Mobil Chanyeol tiba di Seoul pada tengah malam, membuat raut wajah lelah semua orang yang bersama ku kian terlihat jelas.
"Kalian pulang duluan saja karena aku masih harus mengambil mobilku di stasiun," ujar Baekhyun yang keluar dari mobil Chanyeol saat mobil itu terparkir di depan perkarangan utama stasiun KTX.
"Setibanya di rumah, kau harus segera tidur. Paham?" titah Baekhyun seraya mengusap lembut rambutku dan ia tersenyum tipis saat hendak pergi.
"Aku ikut denganmu ya?" rengekku membuat Baekhyun menatapku dingin. Terpaksa, aku melepas lengannya dan membiarkannya pergi.
"Berjanjilah kau akan segera pulang," ujarku pelan dan menatap mata pria itu lamat-lamat.
Baekhyun mengangguk-angguk.
Mataku masih tertuju pada sosok Baekhyun saat mobil Chanyeol perlahan meninggalkan perkarangan stasiun KTX.
"Joohyun-ah?" Chanyeol melirik ku dari kaca spion mobil.
Aku bergumam menanggapinya.
"Apa tidak sebaiknya kau menjauhi Baekhyun untuk kebaikan semua orang?"
Mendengar itu, sontak aku menatap Chanyeol dingin tanpa mengeluarkan sepatah kata pun.
Setibanya di rumah Baekhyun, aku mengantar Chanyeol dan Wendy hingga ambang pintu rumah saja setelahnya aku memilih berdiam diri di teras rumah. Menunggu kedatangan Baekhyun.
"Eonni, ini sudah sangat larut. Kau harus istirahat. Kau lupa Baekhyun oppa bilang apa?" ujar Wendy pelan seraya menepuk pundak ku.
"Duluan saja, aku belum mengantuk." Ku tebarkan senyuman tipis pada Wendy.
"Arraseo, tapi jangan paksa dirimu terlalu keras eonni. Kau tahu kan sifat keras kepalamu itu sangat beresiko akan kesehatanmu saat ini," nasehat Wendy.
"Arra, sekarang pergilah tidur. Chanyeol pasti menunggumu," ujarku menegurnya.
Bohong. Aku menyembunyikan kenyataan bahwa mataku sudah tidak tahan lagi untuk terbuka. Aku sangat mengantuk tapi aku ingin menunggu Baekhyun. Perasaan ku berubah sedih tidak melihat Baekhyun meski hanya beberapa menit.
Senyuman ku terukir dan nafasku tertahan saat melihat mobil Baekhyun terparkir di perkarangan rumah ini.
Baekhyun keluar dari mobil seraya menatap sekilas arlojinya, setelah itu tatapannya berubah dingin padaku. Aku menelan ludah ku dengan susah payah.
"Harusnya kau sudah tidur," omel Baekhyun seraya memasuki rumah dan melewati tubuhku begitu saja. Ia bahkan tidak menatapku sama sekali.
"Aku tidak bisa tidur karena khawatir padamu," rengekku seraya membela diri. Aku bahkan menarik lengan Baekhyun yang membuat wajahnya yang datar berhadapan dengan wajahku yang memelas.
"Aku anggap itu bukan alasan," ujarnya dingin dan kembali melangkah tanpa menghiraukan aku yang merengek-rengek.
Bukankah sangat berlebihan jika dia benar-benar marah hanya karena aku tidak menurutinya untuk segera tidur?
"Baekhyun-ah," rengekku. Aku mendengus kasar dan mengerucutkan bibirku setelah melihat Baekhyun membanting pintu kamar mandi saat aku melangkahkan kaki ke kamarnya.
Mataku terperangah melihat tetesan darah yang jatuh di lantai. Hal itu sontak membuatku menyentuh hidungku dan baru tersadar bahwa hidungku mimisan.
"Joohyun!" pekik Baekhyun yang baru keluar dari kamar mandi setelah membenahi dirinya. Dia segera menghempas kasar handuk yang di gunakannya untuk mengeringkan rambut kemudian menghampiriku.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Best Choice [✔]
FanfictionSebelumnya aku tidak pernah membayangkan di waktu beranjak dewasa, aku akan mendapatkan hadiah pernikahan yang sulit. Bukan pernikahan normal seperti hal biasanya di lakukan dua orang insan yang saling mencintai, bahkan aku tidak bisa memberikan cin...