Kejadian yang ku lewati bersama pria unknown membuat pria itu tidak lagi menampakkan batang hidungnya dirumah Sehun. Memang brengsek, harusnya setelah melakukan hal lancang kemarin dia menjelaskannya hari ini.
"Chagiya?" sapa Sehun dan mengecup bibirku singkat membuatku tersadar dari lamunan ku. Ku sentuh bibirku sembari diam-diam menatap Sehun dengan tatapan membunuh.
Sialan, beraninya dia mencuri kesempatan disaat beberapa menit aku kehilangan kesadaran.
"Kenapa kau masih memakai baju tidur? Bukankah hari ini kita janji pergi ke butik? Kau tahu kan besok adalah hari spesial untuk kita berdua," cengir Sehun sambil duduk disebelah ku dan merangkul pundak ku.
"Aku baru bangun," ujarku sedikit ketus. Sehun mengangguk-angguk dan menatapku lamat-lamat kemudian berusaha mendekatkan wajahnya, hidung kami pun bertemu dan aku sontak memalingkan wajah. Aku tidak mau bermesraan dengan orang yang bahkan hanya ku anggap adik.
"Aku tidak bisa menerima semua ini sebelum menikah," ujarku pelan sambil beranjak dari tempat ku menuju kamar mandi untuk membenahi diri.
"Arraseo, setelah menjadi istriku kau sudah harus siap menerima apapun yang akan aku lakukan."
Aku memejamkan mataku sejenak setelah menutup pintu kamar mandi kemudian menyenderkan punggungku disana.
Aku sudah lelah dengan semua yang tidak dapat aku hadapi, batinku sungguh terguncang hebat.
Bisakah ada sedikit keajaiban untuk besok? Aku tidak ingin menjadi istrinya.
"Mana yang akan kau pilih?" tanya Sehun setelah kami tiba di butik pilihannya dan mendudukkan diri sejenak sembari melihat-lihat baju yang akan kami kenakan di hari pernikahan kami.
Mataku tak sengaja menangkap gaun yang aku kenakan disaat seharusnya aku akan menjadi istri sah dari Baekhyun. Kenapa gaun itu ada disini? Kenangan di kubangan penuh luka kembali memenuhi otakku.
Tidak terasa sudah dua tahun lamanya aku tidak pernah melihat sosok Baekhyun lagi berada disekitar ku.
Rindu dan benci membuncah menjadi satu.
"Apa kau mau itu?" tanya Sehun ikut menatap apa yang aku tatap sedari tadi. Dengan cepat aku menggelengkan kepala. "Terserah padamu saja. Pilihanmu adalah pilihanku," ujarku miris.
Bisakah semua ini cepat berlalu?
Selesai fitting baju pernikahan kami, Sehun mengajak ku berkeliling. Dia menggenggam erat tanganku membuatku merasa kurang nyaman.
"Aku merasa tidak sabar untuk hari esok," ujar Sehun sumringah. Padahal Dibelakangnya aku terus saja mengumpat.
Keesokan harinya, rumah Sehun mendadak berubah menjadi sebuah istana megah. Banyak bunga-bunga cantik menghiasi rumahnya.
Apa aku kuat menghadapi semua ini? Masalahnya apa yang aku lakukan telah bertentangan dengan hatiku. Aku telah banyak membohongi diri sendiri saat bersama Sehun. Aku memaksakan segalanya untuk dijalani asal semuanya dapat berlalu dengan cepat.
Disinilah aku duduk menghadap cermin setelah dirias menjadi pengantin wanita yang cantik. Aku menatap lamat-lamat diriku lewat cermin. Rasanya aku belum siap menerima kenyataan bahwa hari ini aku akan mengucapkan kebohongan bahwa aku siap menjadi Ny. Oh.
Bukankah lebih baik aku tidak membohongi diri sendiri?
Tanpa menunda waktu, aku membuka jendela kamar lantai dua ini dan dengan berbagai cara akhirnya aku dapat turun dengan selamat. Ku lihat bodyguard Sehun sibuk mempersiapkan segalanya didalam rumah.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Best Choice [✔]
FanfictionSebelumnya aku tidak pernah membayangkan di waktu beranjak dewasa, aku akan mendapatkan hadiah pernikahan yang sulit. Bukan pernikahan normal seperti hal biasanya di lakukan dua orang insan yang saling mencintai, bahkan aku tidak bisa memberikan cin...