"LEPASIN!" Athaya berteriak sambil memukul tangan yang menariknya tersebut. Ia baru saja bahagia, kenapa harus ada masalah lagi?
"Pulang kamu! Mama mau bicara!" orang itu; Dinda, mama Athaya dan Farrel menarik tangan Athaya. Athaya meringis kesakitan ia berusaha menarik tangannya dan menahan badannya agar tidak tertarik mamanya itu
"Tante, tante, jangan gitu tante, kasian Athaya" Dimas memegang tangan Dinda, membuat wanita berusia sekitaran 38-an tersebut menampar pipi Dimas
"DIM!" teriak Athaya, "mama! jangan sakitin orang yang perduli sama Athaya!" Athaya terus menerus mencoba melepas tangannya
Ia kira mama dan papanya sudah berangkat mengejar pekerjaannya tetapi ia salah, mamanya masih di Indonesia
"Siapa yang perduli sama kamu?! Gaada!" Dinda menarik paksa tangan Athaya, tangis Athaya mengalir deras, akhirnya ia pasrah karena tangannya sudah mulai sakit bahkan kepalanya juga sakit
Ia berjalan sempoyongan di tarik mamanya, yang ia tau terakhir kali, ia memasukki mobil dan semuanya gelap. Kepalanya terlalu sakit
Athaya menerjapkan matanya beberapa kali, langit-langit yang ia tatap masih tidak jelas dan kepalanya sangat pusing. Ia mencoba duduk dan menggosok matanya beberapa kali sebelum melihat pemandangan sekitar
"Sialan!" teriak Athaya
KENAPA GUE BISA ADA DI RUMAH?!
Athaya berlari menuju pintu dan hendak membukanya, tapi pintu itu terkunci. Athaya mencari kunci pintu itu di seluruh penjuru kamarnya, bahkan ia menggeser-geser meja, kasur, dan lemarinya untuk mencari kunci pintu kamarnya
Kenapa ga lewat jendela aja bego!
Athaya segera menuju jendelanya, ia membukanya tapi sia-sia. Jendelanya tidak mau terbuka, Athaya beberapa kali mencoba membuka jendelanya dengan kekuatan yang ia punya, tapi jendela itu tetap tidak akan terbuka
Ia memukul-mukul kaca jendelanya, berharap jendelanya akan pecah. Ia juga menendang dan mendobrak kaca tersebut dengan benda berat dan keras
Ia baru ingat bahwa jendela ini anti peluru, peluru aja tidak bisa apalagi barang-barang di kamarnya. Mengingat almarhum kakeknya adalah orang pemerintahan dan pasti banyak orang jahat yang ingin melukainya atau keluarganya. Kakeknya itu memutuskan untuk memasangkan jendela yang anti peluru untuk keluarga besarnya
Athaya hanya bisa mengangguk dan memutar kedua bola matanya saat jendela itu terpasang. Karena hal pertama yang Athaya fikirkan adalah, bagaimana ia kabur jika ada penjahat atau rumahnya kebakaran?
Athaya kembali duduk di kasurnya, ia menundukkan kepalanya lemas. Tangannya merah dan membiru akibat memukul jendela, ia merogoh kantungnya dan menemukan handphonenya
"BANGSAT!" dan handphonenya mati, ia mencari chargernya dan ia baru sadar bahwa ia meninggalkan semuanya di rumah sakit dan apartemennya, sekarang ia hanya bisa terdiam di kamar ini
Seseorang memasukki kamarnya, "keluar" suruh Athaya. Orang itu tetap masuk dan berjalan ke arah Athaya, "saya bilang keluar, keluar! apa ucapan saya kurang jelas?" Athaya tidak mau menatap orang tersebut
Orang itu; Dinda menampar Athaya, "jaga bicara kamu! Mama gapernah ngajarin kamu ngebentak mama!"
"Saya bukan anak anda!" Athaya berteriak kembali, tangannya mengepal, siap meninju perempuan ini kapanpun ia mau
"Wahhh, ternyata kamu udah tau duluan sebelum mama ngasih tau, maksudnya, sebelum tante ngasih tau" Dinda mendorong tubuh Athaya membuat Athaya yang membeku terjatuh,
"Kamu udah saya kasih tau untuk ga berbuat onar di sekolah, itu bikin malu saya dan apa yang terjadi kalau saya malu? Pekerjaan saya kacau!" ucap Dinda yang kemudian Dinda keluar dari kamar Athaya dan kembali menguncinya
Athaya terdiam, "gue bukan anak mama" gumamnya. Ia menatap kakinya, berusaha mencerna apa yang sudah terjadi, "tante?" Athaya benar-benar tidak tau apa yang terjadi, yang ia mau hanyalah keluar dari sini
Athaya hanya terdiam di kasurnya sambil menahan rasa lapar di perutnya, ia baru sadar bahwa ia belum makan dari pagi. Matanya memerah, tangannya masih biru, rambutnya acak-acakan, ia meringkuk karena kedinginan dan kelaparan
Pintu diketuk, ia tau siapa itu, karena mama dan papanya tidak pernah mengetuk pintu saat memasukki kamar Athaya. Athaya pernah berfikir bahwa orang tuanya adalah pengusaha besar, itu artinya mereka berdua sangatlah cerdas, tapi apakah mereka pernah diajarin sopan santun?
"Athaya, ini gue, boleh masuk?" tanya orang itu; Farrel
"Masuk"
Baru saja masuk, Farrel segera memeluk Athaya yang meringkuk. Farrel memeluk Athaya erat seperti tidak ingin melepaskannya. Pelukan yang Farrel berikan cukup hangat
"Maafin gue Thay, maafin gue, harusnya gue ada tadi pagi buat lo. Maafin gue Athaya maafin" Farrel mengelus puncak kepala Athaya
"Gue gabisa bawa lo keluar, mama bakal tau karena di rumah ini cctv nya ga sedikit. Cuma di kamar lo dan gue aja yang gaada cctv, gue kasih tau--" Farrel mendekat, berusaha membisikkan sesuatu
"Di kamar mandi lo, ada ventilasi kan? Itu cukup besar buat badan lo, mama ga ngunci ventilasi itu. Lo keluar lewat situ, lo bakal keluar ke komplek belakang, hati-hati karena itu tinggi banget, janji sama gue lo keluar abis lo makan ini" Farrel memberikan sekantung plastik berisikan makanan yang cukup banyak
Athaya bersyukur memiliki kakak seperti Farrel, yang menyayanginya dan melindunginya kapan saja. Athaya menerima plastik dari Farrel, ia tersenyum walau dipaksakan
"Gue temuin lo di apartemen atau di rumah sakit, selama lo makan charger hape lo" Farrel memberikan chargeran punyanya dengan kabel protector berwarna hitam, warna kesukaan Farrel
Athaya memeluk Farrel erat, "gue sayang banget sama lo bang, gue bakal ada kapan pun lo butuh gue bang, kalaupun gue lagi di ujung tebing mau jatoh, kalo lo minta tolong, gue bakal berusaha nolong lo bang"
Farrel terkekeh, "Farrel sayang Athaya jugaa"
Setelah itu Farrel tersenyum dan keluar dari kamar Athaya, "itu makanan mama yang beliin, percaya sama gue, mama masih sayang sama lo" sehabis itu Farrel benar-benar keluar dari kamar Athaya
Athaya mencharger handphonenya dan kemudian membuka makanan tersebut. Ada sup, ayam, nasi yang lumayan banyak dan 2 buah botol air mineral. Ia memakannya dengan lahap
—
Sedikit ya? Maafin deh yes, belum dapet mood nulisnya lagi
Gue pengen macarin Farrel ah
Vommentsnya guys!
KAMU SEDANG MEMBACA
Athaya
Подростковая литература(tamat) Cerita tentang; Athaya Latfesha yang nakal, cuek, dingin, tidak perduli, keras kepala dan mempunyai banyak masalah yang baru saja merasakan apa itu cinta. Bahkan menurutnya perasaannya saat itu lebih rumit dibandingkan apapun. Perasaannya sa...