empat

3K 148 7
                                    

Sekarang Athaya tidak tau harus kemana untuk tempat bolosnya. Sedari tadi ia hanya bergumam kesal tentang gurunya; Pak Irvan

"Ga dapet istri mampus lo"

Saking kesalnya Athaya tidak memperhatikan jalan dan menabrak seseorang. Athaya yang terjatuh.

"Aw!"

"Maaf" ucap orang itu, laki-laki

Tapi setelahnya, orang itu langsung lari dan tidak membantu Athaya yang masih terduduk kesakitan di lantai sekolahnya ini.

"Heh sini lo bangsat!" Teriak Athaya

Athaya bangkit dan mengejar orang itu dengan langkah yang tidak secepat orang itu karena kakinya masih lemas dan sakit. Athaya mengejar orang itu dari lorong ke lorong lainnya. Ia melewati kelas-kelas dan sempat dilihat oleh murid-murid dan guru. Ia bersyukur gurunya tidak ikut dalam kejar-kejaran ini dan menangkap Athaya.

Orang itu semakin cepat berlari, sangat lincah pikir Athaya. Athaya pun menaikkan kecepatan berlarinya dan hampir sejajar dengan orang itu. Tinggal 1 cm lagi untuk menarik baju orang itu tiba-tiba seseorang meneriaki namanya

"ATHAYA LATFESHA!"

Lantas Athaya menengok dan melihat siapa orang yang berani mengganggu film actionnya itu. Sedangkan orang yang Athaya kejar pun berlari kabur dan entah kemana, Athaya berdecak kesal karena gagal mendapat orang itu. Padahal ia belum melihat wajah orang itu.

Orang yang tadi meneriaki nama Athaya mendekat ke Athaya, dan Athaya baru sadar siapa orang itu.

"Mampus, mati gue"

-

Athaya terduduk santai di kursi kerajaannya ini. Daritadi ia hanya memperhatikan orang yang sedang sibuk melihat dan menyusun kertas-kertas yang jumlahnya tidak sedikit. Setelah orang itu selesai menyusunnya, ia memberikannya kepada Athaya.

Athaya menolak

"Tau, ini laporan kenakalan saya kan? Bosen liatnya"

"Itu tau, kenapa masih dilakukan Athaya?"

"Karena saya mau" ucap Athaya santai

"Kamu itu bersekolah disini Athaya, disekolah ini ada peraturan dan kamu harus mematuhinya, contohnya TIDAK MEMBAWA HANDPHONE KE SEKOLAH" orang itu; Pak Sumsepul menekan nada pada kalimat terakhir

Athaya yang mendengar kalimat terakhir langsung memasukkan handphone yang sedari tadi ia pegang ke sakunya. Dan kembali menatap Pak Sumsepul di hadapannya

"Kalau saya gaboleh bawa handphone, atau murid-murid gaboleh bawa handphone. Kenapa bapak dan guru-guru bawa handphone?" Athaya membenarkan posisi duduknya

"Guru membawa handphone karena itu penting, jika ada apa-apa pada siswa, guru bisa melaporkan kepada orang tua siswa. Jika ada guru lain yang tidak masuk guru yang tidak masuk itu bisa mengabarkan dan memberi tugas kepada guru piket"

"Benar, kalo ada apa-apa pada murid, guru bisa melaporkan kepada orang tua. Tapi siapa yang akan melaporkan jika siswa ada apa apa diluar sekolah? Saat mereka tersesat di jalan sepulang sekolah dan 'wah aku tersesat dan tidak membawa handphone karena tidak di perbolehkan di sekolah'"

"Guru disini kan dibayar? Kenapa malah guru yang nyuruh-nyuruh? Harusnya yang bayar yang nyuruh orang yang dibayar" lanjut Athaya, ia tersenyum miring

Athaya meninggalkan Pak Sumsepul yang sedang berfikir di ruangannya. Athaya sudah terbiasa beradu mulut dengan Pak Sumsepul. Dan Athaya lah yang selalu menang, guru-guru tau bahwa Athaya adalah anak yang tidak mau kalah saat berdebat. Kadang siswa lain juga tidak ingin ada urusan dengan Athaya, karena takut mukanya babak belur.

AthayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang