Chanyeol menjalankan mobil meninggalkan Disney Land. Acara sudah selesai dan kami pun memutuskan untuk pulang. Di dalam perjalanan aku hanya diam dan sibuk dengan pikiran ku saja tanpa berniat membuka obrolan ringan bersama Chanyeol. Ketika aku rasakan tangan mungil ku di genggam, spontan aku menoleh dan mendapati Chanyeol yang tersenyum padaku.
"Apapun yang terjadi, aku tidak akan pernah meninggalkanmu seorang diri." Chanyeol mengusap punggung tanganku secara perlahan, kemudian menciumnya dengan lembut. Aku menarik kedua sudut bibirku dan memutuskan untuk meletakkan kepalaku di atas lengan atas Chanyeol. Aku harap kau menepati apa yang baru saja kau janjikan, batinku.
Setelahnya aku memejamkan mata dan memutuskan untuk tidur, aku sangat lelah melewati hari dengan rasa yang bercampur aduk. Entahlah, bagaimana caranya aku harus mengekspresikan perasaan itu. Aku tidak bisa merasa senang setelah bertemu Baekhyun dan untuk apa aku harus bersedih di saat ada Chanyeol yang menyayangiku?
"Annyeong haseyo," ujarku pada eomma. "Bagaimana perjalanan kalian? Apa itu seru?" tanya eomma girang. Aku hanya tersenyum tipis dan mengangguk pelan.
"Chanyeol-ah, lebih baik bawa Joohyun istrirahat. Aku lihat dia sangat lelah," ujar appa yang sedang sibuk dengan laptopnya. Aku bisa melihat raut wajah pria setengah baya itu sedikit lelah bercampur kesal melihat laptop dan ponselnya secara bersamaan.
"Baik, appa. Jaljayo," sapa Chanyeol sambil menuntunku ke kamar. Setibanya kami di kamar, terjadi keheningan.
"Apa kau lelah?" tanya Chanyeol dan di balasku dengan anggukan kepala.
"Arraseo, kau harus tidur. Jaljayo?" sapa Chanyeol hangat sambil mencium keningku lembut. Aku meresapinya dengan seksama dan merasakan sesuatu hal yang hangat menjalari tubuhku. Aku sadar, aku merindukan kasih sayang seseorang untuk saat-saat yang berat seperti sekarang.
"Jaljayo," balasku dan tersenyum hangat, tapi belum melepas cengkraman ku pada lengan kemeja Chanyeol. "Ya! Bagaimana aku harus pergi?" tanya Chanyeol sambil menatap cengkraman tanganku pada lengan kemejanya.
Aku tertawa renyah sambil melepaskan cengkraman ku, setelahnya aku merasakan Chanyeol mengusap kepala ku. "Tidurlah yang nyenyak, arra?" interupsi pria itu dan aku mengangguk.
Ketika Chanyeol beranjak dari tempatnya, aku mendengar suara percikan halilintar yang menggelegar membuatku spontan berlari ke arah Chanyeol dan memeluknya erat-erat.
"Aku takut, jangan pergi!" ujarku gemetar ketakutan. Chanyeol membalas pelukan eratku dan menuntunku menuju ranjang. "Kau yakin mengizinkan aku tidur disini?" tanya Chanyeol ragu. Aku menatapnya bingung, "kenapa tidak? Kau kan suamiku," kata ku polos.
"Arraseo," ujar Chanyeol.
Sinar Mentari memasuki celah-celah jendela kamarku dan menarik perhatian ku untuk cepat-cepat bangun. Aku melirik ke samping dan tak menemukan Chanyeol, lantas aku beranjak pergi dari kamar menuju ruang yang dipenuhi oleh anggota keluargaku.
Disana, barulah aku dapat melihat Chanyeol dengan wajah bodohnya menerima pemberian dari appa.
Ah, bukankah apa yang aku lihat ditangan Chanyeol itu sebuah tiket? Tapi untuk apa appa memberikan tiket pada pria itu? Apa appa menyuruh Chanyeol pergi bersama tiket itu? Pikirku panik.
Dengan langkah cepat aku lebih mendekatkan diri ke Chanyeol sambil menatap tiket yang dia genggam. Tatapan Chanyeol menatapku seperti orang yang serba salah. Aku mengernyit heran dan menatap appa seolah-olah menuntut untuk segera memberitahuku perihal tiket yang Chanyeol genggam.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Best Choice [✔]
FanfictionSebelumnya aku tidak pernah membayangkan di waktu beranjak dewasa, aku akan mendapatkan hadiah pernikahan yang sulit. Bukan pernikahan normal seperti hal biasanya di lakukan dua orang insan yang saling mencintai, bahkan aku tidak bisa memberikan cin...