tujuh

2.3K 108 2
                                    

"Jadi?"

"Jadi apa?"

"Kenapa kalian bertengkar di area sekolah?"

Athaya lagi-lagi di buang ke ruangan bk bersama Pak Sumsepul dan hari ini ada bintang tamu; Vano.

"Kita cuma ribut dikit gausah lebay" ucap Athaya

"Bapak bukan lebay, tapi ini area sekolah sangat mengganggu jika kalian berdua bertengkar seperti tadi"

"Siapa suruh Vano bacot"

"Iya pak, dia ga salah, saya yang salah" kata Vano

Sok pahlawan anjing

"Vano diam dulu ya, ini bukan salah kamu ini salah Athaya seharusnya dia tidak emosional"

Yang tadinya Pak Sumsepul sangat kasar dan menekan semua kata jika berbicara dengan Athaya. Sekarang Pak Sumsepul malah sangat ramah dan baik kepada Vano.

"Gue cewe, gue ngalah" kata Athaya

"Ini bukan salah dia pak ini salah saya" kaya Vano

"Gausah sok jadi pahlawan lo anjing"

Gaya bicaranya terkesan santai menurut Athaya tapi sangat keras menurut Vano apalagi Pak Sumsepul.

"JAGA BAHASA KAMU ATHAYA!" teriak Pak Sumsepul

"Auah cape gue, lo semua ga gentle, mainnya banci. Apaan ngebentak cewe"

Setelah itu Athaya langsung keluar dan pergi dari ruangan Pak Sumsepul. Di sisi lain Pak Sumsepul memijat panggal hidungnya sama halnya seperti mamanya Athaya saat ia pusing sehabis berdebat dengan Athaya. Sedangkan Vano hanya tertunduk bingung harus apa.

"Lo sabar aja Van, Athaya emang keras sama orang yang baru dia deket. Dan lo juga jangan bacotin dia terus. Gue aja yang bacot sama dia dimarahin apalagi lo" Marvel menepuk pundak Vano

Bel istirahat sudah berbunyi dari tadi, Vano memutuskan untuk ke kantin bersama Alika dan Marvel. Sedangkan Athaya, ia tidak tau kemana Athaya pergi.

"Intinya lo deketin aja pelan-pelan dan berusaha ngikutin apa yang dia suka" kata Alika

Vano yang diceramahi sedari tadi hanya menunduk, dan mengangguk. Sembari berfikir

Kenapa gue pengen banget deket sama Athaya?

Athaya menyuapkan spaghetti ke dalam mulutnya dengan kasar. Ia mengscroll halaman Instagramnya dengan tidak jelas dan tidak tau apa yang akan ia lihat. Ia memakan spaghettinya dengan kasar dan tergesa-gesa. Sampai ia keselek

"Uhuk..uhukkk...minum..uhukk"

Dan Athaya baru sadar bahwa ia lupa membeli minuman. Seperti khayalan yang terkabul seseorang menyimpan es teh manis di meja Athaya. Tanpa ba-bi-bu Athaya langsung mengambilnya dan meneguknya.

"Hampir mati gue"

Jika orang itu tidak datang dan memberikan Athaya minuman. Mungkin Athaya sudah terbang tinggi menemui Tuhan saat itu juga. Athaya hendak melihat siapa yang menyelamatkan nyawanya

"Teh manis gue gantiin" katanya yang tiba-tiba sudah duduk dihadapan Athaya

Lah? Orang lain? Tapi ko kayak yang kenal?

"Kenapa? Gue ganteng? Emang" katanya

"Lo ngelucu? Kalo ngelucu itu ga lucu samsek"

"Gue ga ngelucu itu fakta"

Athaya memutar kedua bola matanya dan kembali memakan spaghettinya. Orang itu berdeham beberapa kali dan Athaya tidak tau apa maksud dehaman itu

"Ahelah kagak peka banget si, bilang makasih nya mana?" Orang itu mengetuk-ngetuk meja dengan jarinya

"Lo ga ikhlas nolongin orang?"

"E..ehh ikhlas ko ikhlas, btw lo inget kan siapa gue?"

