Athaya memperhatikan jalanan. Ia menendang bebatuan kecil yang ia temui. Sebelum ia masuk ke tempat tersebut, ia melihat situasi takut ada yang berjaga atau mengikutinya. Athaya pun membuka hoodienya dan mulai memanjat dengan lincah.
Ia memanjat pagar itu tanpa terjatuh. Setelah sampai di dalam tempat itu, Athaya berlari lurus ke arah utara. Jalanannya mulai tidak datar melainkan semakin miring, semakin naik. Sampailah ia di ujung tempat tersebut dan ia terkejut karena ada orang yang menempati tempatnya tersebut.
Athaya berdeham dan membuat orang tersebut segera melempar sesuatu dan bangkit dari duduk nyamannya. Athaya menghampirinya dan menyimpan sikut kanannya di pagar pembatas.
"Siapa lo?" tanya orang itu; laki-laki
Bau rokok,
"Harusnya gue yang nanya, siapa lo?"
"Gue Dimas"
"Kenapa lo ada di tempat gue?"
"Tempat lo?" Dimas tertawa mengejek
"Lo pikir ni tempat punya bokap nyokap lo?" ia mengangkat sedikit kepalanya
"Gue biasa disini dan gabakal ada orang disini kecuali gue, dan bahkan gue masih ngira lo hantu sampe sekarang" Athaya merasa kesal
"Gue setiap hari kesini" jawab orang itu semakin songong
"Gue juga kesini tiap hari"
"Gue biasanya ada di daerah sini, tapi sekarang gue lagi ada masalah yang bener-bener masalah dan gue butuh cahaya bulan sama bintang juga angin malem"
Dimas tidak percaya, ia tidak percaya apa yang barusan ia katakan. Sebenarnya dia adalah orang yang sangat sulit mengaku jika dia punya masalah. Bahkan dia tidak pernah bercerita tentang bahwa dia punya masalah ke orang terdekatnya. Tapi sekarang? Ia malah mengakui ke orang yang baru saja ia kenal.
"Gue ga butuh curhatan lo tentang masalah lo, minggir lo dari tempat gue" Athaya mendorong tubuh Dimas
Awalnya Dimas hendak melawan, tapi tidak jadi. Ia baru sadar bahwa Athaya bukanlah tandingannya, Athaya perempuan, tidak boleh disakiti. Kakeknya selalu bilang bahwa perempuan itu tidak boleh disakiti sekalipun ditampar dengan sehelai kertas.
"Gimana kalo kita berbagi tempat ini?" tanya Dimas
"Bagi bagi, lo pikir kue lo bagi-bagi?"
"Sans dong, kita bagi aja, gue sebelah kiri dan lo sebelah kanan"
"Boleh, tapi gue mau batas" Athaya melipat tangannya
"Ini batasnya di tengah"
Dimas membawa kayu ranting kecil yang ada di dekatnya dan berjalan menuju tengah. Ia menggaris tanahnya dengan ranting kecil dan menyimpan ranting tersebut di tengah-tengah garis.
"Kalo lo lewatin batas, lo harus kabulin apa yang gue mau" Athaya duduk diatas tanah ini
"Gue juga sama, kalo lo lewatin batas. Lo harus kabulin juga permintaan gue"
"Deal?" Athaya mengulurkan tangannya
"Deal" Dimas menjawab uluran tangan Athaya
Athaya menarik tangan Dimas sehingga Dimas melewati batas yang ia buat sendiri. Dimas menunjukan ekspresi bingung, kaget, marah dan tidak terima.
"Apa apaan?!" teriak Dimas
"Lo harus kabulin apa yang gue minta Dim"
"Ck, yaudahlah" Dimas terlihat pasrah

KAMU SEDANG MEMBACA
Athaya
Genç Kurgu(tamat) Cerita tentang; Athaya Latfesha yang nakal, cuek, dingin, tidak perduli, keras kepala dan mempunyai banyak masalah yang baru saja merasakan apa itu cinta. Bahkan menurutnya perasaannya saat itu lebih rumit dibandingkan apapun. Perasaannya sa...