"Farshad nembak gue," bisik Flora pada Citra saat sedang berlangsung pelajaran Sejarah.
"Jadi, runtuhnya kerajaan Mataram disebabkan oleh beberapa faktor. Pertama, disebabkan oleh letusan gunung Merapi yang mengeluarkan la-" ucapan Ibu Sulastri terpotong seketika, saat salah satu muridnya berteriak histeris.
"SUMPAH? BENERAN? DEMI APA?!"
Semua mata mengarah pada pemilik suara itu, Citra. Terutama Ibu Sulastri. Beliau menaikkan 1 alisnya, "Citra Anggita Clarabelle! Apa kamu tidak pernah membaca buku Sejarah, sehingga kamu mempertanyakan kebenaran itu?"
"Hah? Eng-enggak Bu. Ma-maaf saya tidak bermaksud seperti itu...." Citra menunduk seketika mendengar ucapan tajam dari Bu Sulastri. Bahkan ia terbata-bata saat menjawab pertanyaan itu.
Flora berusaha keras menahan tawanya.
"Anjir Flor, elu sih," desis Citra.
Flora hanya nyengir lebar.
"Flor beneran? Lo sama dia udah resmi?" Citra sepertinya tak kapok ketika dimarahi. Ia malah melanjutkan obrolannya sambil berbisik-bisik. Penasaran.
Flora tersenyum kemudian menaik-turunkan alisnya. Citra melotot. Ia tak menyadari lagi kalau Ibu Sulastri tak lagi bersuara. Citra masih saja sibuk mengobrol.
"Terus gimana? Lo terima? Ih asli. Gila-gila. Fix pasangan terhot di sekolah. Eh tapi, lo gak takut apa sama doi? Ntar gimana kalau tiba-tiba besoknya dia berubah jadi jahat lagi?"
Seseorang berdeham di samping Citra. Flora langsung diam mematung, tak berani mengeluarkan sepatah katapun. Citra malah mendesak Flora berbicara, "Flor kok lu diem ajasi..."
Flora berusaha terus memberikan kode bahwa saat ini yang terus berdeham adalah Ibu Sulastri. Flora menyenggol-nyenggol lengan Citra. Dan Ibu Sulastri telah berdiri di samping Citra. Semua orang mengulum senyumnya.
"Flor..."
"CITRA!!!" pekik Ibu Sulastri tepat di samping Citra.
Citra yang terkejut langsung berdiri. Ia menoleh perlahan ke samping kiri. Matanya melotot seperti sedang melihat kuntilanak. Citra gemetar, keringat dingin mengucur.
"I-iya Bu..."
"KAMU INI TIDAK MENDENGARKAN YAAA!!!" ucap Bu Sulastri geram sambil menjewer telinga Citra kemudian menyeretnya hingga ke depan kelas, "CEPAT KAMU LARI 20X PUTARAN DI LAPANGAN!!!"
Citra meringis, semua teman-temannya tertawa. Kecuali Flora dan Farshad. Flora menatap Citra dengan tatapan 'turut berduka cita' sementara Farshad, tentu saja tak peduli dengan semua keributan ini.
"Aduh Bu... kebanyakan 20... 10 aja ya Bu?"
"KAMU KIRA INI DI PASAR? SEENAKNYA TAWAR MENAWAR. CEPAT LARI SANA!!!"
"Belum bisa lari Bu. Ibu belum lepasin jewerannya," ucap Citra dengan wajah memelas.
Bu Sulastri akhirnya melepas jeweran telinga itu. Tentu saja, telinga Citra jadi kemerahan. Citra menggosok-gosok telinganya yang terasa panas, kemudian menatap Flora dengan tatapan sebal. Flora membalas tatapan itu dengan gerakan mulut tak bersuara, seakan ingin berkata sorry Cit.
Ah, yang benar saja. Nasib Citra jadi menyedihkan seperti ini. Jomblo, dihukum guru, lengkap sudah penderitaannya.
~~~
Flora menatap kosong bangku milik Farshad. Kemana laki-laki itu? Wajahnya jadi cemberut. Ini hari pertama mereka resmi berstatus sebagai sepasang kekasih. Seharusnya, mereka berdua menghabiskan banyak waktu bersama seperti sepasang kekasih pada umumnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hear My Voice
Teen Fiction[COMPLETE]Flora Callia Valerie, atau sering dipanggil Flora. Cewek populer, cantik, tapi ditakuti cowok. Cewek tomboy yang jagonya berantem. Tapi kalau urusan pelajaran, dia mundur. Bukan karna gak pinter, hanya karna malas. Walaupun terkenal serem...