15. Dating?

51.4K 3.9K 253
                                        

"ANJ*NG SERIUS?!" Flora terkekeh saja mendengar sumpah serapah Citra. Hampir saja Citra tersedak mie ayam yang masuk ke mulutnya sendiri. Ia sudah menduga bahwa respon Citra akan seperti ini. Sesuai bayangannya.

"Ngapain gue bote sih?" ucap Flora yang kemudian menyesap milkshake strawberry-nya. Wajah Flora terlihat begitu santai, sementara Citra berusaha keras menahan responnya agak tidak lebih dramatis dari ini. Namun, tetap saja sulit.

"Eh sumpah Flor itu muka lo resek banget pengen gue gosok ke aspal."

"Muka gue biasa aja kok."

"Justru itu. Makin songong."

"Jadi harusnya muka gue gimana? Histeris? Syok? Dramatis? Gue bukan lo."

Citra mendengus, "Biarpun gitu kan harusnya lo masang muka apa kek gausah sok datar gitu lah. Gue tahu lo seneng bukan kepayang. Kayak abis dijatuhin duren 1000."

"Sakit bego."

"Perumpamaan pinter."

"Terserah lo deh." Flora kembali menyuap mie ayam hangat yang ada di depannya. Sebenarnya ia senang. Begitu senang. Namun, ia hanya ingin terlihat sedikit elegan di depan Citra. Mungkin, saat pulang nanti ia akan berteriak-teriak kegirangan di dalam kamar.

"Gue gak habis pikir si Farshad bisa gituin cewek. Gue kira dia gak normal. Habisnya kayak gak pernah suka cewek," kata Citra terkekeh. Ia kemudian menyesap jus mangganya. Tiba-tiba Flora menjitak kuat kepala Citra. Dan kali ini, Citra benar-benar tesedak jus mangga yang ia minum.

"Farshad normal njir."

"Uhuk uhuk... anjir lo mau bikin gue mati kesedekan apa."

"Lo juga bego banget ngira dia gak normal."

"Lo kok jadi bela Farshad? Ohiya, gue lupa. Lo suka Farshad hahaha." Dan tawa Citra kali ini benar-benar terdengar memuakkan. Flora melototkan matanya.

"Apa? Lo mau ngelak? Gak bisa Flor. Lo gak bisa ngelak. Karna apa? Karna cara lo ngeliat dia itu beda. Dan tiap ngomong sama dia lo selalu senyam-senyum kayak gak waras."

Flora tercengang, "Emang gue gitu? Ah perasaan lo aja."

Mungkin, apa yang dikatakan oleh Citra ada benarnya juga. Namun, Flora hanya tidak begitu menyadarinya.

"Ya... gi-" ucapan Citra terpotong setelah handphone milik Flora bergetar. Seseorang meneleponnya. Saat itu pula wajah Flora terlihat begitu cerah. Ia buru-buru mengangkat telepon itu.

"Bentar ya Cit," ucapnya, "Hai Farsh!" sapa Flora dengan nada ceria yang berlebihan. Membuat Citra hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya saja. Maklum saja, sedang dimabuk cinta.

"Hai Flor," ucap laki-laki di ujung sana dengan nada suara yang biasa saja namun terdengar begitu cool.

Flora sengaja menekan tombol load speaker. Bermaksud pamer dengan Citra. Citra tambah memutar bola matanya. Iri? Mungkin. Bukan iri karena ingin memiliki Farshad, namun lebih tepatnya iri ingin memiliki pujaan hati juga seperti Flora.

"Kenapa Farsh?"

"Enggak. Gue cuma mau bilang hari ini gak bisa ngajar. Gue dipanggil bos."

"Itu doang?" Citra menahan tawanya. Mungkin bisa dibilang kali ini, Flora gagal untuk pamer. Tidak ada yang spesial.

"Emang apa lagi?"

"Yaa kenapa lo gak sms aja? Kenapa harus nelpon?" Flora menampilkan wajah cemberut seakan Farshad saat ini sedang melihatnya.

"Males ngetik."

"Oh gitu hmm."

"Emang kenapa? Gak suka gue nelpon?" Suara Farshad terdengar dingin, seperti biasa. Tidak ada nada hangat seperti saat ia mengucap maaf tadi sore sambil memeluk Flora.

Hear My VoiceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang