dua puluh dua

1.8K 96 2
                                    

"Gue pulang ah, trims yo ga di suguhin apa-apa" kata Alika menepuk punggung Marvel keras

"Jadi itu namanya apa kacang yang dari tadi lo makan?" Marvel memutar kedua bola matanya

"Makanan"

Athaya yang mendengar Alika hendak pulang, ia mempunyai ide untuk ikut. Karena ia terlalu sering menggunakan mobil online. Ia segera ke kamar mandi terdekat dan mengganti bajunya dengan seragamnya lagi, walau sedikit basah dan kusut

Ia melipat baju Lily yang ia pinjam dan menaruhnya di gantungan yang berada di belakang pintu. Ia pun segera keluar,

"Eh Al, lo bareng Dimas kan? Gue ikut ya, mau sekalian les" ucap Athaya menatap Dimas

"Yaudah" kata Alika

"Gue ikut dong, gue mau nyuciin baju lo yang basah gara-gara gue Thay" kata Raihan

Apaan sih ni anak

Athaya segera mengambil tasnya, dan berlari kecil mengikuti Alika dan Dimas yang sudah berjalan keluar rumah Marvel, "gausah" jawab Athaya kepada Raihan

Athaya memasukki mobil milik Dimas yang sebelumnya pernah ia naiki. Athaya duduk di sebelah bangku kemudi; di sebelah Dimas sedangkan Alika duduk di belakang

Mobil yang dikemudikan Dimas sedari tadi tidak berhenti karena tidak ada lampu merah yang menahannya. Keadaan di mobil hening, hanya ada suara penyiar radio yang terus bercakap tanpa kenal lelah

Tu penyiar gue tebak pasti mulutnya udah penuh air liurnya

Langit sudah mewarnai dirinya dengan sentuhan oranye ke merahan yang artinya matahari sudah ingin istirahat. Sebentar lagi mobil ini berhenti tepat di depan rumah Alika, rumahnya tidak berubah seperti terakhir kali Athaya main kerumahnya. Hanya ada penambahan pot tanaman, dan mobil barunya

"Thanks yo Al, dah Thaya" Alika membawa tasnya dan turun dari mobil,

Dia membuka gembok pagarnya dan menutupnya kembali sebelum Dimas menjalankan mobilnya menjauh dari rumah Alika

"Lo gamau pulang?" tanya Athaya

"Langsung ke tempat biasa aja gimana?" Dimas balik nanya, "tapi gue masih pake seragam Sadimmm" Athaya melihat seragamnya yang sudah terlipat-lipat dan agak basah, kemeja putihnya tidak pernah ia masukkan kedalam rok abu-abu pendeknya

"Gue juga kali, gapapa, biar disangka anak SMA yang lagi pacaran" Dimas menaik turunkan kedua alisnya

Apasih ganyambung

Semburan warna merah di pipi Athaya muncul kembali, ada kupu-kupu berterbangan di perutnya, bibirnya tidak dapat menyembunyikan senyuman. Athaya menunduk menyembunyikan wajah malunya

"Lo tambah cantik kalo lagi malu, apa gue harus ngebaperin lo setiap saat biar lo selalu cantik?" ucap Dimas dengan mata yang memperhatikan jalan, Dimas tersenyum

"Apaan sih lo" ujar Athaya

"Gue ngebayangin kalau kita ngomong pake 'aku' 'kamu', atau mungkin kita pacaran dan ngomongnya 'aku' 'kamu'" kata Dimas

Lah makin ganyambung ni orang

Lagi-lagi Athaya tidak dapat menutupi senyuman di bibirnya. Athaya berharap itu, Athaya mengharapkannya juga, berpacaran dengan Dimas. Walaupun ia tidak tau betul apa saja yang ia harus lakukan saat berpacaran, itu tidak biasa baginya. Tapi dihatinya mengatakan bahwa ia mengharapkan Dimas

"Ngomong apa sih" Athaya memutar kedua bola matanya

Dimas tersenyum, ia paling suka menggodai perempuan di sampingnya ini. Menurutnya Athaya sangat lucu saat ia di jaili seperti ini, rona merah di pipinya menambah kesempurnaan Athaya

Matahari sudah tertidur, hanya ada cahaya lampu kota di pinggiran jalan dan lampu kendaraan lainnya yang menyinari jalan ini. Tanda Athaya sadari jari-jari Dimas sudah terpaut dengan jari-jarinya

"My hands,
Your hands
Tied up
Like two ships"

Dimas menyanyikan sederet lirik dari lagu One Direction. Dimas menarik nafas panjang, matanya menatap jalanan sendu

