empat puluh tiga

1.6K 87 1
                                        

"Dimas?"

Athaya menatap perempuan yang baru saja menepuk pundak Dimas dan kemudian Athaya memasang wajah galak-nya kepada perempuan tersebut.

"Kalo jodoh pasti ketemu lagi" perempuan tersebut duduk di sebelah Dimas dan menautkan tangannya ke tangan Dimas.

Dimas dengan kasar menarik tangannya dan menjauhkan tubuhnya dari perempuan itu.

"Ngapain lo ke sini?" ucap Athaya dengan nada tidak suka, sangat tidak suka.

"Emangnya ini mall punya bapak lo? Emang kenapa sih kalo gue ketemu Dimas? Lagian lo bukan siapa-siapanya juga" perempuan itu; Ivanka memutar kedua bola matanya.

"Mall ini emang bukan punya gue, tapi itu cowo yang di sebelah lo itu, itu punya gue" Athaya berdiri dan menghampiri Dimas, menarik tangannya dan menyuruhnya segera pergi dari tempat ini.

"Athaya pacar gue, I-van-ka" kata Dimas sebelum tangannya ditarik Athaya menjauh.

Ivanka terkejut dengan apa yang Dimas katakan. Pertama, Ivanka tidak pernah menyangka bahwa Athaya adalah pacar Dimas sekarang. Kedua, Dimas tidak seharusnya memanggil namanya 'Ivanka' karena Dimas selalu memanggil dirinya 'pai'.

"Thay lo ga marah kan sama gue?" tanya Dimas.

Athaya menggeleng. Ia tau ia tidak akan bisa marah kepada Dimas. Namun ia mencoba pura-pura marah saat ini. Athaya melepaskan tangannya dari tangan Dimas dan berjalan duluan. Ia juga tidak tau kenapa alasan dia harus pura-pura marah. Karena adegan tadi Dimas lah yang lebih terlihat menghindari Ivanka.

"Thay, lo marah ya? Aduh, tayanknya Dimas marah gimana dung" Dimas mengejar Athaya yang sudah berjalan di depannya.

Athaya yang mendengar ucapan Dimas mendadak tertawa geli. Dan cemberut, "gue kan lagi pura-pura marah!" protes Athaya.

"Lah, ko pura-pura?"

"Lo mau gue marah beneran"

"Jangan" kata Dimas. Athaya tersenyum, ia tau Dimas akan bilang jangan..

"Lo serem kalo marah, kaya ibu negara ngamuk"

Sekarang Dimas benar-benar menyesali ucapannya. Wajah Athaya berubah datar tapi sorot matanya berubah tajam. Dimas hanya berdoa dalam hati agar ia dibiarkan tetap hidup malam ini.

"Lo bilang apa?" tanya Athaya.

"Engga sayang, ga bilang apa-apa, bilang kamu cantik banget" Dimas menyengir sambil mengacungkan jari telunjuk dan tengahnya membuat tanda 'peace'.

Athaya hanya memutar kedua bola matanya lalu terkekeh kecil. Ia suka mengerjai Dimas dengan dirinya yang bersiap akan mengamuk. Wajah Dimas seperti berdoa agar ia selamat dari dirinya.

Lokasi mereka berdua sekarang ada di basement. Athaya bilang bahwa ia sudah bosan di mall jadi dia mengajak Dimas untuk melihat pemandangan di tempat dimana mereka pertama kali bertemu.

Keduanya terdiam saat mobil baru saja dijalankan. Hanya ada lagu Right Now yang dinyanyikan One Direction yang mengisi kesunyian mobil ini. Athaya mempunyai perasaan tidak enak. Seperti akan ada yang hilang beberapa hari ke depan. Sedangkan Dimas sedang berperang dengan dirinya sendiri di dalam hati. Ia belum mau pindah ke LA, ia masih ingin duduk di sebelah Athaya dan memeluknya.

"Dim, lo sadar ga sih sejak gue sama lo. Gue jarang ngerokok lagi" ucap Athaya.

Dimas mengangguk, "gue juga"

"Lo pernah bohong ke gue kalau lo ga ngerokok" Athaya terkekeh, mengingat saat-saat awal ia bertemu Dimas.

Dimas mengangguk lagi, tidak tau apa yang harus dia jawab karena sedari tadi ia belum fokus dengan ucapan Athaya. Ia masih memikirkan tentang dirinya yang harus pindah ke LA.

AthayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang