ku genggam erat. Namun, aku cukup terperangah saat pria itu menghempas kasar genggamanku, kemudian menghantam punggungku ke dinding dan menunjuk kasar wajahku dengan telunjuknya. Lihat, sikap iblisnya akan muncul lagi. Aku sudah tidak tahan.
"Dengar! Jika kau menyanggah ucapanku, maka semua yang aku dengar dari bibirmu ini adalah kebohongan. Jadi, tutup saja mulutmu rapat-rapat!" Sehun memakiku dengan emosi yang mulai terpancing. Aku menutup mataku rapat, berusaha tidak terpancing emosi. Jika satu kali saja aku mengeluarkan perkataan yang emosional maka hancur sudah hubunganku dengan Sehun yang sedang aku usahakan bisa sedekat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Best Choice [✔]
FanfictionSebelumnya aku tidak pernah membayangkan di waktu beranjak dewasa, aku akan mendapatkan hadiah pernikahan yang sulit. Bukan pernikahan normal seperti hal biasanya di lakukan dua orang insan yang saling mencintai, bahkan aku tidak bisa memberikan cin...