"Gue berharap kaya gini selamanya, dengan lo yang selalu ada di sisi gue" ucapnya

"Kita bisa kayak gini kapan aja lo mau Dimas" Athaya mengeratkan tangannya di tangan Dimas

"Lo mungkin bisa menetap, lo bisa selalu ada disini buat gue, bahkan lo harus, tapi sayangnya, lo gaboleh, gue ga ngebolehin karena gue tau, gue yang bakal pergi, gue yang gabisa tinggal" Dimas memberhentikan mobilnya, sedetik kemudian Athaya sadar bahwa mereka sudah sampai

"Yuk, turun" Dimas melepas pegangan mereka, keluar dari mobil. Baru sadar bahwa Dimas yang melepas pegangannya, Athaya teringat kata-kata Dimas barusan

Dimas membukakan pintu mobilnya untuk Athaya, mereka berjalan beriringan menuju tempat yang biasa mereka duduki. Sesampainya di tempat itu, mereka duduk di bagian masing-masing dengan garis tengah yang sudah hilang terhapus sapuan angin

"Lo mau pergi kemana?" tanya Athaya menatap Dimas

"Gue gatau, gue juga gamau pergi Athaya, gue pengen selamanya sama lo. Tapi ada suatu rencana, rencana yang entah siapa yang membuat yang bilang bahwa gue akan pergi. Tolong bantu gue untuk tinggal Athaya" Dimas menatap Athaya, seakan terhipnotis Athaya hendak meneteskan air matanya, enggan orang yang ia sayangi pergi

Siapa lagi yang perduli dengannya seperduli ini melainkan Dimas? Hanya Dimas yang bisa menemaninya 24 jam jika Athaya ingin, hanya Dimas yang membuat hatinya meleleh, dan hanya Dimas yang berhasil mencuri hatinya dan matanya, matanya hanya untuk melihat Dimas

Tapi kenapa perasaannya terbagi dua kalau ia tau Dimas sudah mencuri hati Athaya? Kenapa Athaya merasakan perasaan yang sama ketika ia ada di dekat Raihan? Kenapa perasaannya terlalu rumit disaat ia tidak ingin kehilangan Dimas? Ia harus memilih Dimas karena ia tidak ingin Dimas pergi, tapi perasaannya tetap terbagi dua

"Gue gabisa bikin lo tetap tinggal Dimas, gue gangerti sama semua ini" ucap Athaya

"Maka lo yang harus ninggalin gue" Dimas menatap langit, berusaha menyembunyikan kesedihan dan kesakitannya telah mengucapkan kalimat tersebut

"A-apa maksudnya sih? Dim gue gasuka kayak gini ya, tinggal lo gagalin rencana itu, that's it!" kata Athaya yang marah akan perasaannya, tidak seharusnya begini. Tidak seharusnya perasaannya terbagi dua disaat ia seharusnya mencintai seseorang yang harus pergi

"Lo harus cari seseorang yang bikin hati lo untuk dia sepenuhnya" kata Dimas

Kenapa kata-kata Dimas semakin membuat dadanya sesak? Athaya mulai menangis, tidak perduli ia dibilang cengeng nantinya

"GUE GABISA! KARENA HATI GUE BUAT LO DIMAS!" teriak Athaya

"Lo gabisa bikin gue tinggal karena gue tau, gue bukannya geer atau apa, gue tau lo cinta sama gue. Tapi sayangnya cinta lo kebagi dua Athaya, itu sebabnya lo gabisa bikin gue tinggal. Jadi lo yang harus tinggalin gue dan mulai mencintai orang itu" kata Dimas

"Kenapa lo engga peluk gue disaat gue lagi nangis gini?" gumam Athaya

Sebuah deringan memecah situasi menyedihkan tersebut. Melihat nama peneleponnya membuat Dimas mengendus kesal dan terpaksa menjawabnya. Ia meletakkan ponsel di telinganya dan mendengar ocehan pria tua. Ia segera mematikkannya dan bangkit

"Gue gamau meluk lo karena gue gamau nyiram bunga yang udah tumbuh di hati lo, biarin bunga itu layu dan ditumbuhi oleh orang lain. Sekarang ayo pulang, gue ada urusan" Dimas meninggalkan Athaya yang masih terduduk, isakannya semakin kuat. Tidak seharusnya Athaya seperti ini, ini bukan Athaya

Bahkan mereka belum memulainya, memulai sebagai pasangan. Tapi kenapa masalah datang secepat itu? Memisahkan mereka yang bahkan belum membahagiakan satu sama lain layaknya pasangan yang lain?

Kenapa masalah selalu menimpa kehidupan Athaya?

AthayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang