dua puluh

2K 106 1
                                    

Akhirnya keduanya pun sampai di sebuah warung(?), entah ini disebut warung atau kafe. Tempatnya kecil seperti warung tapi suasananya seperti kafe, dengan sebagian tempat yang tidak diberi atap jadi bisa langsung melihat langit

Itu kalo ujan tinggal pesen gelas abis itu keisi air ujan deh, minum

Dimas pun menaruh helm keduanya di masing-masing stang, atau apalah itu namanya untuk menggas motor. Kemudian Dimas memegang tangan Athaya membawanya masuk

"Eh dek Dimas" sapa yang Athaya tebak pasti penjualnya

"Halo Pak Man, kopi yang biasa ya tapi sekarang dua"

"Aduh, pacarnya ya? Cantik banget dek Dimas" Athaya hanya tersenyum mendengar pujian bapak tua bernama Pak Man ini

"Calon pacar Pak"

Bugh!

Athaya menonjok bahu Dimas dan membuat Dimas meringis kesakitan, Pak Man yang melihat hanya membulatkan matanya dan ikut meringis

Tangan Athaya memang gatal menonjok bahu Dimas tapi merah di pipinya lagi-lagi tanpa izin muncul

"Aduh neng, jangan galak-galak sama calon pacarnya kasian tuh" kata Pak Man sambil terkekeh dan membuat kopinya

"Calon tukang kebun saya ini mah Pak" setelah itu Athaya memegang tangan Dimas; menariknya untuk mengajaknya duduk

"Tangan gue emang memikat untuk dipegang" ucap Dimas menggoda, Athaya langsung melepas tangannya dari tangan Dimas

Akhirnya pesanan mereka datang, Athaya menyeruput pelan kopinya, "enak" ia melanjutkan menyeruput kopinya. Dimas tersenyum mendengar perkataan Athaya dan ikut menyeruput, "Pak Man emang punya rahasia sendiri buat kopi ini" jelas Dimas

Athaya hanya mengangguk

"Dimas ini, sering banget kesini dari SMP. Pesennya pasti kopi ini terus, atau kadang kalau dia lapar dia beli roti bakar atau pisang goreng" Pak Man ikut menimbrung
Athaya kembali mengangguk tanpa bisa melepas gelas itu dari tangannya, hangat

"Waktu itu pernah seminggu dia ga kesini, saya cari-cari, khawatir. Ga taunya lagi keluar negeri, pas balik ke sini lagi, bapak minta nomor Dimas biar bisa komunikasi kalau ga kesini. Kadang juga Dimas kalau siang suka mesen kopi lewat apa itu namanya, ojek online"

"Aduh, ko ga bilang sih bapak nyari-nyari Dimas??" tanya Dimas

"Abisnya Dimas itu udah kaya anak bapak sendiri"

Athaya tenggelam dalam lamunannya, kenapa Dimas punya banyak banget kenalan? Bahkan dia juga kenal Alika, tetangganya. Athaya boro-boro kenal tetangganya, bertemu saja hampir tidak pernah kali. Jangankan tetangga dan orang di luar itu, keluarganya saja tidak sedekat itu dengannya

Gue berkeluarga sama Dimas ajalah, e-eh maksudnya masuk keluarga Dimas, bukan itu, aduh

Athaya menggeleng-gelengkan kepalanya membuat Dimas dan Pak Man yang sedang berbincang menatap Athaya heran, "kenapa?" tanya Dimas

"Gagaga" Athaya merasa bahwa dirinya salting, salah tingkah

"Kamu ada tugas atau ada kerja kelompok? Ko pulangnya larut banget" ucap mama kepada orang yang baru saja membuka pintu

"Nyari Athaya"

Mama membuang nafas kesal, "ngapain anak ga berguna itu dicari"

Orang itu; Farrel menatap mamanya tajam. Ia maju selangkah mendekatkan diri kepada mamanya

AthayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang