Breathless

635 62 10
                                    

Ada perasaan aneh di dalam diriku. Aku beranjak pergi, tanpa arah. Haruskah aku perduli tentang kondisi Baekhyun? Tapi, kami akan bercerai.

Aku menatap pintu besar dihadapanku, perlahan-lahan terbuka setelah seseorang melihatku datang. Suasana yang seolah rileks berubah menjadi mencekam.

Keheningan menyelimuti auditorium acara musikal anak-anak cacat fisik dan mental. Tatapanku hanya terpaku pada Baekhyun, semua orang yang seolah menyadari hal itu perlahan memberiku jalan untuk tiba di podium di mana Baekhyun berada di sana.

Dengan langkah lunglai, aku menaiki podium kemudian berhadapan langsung dengan Baekhyun yang tampak sangat terkejut. Apalagi saat aku menangkup sebelah sisi wajahnya.

"Kenapa kau tak pernah bilang padaku kalau kau menderita selama ini? Kau memang kejam," dengusku sambil terisak pelan.

Tatapan semua orang-orang tertuju pada kami, mereka terheran-heran.

"Hey.. Kau habis minum, ya?" ketus Baekhyun sambil berusaha menyadarkanku betapa memalukan hal ini. Dia mencengkeram kedua lenganku erat-erat.

"Aku tidak mau berce--" ujarku tertahan ketika Baekhyun membungkam mulutku dengan sentuhan telapak tangannya. Dia menatapku lekat-lekat kemudian tersenyum getir sambil membalas pelukanku kemudian aku tidak ingat apa-apa lagi selain merasa bebanku terangkat ke udara.

Aku merasa terbang.

"Eonni.. Sadarlah!"

***

Suara itu memaksaku membuka mata. Masih dengan nafas memburu, aku berusaha memperhatikan keadaan sekitar. Aku merasa lega karena berada di kamarku, itu tandanya yang muncul di dalam mimpi tadi tak mungkin pernah terjadi.

Spontan aku mengusap wajahku mengingat betapa memalukan hal yang sempat ku mimpikan jika benar-benar terjadi.

Tatapanku terpaku pada pintu kamar yang di buka perlahan, sosok Wendy muncul membawa tatapan dinginnya.

"Kau menginap?" tanyaku heran.

Wendy mengangguk sekilas kemudian bersedekap di ambang pintu sambil menghela nafasnya berat.

"Bisakah kau meninggalkanku sendiri? Aku ingin melanjutkan istirahatku," jelasku sambil memintanya untuk memahamiku.

"Apa kau tidak merasa aneh?" Wendy berbicara penuh arti, seolah menusukku dengan perkataan ketusnya.

"Aku merasa baik-baik saja," balasku polos sambil mengerjapkan mata berulang kali.

"Huh? Setelah semua yang kau lakukan?" kekeh Wendy sambil tertawa sinis.

"Yak! Bicara yang jelas," ujarku yang sedikit terpancing emosi.

"Kau minum vodka!" dengus Wendy.

"Lalu kenapa?!" balasku tak mau kalah.

"Kau sudah menyusahkan Baekhyun oppa. Ketahuilah, dia yang mengantarmu kemari," ujar Wendy tajam.

"Jangan bercanda, itu hanya mimpi," ujarku lebih meyakinkan diri sendiri.

"Aku serius, hal ini bukan mimpi!" tekan Wendy kemudian meninggalkanku yang mengerang frustasi. Aku mencoba mengingat kembali apa yang terjadi, tapi gagal total.

The Best Choice [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang