19. Keep in My Memory

47.3K 3.5K 42
                                    

"Flor, kemaren gue ketemu Farrel. Gue gak sengaja tuh kesenggol lengan dia. Eh dia langsung cepet-cepet bersihin lengannya gitu. Disangka gue najis apa? Sok suci. Iuh."

Citra bercerita, sementara Flora sibuk bermain game sambil mendengarkan celotehan itu. Bila dulu Flora sibuk membicarakan kekesalannya terhadap Farshad kepada Citra, maka kali ini Citra lah yang sibuk membicarakan Farrel kepada Flora.

"Cit, lo tahu gak hal terakhir yang terjadi waktu gue benci orang?"

"Apaan?"

"Gue berujung jadian sama orang itu. Gue harap lo juga deh. Biar kita bisa double date." Flora terkekeh, sementara Citra memberengut. Rasanya menyesal telah bercerita pada Flora.

"Double date pala lo peyang. Najis banget dah punya cowok sok suci kayak gitu. Cuih."

"Farrel itu sakit Cit. Psikisnya sakit. Harusnya lo sembuhin lah." Kenapa Flora malah membela Farrel? Citra melongo. Flora selalu saja bersimpati pada orang-orang aneh seperti Farrel.

"Apa urusannya gue nyembuhin Farrel? Gue kenal aja kagak. Cuma tau namanya doang. Dan baru kemaren gue ketemu, dia udah langsung kasih bad impression di pertemuan pertama. Gak banget dah." Citra menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Palingan lo kemakan omongan kayak gue dulu. Liat aja ntar."

"Kok doa lo jelek sih Flor? Bete banget gue."

Flora kali ini menghentikan permainannya, kemudian ia mengalihkan pandangannya pada Citra, "Cit, gue kasih tahu nih ya. Bad impression di awal pertemuan itu gak selalu jadi buruk sampai akhir. Begitu juga dengan good impression. Bad impression bisa jadi awal mula kisah manis. Who knows?"

Citra memutar bola matanya malas.

"Lo liat aja gue sama Farshad. Dan feeling gue nih ya, lo bakal kepincut sama Farrel. Gue sih lebih setuju lo sama Farrel dibandingkan si brengsek Rendy."

"Flor stop stop stop!! Gue gak tahan lagi denger ocehan lu ah udah gue cabut." Citra langsung beranjak dari tempat duduknya. Pusing mendengar semua ucapan Flora. Bukan apa-apa, ia hanya takut semua ucapan itu benar-benar terjadi.

Flora terkekeh saja.

Citra melangkah ke luar kelas dengan hentakan kaki kerasnya karena sebal. Di ambang pintu ia malah tertabrak seseorang. Seseorang yang tak terduga, Farrel.

Farrel langsung menatap sebal Citra, namun tak bicara apapun.

"Jalan tuh pake mata jangan pake dengkul!" kata Citra dengan nada tinggi. Farrel menaikkan alisnya, namun tetap tak berkata apapun. Ia sibuk membersihkan baju yang tertabrak oleh Citra, kemudian membersihkan tangannya dengan hand sanitizer.

Citra mendengus, kemudian melangkah pergi dengan wajah super jutek, "Dasar sok suci," ucapnya sambil berlalu.

Flora tertawa geli melihat kejadian itu. Ah, luar biasa. Si ratu drama yang tak pernah punya musuh sekalipun kini telah memiliki satu musuh. Musuh yang Flora doakan akan menjadi bagian hidup Citra yang hilang.

Setidaknya, agar sahabatnya itu tak perlu ngenes-ngenes amet.

"Ngetawain cowok lain di depan gue?" Nada suara itu terdengar jutek, dingin, sebal, dalam satu waktu. Flora langsung menengok ke belakang, tepat saat laki-laki itu berdiri di belakangnya.

"Cemburuan amat sih baru juga ngetawain cowok lain. Belum jalan sama cowok lain." Flora menjulurkan lidahnya, bermaksud mengejek laki-laki itu.

Laki-laki itu melangkah duduk di depan Flora. Ia memutar kursi di depan Flora, agar bisa duduk berhadapan dengan pacarnya.

Hear My VoiceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang