17. Cover Up

47.5K 3.4K 136
                                        

Seorang gadis cantik berkulit putih pucat tersenyum dengan mata yang lirih. Rambutnya lurus kecoklatan, poninya jatuh menutupi keningnya, ia mengenakan baju terusan selutut. Wajahnya manis, semanis perilakunya yang lemah lembut. Hanya dengan suaranya saja, Farshad mampu mengenali gadis itu.

Gadis yang suaranya mirip dengan suara milik kekasihnya, Flora.

Melihat gadis itu berdiri tepat di hadapan Farshad, membuat Farshad tak bisa bernafas sedikitpun. Rasanya sesuatu menghalangi saluran pernafasannya. Dan senyum itu, masih semanis dulu.

Farshad gemetar, ia mengepalkan tangannya kuat-kuat, dan rahangnya ikut mengeras. Ia langsung memalingkan wajahnya kemudian berusaha melangkah masuk ke dalam rumah. Namun, gadis itu menggenggam lengan Farshad.

"Farsh... dengerin aku..." ucapnya lirih.

Farshad tak menjawab, ia melepaskan genggaman tangan itu dengan kasar. Kemudian, dengan wajah dingin bak gunung es abadi, ia masuk meninggalkan Nanda yang diam mematung sambil menundukkan kepalanya dalam-dalam. Kemudian, air mata jatuh perlahan melewati pipinya.

Farshad membanting pintunya keras. Tak peduli lagi dengan gadis itu. Ia memukul dinding dengan begitu geram hingga buku-buku jarinya merah. Kenapa lo balik.... pikirnya putus asa.

Farshad masuk ke kamar kemudian menghempaskan tubuhnya dengan kuat. Air matanya jatuh. Ia mengusap kasar wajahnya. Kenapa lo balik di saat gue udah nemuin yang lain?

Apa Farshad akan goyah setelah melihat wajah cinta pertamanya itu? Farshad mulai takut. Apa ia harus menyesali semua keputusan ini? Ia mulai ragu pada dirinya sendiri. Tidak, memilih Flora adalah ketetapan hatinya. Nanda hanyalah masa lalu, masa lalu buruknya. Masa lalu yang harus ia buang jauh-jauh. Walaupun perasaan itu masih ada, ia berjanji pada dirinya sendiri akan memberikan hatinya seutuhnya pada Flora.

Tapi butuh waktu.

Farshad menutup telinganya ketika gadis itu masih saja mengetuk pintu dan memanggil namanya. Tak lama kemudian, handphone-nya bergetar. Ia menarik handphone-nya dari saku celana. Ternyata, Flora mengiriminya pesan.

Si cerewet : Farsh udah pulang?

Baru saja Farshad hendak membalas pesan itu, lagi-lagi suara gadis itu mengganggunya.

"Farsh... buka pintu..."

Gadis di luar masih saja mengetuk pintunya. Farshad menghela nafasnya keras. Ia melangkah ke luar dengan geram, membuka pintunya kasar.

"Lo tuh mau dibilang cewek gak bener? Malam-malam gini masih ngetuk pintu rumah cowok," ucap Farshad dingin. Ia menatap lurus mata Nanda hingga gadis itu tertunduk tak berdaya.

Nanda bungkam. Farshad membalik tubuhnya, namun Nanda lagi-lagi menggenggam tangan Farshad.

"Apa lagi?"

"Aku gak ada niatan sama sekali ninggalin kamu Farsh.... Aku ..."

Farshad langsung melepaskan genggaman tangan itu. Sekali lagi ia masuk dan menutup pintunya tanpa menoleh sedikitpun ke arah gadis itu.

Takut, takut mendengar alasan itu.

~~~

Flora melangkah lebih dulu, sementara Farshad membuntuti di belakang. Pagi ini, mereka memang berangkat bersama. Namun ada yang berbeda, wajah Farshad terlihat berantakan, kantung matanya hitam, tanda bahwa laki-laki itu tak bisa tidur semalam. Dan laki-laki itu jauh lebih dingin dibandingkan biasanya. Ia juga tak banyak bicara pada Flora.

Flora sempat khawatir bahwa laki-laki itu sakit, karena wajahnya juga terlihat pucat. Namun, laki-laki itu menolak diberi obat.

Flora berbalik menghadap Farshad, ia berjalan mundur, "Farsh, lo udah ngerjain PR Fisika?"

Hear My VoiceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang