dua puluh enam

1.6K 99 7
                                    

"Temen lo di tabrak mobil"

Dunia kembali berhenti, detak jantung Athaya kembali tidak beraturan. Air matanya tumpah, "hahaha, pasti dia nyuruh lo akting kan?"

"Akting? Ini serius" perempuan itu berlari, membuat Athaya yang ada di pegangannya tertarik

Suara sirene ambulan terdengar di kuping Athaya, ia berlari menuju rombongan orang. Sebentar lagi ambulan akan tiba, sirene nya sudah terdengar. Ia menerobos kumpulan orang yang melihat Raihan, Athaya menutup mulutnya

Darah segar mengalir dari bagian badan Raihan, mata Raihan tertutup, tangannya memegang kepalanya yang berdarah. Athaya terduduk di sebelah Raihan yang terbaring lemah di aspal

"Rai?" Athaya mengguncang pelam tubuh Raihan

Yang di pegang membuka matanya, ia tersenyum, Athaya memeluk Raihan, menyimpan kepalanya di dada Raihan, "hai Thay, maaf ya kita ga jadi nonton film" kata Raihan, tangan Raihan sudah berada di rambut Athaya untuk mengelusnya

"Eh, rambut lo abis di cuci ya? Maaf, jadi kena darah" kata Raihan, mendengar itu tangis Athaya langsung meledak, ia tidak dapat menahannya lagi. Tangan Athaya mengelus lembut tangan Raihan, "gapapa, kita bisa nonton filmnya nanti. Tapi lo harus sembuh dulu" kata Athaya

"Gue ga sakit" ucap Raihan, ia terkekeh

"Oh iya Thay, pas gue mau beli popcorn, gue nemu ini, lucu, jadi gue beliin buat lo" Raihan mengeluarkan sesuatu dari kantong jaketnya; jaket Farrel, dan kemudian Raihan memberikan benda tersebut kepada Athaya

"Kaos kaki? Makasih Rai" Athaya menguatkan pelukannya, "Thay" panggil Raihan, "hmm?" jawab Athaya. Sirene ambulan semakin dekat, tiba-tiba sebuah ambulan pun berhenti tidak jauh dari keramaian ini

"Gue ngantuk, gue tidur ya?" kata Raihan, "GA RAI JANGAN, LO TAHAN YAA, BENTAR DOANG KO" Athaya memegang tangan Raihan kuat, "gue mau tidur Thay" mata Raihan tertutup, tangis Athaya semakin menjadi, ia memukul pelan dada Raihan

"Ga lucu bego! Bangunnn!!" teriak Athaya

"Dek, jangan di pukul dadanya, minggir sebentar ya, korban akan kami naikkan ke benda ini" tegur seorang yang Athaya tebak adalah petugas ambulannya, ia tidak pernah tau namanya, bahkan ia bukan dokter(?) atau, suster(?)

"Namanya Raihan! Bukan korban!" protes Athaya

"Iya maaf, sekarang Raihan saya pindahkn dulu ya ke sini" kata petugas itu menunjuk sebuah troli(?) yang terdapat matras dia atasnya

"Gue ikut" Athaya menaiki ambulan tersebut, "boleh, tapi dimohon untuk duduk di samping dan tidak berisik" perintah petugas tersebut, Athaya mengangguk

Matras yang membawa Raihan sudah masuk ke ambulan, begitu pula dengan petugasnya. Dengan cepat ambulan pun melaju, dengan menyalakan sirenenya

Athaya memegang dan mengelus lembut tangan Raihan, sebuah benda yang cekung yang membantu nafas Raihan tertempel menutupi mulut dan hidungnya, tapi masih terlihat karena warnanya transparan

"Raihan, bangun" gumam Athaya

Sesampainya di rumah sakit, Raihan langsung di turunkan dan dibawa ke Unit Gawat Darurat, Athaya membantu menggiring benda yang ia sebut trolly itu. Mata Raihan masih tertutup, tubuhnya lemah, begitu pula dengan Athaya yang melihat Raihan

"Anda tidak boleh masuk, mohon tunggu disini" ucap petugasnya saat Athaya hendak masuk ke ruangannya, Athaya mengangguk

5 menit, 10 menit, Athaya membawa tubuhnya bolak-balik memikirkan kondisi Raihan. Sampai ia lupa harus mengabari keluarga Raihan, ia pun mengeluarkan handphonenya dari saku piyama-nya

AthayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang