Sehari setelah ayah Baekhyun meninggal, aku memutuskan untuk menginap dirumah keluarga Byun, membantu ibu Baekhyun dalam mengurus segala urusan rumah tangga yang ditinggalkan oleh ayah Baekhyun.
Aku bisa meresapi kesedihan yang dialami ibu Baekhyun, jadi karena aku perduli aku memutuskan untuk membantu ibu Baekhyun, orang yang selalu membantuku saat aku masih berstatus sebagai 'istri' Baekhyun.
Tentunya aku meminta Chanyeol merahasiakan hal yang aku lakukan dari orang tuaku karena jika tidak, maka aku sangat yakin hal yang aku lakukan akan mengundang murka kedua orang tuaku.
Kini aku membantu ibu Baekhyun memasak untuk orang rumah, sedangkan Baekhyun masih tidur dikamarnya bersama Wendy dan Chanyeol tadi berpamitan pergi keluar.
Rasanya jika seperti ini, aku kembali berada di posisi yang manis. Sama seperti dulu di saat aku masih menjadi istri sah seorang Byun Baekhyun.
Miris, kenapa aku mengingat hal ini?
"Tadaaa, akhirnya selesai juga!" girang ibu Baekhyun. Aku ikut tersenyum saat membantunya menghidangkan makanan dan beberapa alat untuk makan.
"Joohyun-ah, rupanya kemampuanmu sebagai seorang istri yang baik masih melekat. Aku senang melihatnya, jadi semoga saja kau bisa membangun keluarga yang lebih baik bersama Chanyeol dan punya anak-anak yang lucu." ibu Baekhyun mengusap lembut puncak kepala ku.
Keadaan menjadi hening, percakapan ini membuatku tidak selera membuka mulut untuk melanjutkan topik pembicaraan yang ibu Baekhyun bahas.
"Joohyun-ah, bantu aku menghidangkan sup yang masih di panci tadi, aku akan membangunkan Baekhyun terlebih dahulu." ibu Baekhyun hampir saja pergi jika aku tidak menahannya.
"Eomeoni, ah maksudku ahjumma--" aku menatap ibu Baekhyun yang meletakkan telunjuknya di bibirku. "Kau masih boleh memanggilku eomeoni, jangan berlebihan. Lagi pula aku lebih suka kau memanggilku begitu." wanita yang tidak lama lagi akan memasuki fase tua renta itu, tersenyum hangat. Tatapannya juga tidak kalah hangatnya.
"Eumm...Eomeoni, tapi jika aku memanggilmu begitu aku yang tidak enak hati dengan Wendy. Aku hanyalah mantan istri Baekhyun," ujarku lirih.
"Ayolah, Joohyun. Aku yakin Wendy tidak berpikiran yang macam-macam mengetahui usianya yang cukup matang untuk tidak bersikap childish. Iya kan?"
Aku mengangguk pelan pada akhirnya.
"Kalau begitu cepat jemput Baekhyun dikamarnya, nanti kalau makanannya dingin jadi tidak enak. Kau tahu, kan kalau Baekhyun menyukai makanan yang hangat-hangat? Aku berharap makanan yang aku buat bisa membuat Baekhyun merasa hangat pula," ujar ibu Baekhyun lirih. Aku memeluk singkat ibu Baekhyun kemudian tersenyum hangat.
Belum beberapa langkah aku meninggalkan keberadaan ibu Baekhyun, aku terkejut ketika wanita setengah paruh baya itu menarik lenganku dan mengusap punggung tanganku lembut.
"Gomawo, Joohyun-ah. Karenamu, Baekhyun bisa menerima kepergian ayahnya dan membuatnya kembali melanjutkan hidup setelah menerima kenyataan itu," lirih ibu Baekhyun. Aku tersenyum lirih sekali lagi, tanpa sepengetahuan ibu Baekhyun.
Jika Baekhyun bahagia, aku pun sama.
Dengan langkah terseret menaiki anak tangga, aku baru sadar bahwa aku ragu pergi ke kamar Baekhyun karena aku tidak mau terlalu larut dalam kesedihan hanya karena melihat Baekhyun bahagia bersama Wendy.
Aku sengaja memperlambat langkah ku.
Setibanya di depan pintu kamar Baekhyun, aku menarik nafas sejenak dan tidak mau ambil pusing menyikapi persoalan Baekhyun dan Wendy. Sekali lagi aku katakan, aku ingin belajar bagaimana caranya merelakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Best Choice [✔]
FanfictionSebelumnya aku tidak pernah membayangkan di waktu beranjak dewasa, aku akan mendapatkan hadiah pernikahan yang sulit. Bukan pernikahan normal seperti hal biasanya di lakukan dua orang insan yang saling mencintai, bahkan aku tidak bisa memberikan cin...