WARNING! ⚠⚠⚠
[JIKA ANDA MEMILIKI HATI YANG TERLALU EMOSIONAL SEPERTI: MUDAH BAPER, MUDAH MENANGIS, DAN TERLALU LARUT DALAM KESEDIHAN SARAN SAYA JANGAN BACA PART INI. GAK NANGGUNG EFEK SAMPING SETELAH BACA PART INI. THANKS]
Aku selalu percaya kebahagiaan semua orang berbeda-beda. Mungkin penderitaan berat yang aku hadapi merupakan suatu pertanda bahwasanya hadiah kesabaranku ini merupakan sebuah kebahagiaan yang mematikan.
Harapanku hanya satu, jika aku akan merasakan kebahagiaanku maka aku tidak ingin ada orang lain yang menderita lagi karena diriku.
🔴🔵🔴🔵🔴🔵🔴
Tidak terasa senja yang menyelimuti angkasa telah menyapa Bumi. Mataku terbelalak kaget setelah terbangun dari tidurku karena ulah Baekhyun. Dia menepuk pelan pipiku.
"Posisi tidurmu terlihat tidak nyaman, maafkan aku telah lama membuatmu menunggu." Baekhyun mengemasi barangnya kemudian mengajakku pulang.
"Di mana Wendy?" tanyaku linglung.
"Oh, dia sudah pulang dengan keluarganya."
Aku mengangguk kecil mendengar penjelasan Baekhyun.
Sebelum keluar dari ruangan pribadinya, aku tersentak kaget saat melihat Baekhyun menggendong tubuhku yang masih menimang Wang Eun.
"Turunkan aku," pintaku berbisik setelah menyadari tatapan pegawai perusahaan Baekhyun tertuju pada kami.
"Aku tahu kau lelah," ujar Baekhyun lembut, setelahnya dia tidak menghiraukan perkataanku dan berbuat semaunya.
Deheman keras terdengar.
"Sajagnim, istri anda begitu cantik."
Mendengar tanggapan itu, hal yang bisa ku lakukan adalah membenamkan wajah dalam-dalam di dekapan Baekhyun.
Hari semakin larut. Wang Eun telah terlelap di tempat tidurnya, sedangkan aku dan Baekhyun membenahi barang yang masih tersisa di apartemen karena kami memutuskan untuk menetap di rumah baru kami yang telah terselesaikan.
"Kau tidur saja, biarkan aku yang menyelesaikan semuanya," titah Baekhyun. Aku menggeleng tegas. Baekhyun tersenyum tipis menatap sifat keras kepalaku kemudian membiarkanku terus membantunya membenahi barang.
Sepertinya aku menyesal tidak menghiraukan perkataan Baekhyun karena di pagi hari yang begitu penting untukku, lewat sebuah cermin terlihatlah bayanganku yang tampak mengerikan.
Aku berteriak frustasi. Baekhyun yang tersentak kaget dari tidurnya segera menghampiriku dan menatapku bertanya-tanya.
"Mataku seperti mata panda! Bagaimana ini?" pekikku frustasi sembari merengek ke Baekhyun yang menggelengkan kepalanya tidak percaya menatapku.
"Semua ini karena kau bersikap keras kepala tidak mendengarkan perkataanku." Baekhyun mendesis pelan kemudian menarikku dari hadapan cermin untuk duduk berhadapan dengannya di atas sofa.
"Sia-sia sudah aku pergi ke sauna," isakku sembari memeluk Baekhyun erat. Aku menangis sesenggukan di dekapannya.
"Hyun-ah, lagipula apa yang harus kau khawatirkan? Di mataku kau tidak pernah terlihat buruk rupa, kau adalah bidadari yang di kirimkan untukku." Baekhyun melepaskan pelukan secara sepihak kemudian menangkup pipiku.
"Kau siap untuk melewati hari ini?" Baekhyun mengerling nakal padaku. Aku menatapnya berbinar kemudian menarik ulur nafasku berulang kali sembari mengangguk-anggukkan kepala. Baekhyun tersenyum sumringah kemudian mengecup bibirku gemas. Mataku terbelalak di buatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Best Choice [✔]
FanfictionSebelumnya aku tidak pernah membayangkan di waktu beranjak dewasa, aku akan mendapatkan hadiah pernikahan yang sulit. Bukan pernikahan normal seperti hal biasanya di lakukan dua orang insan yang saling mencintai, bahkan aku tidak bisa memberikan cin...