"Ga" singkat, padat, jelas, jawaban Athaya

"Masa lupa sih? Gue kakak osis yang ngebimbing lo waktu MOS, Rafadya"

Athaya keselek spaghettinya lagi, ia segera meminum es teh manis yang sebelumnya ia minum tadi.

"Ini apa-apaan sih? Takdir mau bikin percobaan pembunuhan apa?" Athaya memukul-mukul dadanya

Mampus Ka Rafa, ah tai kenapa dia harus kesini sih. Pergi aja lo ke laut kampret

Orang itu; Rafadya Rizki, kakak kelas Athaya. Cinta pertama Athaya di SMA. Kakak osis yang dulu membimbing Athaya saat MOS. Kini datang lagi ke kehidupan Athaya

"Hati-hati dong kalo makan makanya" Rafa menepuk-nepuk punggung Athaya

SEJAK KAPAN DIA KEBELAKANG GUE DAN NEPUK-NEPUK PUNGGUNG GUE?!

"Apaan sih gausah ditepuk-tepuk!" Ucap Athaya

"Masa gamau di pegang sama cogan?"

"Maaf gue bukan cabe yang kegatelan pengen dipegang cowok"

Setelah itu Athaya langsung pergi tanpa menghabiskan spaghettinya. Ia berfikir bahwa itu spaghetti yang sudah dimasukkan sihir hitam sehingga membuat Athaya tersedak terus.

Seseorang yang keras, kasar, cuek, dan judes; Athaya Latfesha pernah jatuh cinta. Ia jatuh cinta pada kaka kelasnya yaitu Rafadya Rizki. Singkat cerita waktu ia MOS Rafa lah yang lebih sering membimbing Athaya. Rafa lah yang selalu ingin di dekat Athaya. Rafa lah yang memberikan Athaya harapan, tapi pandangan Rafa teralihkan oleh perempuan tercentil dan tergatel di sekolahnya.

Kylie Zamorza, kapten cheers SMA Manungyasih. Kylie juga pintar dalam pelajaran apapun tapi kekurangannya adalah Kylie itu selalu cari perhatian cowok. Ia sangat centil dan juga kegatelan. Kylie adalah rival Athaya, Athaya menganggap Kylie rival karena Kylie sangat cerewet, menyebalkan dan selalu mengajak Athaya berantem. Kylie pernah menjambak rambut Athaya tapi Athaya balas dengan tonjokkan.

Kylie menganggap Athaya rivalnya karena kecantikan seorang Kylie Zamorza tertandingi oleh Athaya Latfesha. Padahal Athaya tidak pernah merasa bahwa ia itu sangat cantik. Dan masa bodoh dengan kedudukan nya sebagai Queen of beauty di sekolahnya.

"Kenapa udah pulang?"

Suara menyebalkan itu terdengar ke kuping Athaya saat ia pertama kali melangkahkan kakinya di rumahnya. Ia melihat wanita itu dan kembali melanjutkan jalannya. Saat Athaya melewati wanita itu, wanita itu; mamanya menarik lengan Athaya kasar

"Jawab" ucap mamanya dingin

Athaya tidak menjawab ia malah menarik tangannya dari tangan mamanya dan meringis kesakitan. Mamanya menampar Athaya

"Jawab!"

"Kemaren Thaya pulang telat dimarahin sekarang pulang lebih awal dimarahin, mama maunya apa?!"
Satu tamparan lagi mengenai pipi Athaya, Athaya melihat ibunya sinis dan langsung berlari ke kamarnya. Ia menutup pintunya keras dan menguncinya. Ia menuju bagian pojok kamarnya, lalu ia duduk dan menekuk kedua lututnya lalu membenamkan wajahnya. Ia mendongkakkan keras kepalanya agar kepalanya terbentur ke tembok dan mengulainya beberapa kali.

Ia berdiri dan mengambil sebuah cutter dari laci meja belajarnya. Ia membukanya dan menggoreskan cutter tersebut ke tangan kirinya. Darah perlahan keluar dari goresan cutter tersebut. Athaya melempar cutternya ke sembaranh arah dan tiduran di kasurnya. Ia tidak bisa menangis, ia... Menangis di dalam.

AthayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang