Ah bau ini... Aku tidak menyukainya.
Aku sontak terbangun. Pertama kali yang aku lihat adalah kerumunan orang mengelilingiku yang terbaring lemah.
Benar dugaanku bahwa aku ada dirumah sakit setelah Indra penciuman ku mencium bau yang tidak aku sukai.
"Eomma," ujarku. Mataku menatap semua orang yang mengerumuni tubuhku yang terbaring lemah dengan tatapan sendu. Aku baru sadar bahwa aku terlihat sangat menyedihkan, terbukti untuk berbicara saja suaraku terdengar pelan sekali. Seperti berbisik.
"Joohyun-ah, berhentilah mengharapkan Baekhyun." Melihat eomma menangis membuatku terpukul. Appa menatapku dengan tatapan lirihnya. Baru pertama kali aku melihat wajah sedih appa karena biasanya appa adalah orang yang sangat tegar dan lihai dalam menyembunyikan masalahnya.
Meskipun appa dalam kondisi sedih, dia tidak akan menunjukkan pada keluarganya tapi kali ini berbeda. Appa terlihat sangat terpuruk hingga Jinyoung oppa harus menopang tubuh yang hampir memasuki usia renta itu.
Semua orang menangis dengan mata yang hampir membengkak, semua ini terjadi karena aku yang lemah.
"Aku berjanji akan melupakannya," ujarku parau. Pikiranku mulai berat setelah mengingat permintaanku yang keterlaluan pada Baekhyun terakhir kalinya. Pasti pria itu menganggapku gadis murahan. Sekarang aku merasa malu dan merasa seperti orang bodoh.
"Ini semua salahmu, kau lah yang meminta pria brengsek itu untuk menikah dengan anak kita." Appa menuduh eomma dan mataku yang sedikit lemah untuk dibuka mulai meneteskan air mata. Sekarang aku mengerti cinta dapat membutakan segalanya. Jujur saja aku merasa sedih dengan apa yang sedang terjadi.
"Hentikan, aku sudah bilang aku akan belajar melupakannya." Aku berteriak pelan dan terdengar parau.
Aku mencabut kasar selang infus dan memeluk appa dan eomma. "Mianhae, semua terjadi karena aku. Keluarga ini mulai tidak harmonis karena keegoisan diriku yang telah dibutakan oleh Cinta," ujarku sesenggukan. Semua menatap ku penuh rasa iba dan saling menguatkan dan meyakinkan diriku untuk melupakan satu sosok yang pernah aku cintai.
Byun Baekhyun ada kalanya hubungan bisa kandas. Sekarang, aku merasakannya dan semoga kau bisa membahagiakan adik sepupuku. Terima kasih telah pernah mengajariku cinta dengan rasa sakit dan luka yang pernah aku rasakan saat bersamamu, teruntuk hari yang harusnya menjadi hari paling bahagia untukku sudah aku maafkan.
Setelah pertengkaran itu selesai, pintu kamar rawatku dibuka kasar oleh Chanyeol yang membawa nafas tersengal-sengal. Setelah tatapan mataku dan tatapannya bertabrakan, pria itu berlari dan memeluk tubuhku yang rapuh ini dengan sangat erat.
"Baekhyun telah memperlakukanmu tidak terhormat, jadi aku akan membantumu melupakan bajingan itu. Lupakan saja dia, memikirkannya hanya membuat kau semakin tercekik dan akan mati secara perlahan-lahan," gertak Chanyeol dan menatapku dengan tatapan gusar.
Perlahan namun pasti aku mengangguk pelan, "kalau begitu kau harus bantu aku. Bantu aku melupakannya," isakku dan membalas pelukan Chanyeol erat.
Tepat setelah kepulanganku dari rumah sakit, aku merasa diriku sudah kembali seperti semula. Aku adalah Bae Joohyun yang keluarga ku kenal, hal yang pernah terjadi di hari itu telah ku kubur dalam dan memutuskan tidak akan pernah untuk mengungkitnya lagi.
"Uri Hyun-ah sangat ceria hari ini, eoh? Apa karena akan pergi dengan Chanyeol di hari kelulusan?" Goda appa dengan mencolek daguku sekilas membuatku tertawa lepas. "Perkataan appa ada benarnya tapi yang membuatku paling senang adalah setelah kelulusan ini aku akan menjadi hakim yang handal, kau harus melihat kesuksesan anakmu ini!"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Best Choice [✔]
FanfictionSebelumnya aku tidak pernah membayangkan di waktu beranjak dewasa, aku akan mendapatkan hadiah pernikahan yang sulit. Bukan pernikahan normal seperti hal biasanya di lakukan dua orang insan yang saling mencintai, bahkan aku tidak bisa memberikan cin...