delapan

2.3K 113 9
                                    

Seperti biasa, Athaya menjalankan rutinitas malamnya. Pergi saat jam 10 dan pulang sekitar jam 3 di pagi buta. Ia pernah benar-benar pulang sampai jam 6 pagi dan akhirnya ia tidak sekolah karena alasan mengantuk tapi ia bilang ke gurunya bahwa ia izin.

Athaya terkenal sebagai perempuan yang tidak pernah bolos. Tapi sebenarnya mereka tidak tau bahwa akhir-akhir ini Athaya semakin nakal dan berani. Ia tidak tau apa alasan kenapa ia semakin nakal, tapi Athaya fikir ia akan tetap melanjutkannya.

"Gada yang lewat apa?" Athaya mengendus kesal

Sedari tadi ia hanya duduk di halte bus sambil melihat motor dan mobil yang lewat. Dan sesekali kucing dan anjing liar yang lewat didepannya. Padahal ini baru jam setengah sebelas tapi kenapa bus dan kendaraan umum lainnya tidak melintas di depannya sedari tadi?

Athaya menundukkan kepalanya dan bersenandung kecil. Athaya sangatlah pandai dalam bernyanyi dan bermain alat musik, suaranya yang merdu pernah membawanya lomba saat ia masih SD san SMP dulu. Tapi sejak SMP kelas 9 ia mulai memendam bakatnya.

Kakinya bergoyang goyang berlawanan arah satu sama lain. Sebuah mobil sedan hitam berhenti di depan halte yang Athaya diami dari tadi. Sang pemilik mobil membuka jendelanya dan berteriak

"Oh lo yang namanya gue lupa, lo mau ke tempat biasa?"

Ternyata dia orang yang waktu itu bertemu Athaya di tempat biasa. Ia lupa namanya, kalau tidak salah Masid? Sidam? Adim?

"Hmm" jawab Athaya

"Dingin banget kaya es batu, mau gue anter ga? Gamau yaudah dadah"

"Gue belom jawab bgst" ucap Athaya

"Berarti mau, ayo naik buruan"

"Bacot lo Sadim"

Entah setan apa yang merasuki Athaya malm ini kakinya membawa Athaya memasukki mobil tersebut. Biasanya Athaya paling susah jika ia ditawarkan sesuatu, biasanya Athaya berfikir sampai 100 kali untuk memastikan pemikiran tawaran itu. Tapi sekarang, ia bahkan tidak perlu berfikir

"Nama gue Dimas, lu pikir Sadim anjing peliharaan tetangga gue Pak Oleyg"

Athaya sudah duduk manis di sebelah Dimas, ia menutup pintunya. Dimas memakaikan Athaya seat-belt, Athaya melihat wajah Dimas yang lewat didepan mukanya dan hanya berjarak 5 cm. Pipinya memanas, ia tau pipinya merah

SEJAK KAPAN GUE SENSI GINI ANJ

"Gue cuma seat-belt in jangan baper lo pe'a" kata Dimas sambil menjalankan mobilnya

"Apaan sih anj, gue alergi deket lo jadi gini. Btw rumah lo di komplek Watiasari ya?"

Entah kenapa Athaya yang sangat dingin dan tidak doyan berbacot sekarang ia yang memulai pembicaraan yang tidak penting.

"Iya, ko tau"

"Temen gue juga disitu, tadi lo bilang tentang Pak Oleyg. Yang punya anjing, anjingnya galak banget fak. Temen gue pernah dikejar tu anjing sialan"

Marvel, Alika ataupun Vano tidak akan percaya jika mereka melihat Athaya seperti ini. Athaya, seperti, kerasukan sesuatu.

"Siapa nama temen lo? Siapa tau gue kenal" tanya Dimas

"Alika"

"Alika Zaffsed?"

"Iya"

"Itu sih gue tau, sohib gue dari kecil. Nanti kalo lo ketemu sama dia salamin dari Dimas ya"

"Iya" Athaya mengangguk

Setelah itu tidak ada lagi percakapan diantara mereka. Tidak ada yang bersuara kecuali lagu dari radio di mobil. Suara lagu di radio semakin tidak jelas, berarti mereka sudah mendekati kawasan tempat yang biasa ia kunjungi. Frekuensi radio di tempat itu sangatlah kecil.

AthayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang