Bahagia itu sederhana.
🔴🔵🔴🔵🔵🔵
Beberapa hari berlalu sejak kejadian menegangkan itu. Aku dan Baekhyun akhir-akhir ini sibuk mengurus keluarga kecil kami.
Wang Eun tidak berhenti menunjukkan wajah sumringahnya saat Baekhyun mengangkat tubuhnya di udara dengan posisi punggung di rebahkan pada kasur. Aku mendengus kesal melihat Baekhyun terlalu sibuk bermain dengan Wang Eun sehingga dia tidak menyadari bahwasanya aku baru saja membersihkan tempat tidur dengan peluh keringat yang membuat risih. Jujur aku katakan bahwasanya aku sangat lelah mengurus tempat tinggal baru kami.
"Hyaaaa, setidaknya hargai sedikit usahaku untuk membersihkan tempat tidur ini!" gerutuku pada Baekhyun yang senyumannya tidak pernah pudar ketika Wang Eun tertawa melihatnya.
"Iya, sayang. Nanti aku akan membersihkannya setelah bermain dengan Wang Eun untuk beberapa saat."
Dengan perasaan tidak bersalah, dia mengatakan hal itu dengan mudah tanpa menatapku sekedar menunjukkan rasa menyesalnya. Harusnya dia sedikit memberiku simpati atas hal ini, setidaknya katakan perkataan romantis.
"Iya, sayang. Maafkan aku, ya? Kau tahu kan aku tidak bisa melihatmu seperti ini, jadi jangan marah." Baekhyun berlutut di hadapanku kemudian meraih tanganku dan mencium punggung tanganku. Aku tersipu malu. Senyuman sumringah terukir di bibirku, hanya sejenak setelah tersadar bahwa aku telah memasuki alam khayalan terlalu jauh hingga rasanya sesak di dalam dada mengharapkan hal itu benar-benar terjadi.
"Bisakah kau membantuku membenahi apartemen? Letakkan Wang Eun di tempat tidurnya sekarang," ujarku kesal. Baekhyun tertawa kecil kemudian menuruti apa yang aku katakan setelahnya dia berdiri berhadapan denganku.
"Jangan bilang kau cemburu dengan anak sendiri?" goda Baekhyun dengan mata yang terbelalak sembari menggelengkan kepalanya berulang kali dan dia mencicit, rasanya aku ingin menendangnya dari jendela. Tapi, mustahil karena aku yang bisa mati lebih dulu setelah melakukan hal konyol itu.
Dengan tatapan yang tidak berbeda jauh dari sebelumnya, aku melenggang pergi tanpa menghiraukan celotehan Baekhyun. Well, aku benar-benar cemburu dia lebih memperhatikan Wang Eun ketimbang aku yang masih lelah setelah melahirkan bayi kami. Apa dia lupa bagaimana perjuanganku melahirkan Wang Eun ke dunia, padahal dia berada di sampingku selama proses persalinan.
Aku mendengus ketika melihat jendela apartemen yang sangat kotor, setelah membereskan ruang tamu akhirnya aku menyibukkan diri dengan kaca jendela. Pembersih jendela yang berada di atas lemari dan letaknya lumayan tinggi membuatku mengomel kemudian berusaha meraih benda yang ku butuhkan untuk jendela apartemen. Naasnya, tubuhku yang susah payah meraih pembersih jendela di tarik paksa oleh Baekhyun yang baru menyusulku.
"Bagaimana jika kau jatuh?!" marahnya membuatku memicingkan mataku sejenak, "Memangnya kau perduli?" Aku lebih bersikap ketus padanya hingga Baekhyun menyerah dan memilih untuk tidak melanjutkan perdebatan ini.
"Aku merasakan dirimu yang lebih sensitif setelah melahirkan, apa hormon tubuhmu tidak normal setelah melahirkan anak kita?" gumam Baekhyun tanpa menatapku. Mendengar perkataannya membuatku mati-matian menahan emosiku.
Aku melirik pergerakannya lewat sudut mataku, namun ku tarik cepat lirikan mataku yang tertangkap basah oleh manik matanya. Rasanya gengsi untuk mengatakan bahwa aku benar-benar cemburu dengan Wang Eun.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Best Choice [✔]
FanfictionSebelumnya aku tidak pernah membayangkan di waktu beranjak dewasa, aku akan mendapatkan hadiah pernikahan yang sulit. Bukan pernikahan normal seperti hal biasanya di lakukan dua orang insan yang saling mencintai, bahkan aku tidak bisa memberikan cin...