"Gue putus sama Rendy," kata Citra santai sambil mengisap jus alpukatnya. Hampir saja Flora tersedak pentol bakso yang ia kunyah.
"Apa?"
"Gue putus."
"Kok bisa? Bukannya lo cinta mati sama tuh orang? Si brengsek itu yang mutusin?" Flora terpaksa menghentikan kegiatannya saat ini dan fokus menatap lurus gadis berambut pendek yang saat ini duduk di depannya sambil memain-mainkan jus alpukat dengan sedotan.
"Gue yang putusin."
Pernyataan ini tak kalah mengejutkan dari pernyataan sebelumnya. Apa Citra telah sadar akan kebrengsekan Rendy? Hidayah darimana?
"How can?"
"Panjang ceritanya. Intinya, gue udah ngerasa bego banget suka sama dia hahahaha. Gue pikir, gue bisa ngubah kebrengsekan dia. Ternyata gak bisa. Gue udah gak tahan. Dia selingkuh sama Tasya."
"Tasya? Gila gila. Tapi gapapalah si Rendy cocok sama Tasya. Sama-sama gak bener." Flora hanya menggeleng-gelengkan kepalanya. Yang penting, Citra sudah terselamatkan dari playboy cap gentong yang satu itu.
Flora kembali memakan baksonya, ia sebenarnya tahu bahwa semua orang di kantin saat ini menatapnya sinis dan jijik. Jelas, rumor kemarin mengenai dirinya yang mencuri handphone Ana itu sudah menyebar. Tapi, apa pedulinya? Ia hanya ingin menikmati kebersamaannya dengan Citra di sekolah ini seminggu lagi sebelum ia benar-benar pergi dari sekolah ini. Pasti mereka semua tak habis pikir dengan wajah tembok milik Flora yang dengan santainya masih menginjakkan kaki di kantin acuh tak acuh.
Kadang Flora mendengar bisikan-bisikan dari mulut-mulut busuk para penggosip. Tadi pagi saat ia melangkah menuju kelas saja sudah banyak yang melontarkan sumpah serapah maupun kata-kata pedas. Tapi, Flora hanya menanggapinya dengan senyuman. Ia sudah terbiasa.
"Pantes aja lah diputusin Farshad. Mana ada cowok yang tahan sama cewek tukang maling gitu."
"Masih aja gak malu masuk sekolah. Hih, gila muka tembok."
"Loh belum dikeluarin dari sekolah?"
"Itu ke kantin makanannya dijagain ya Bu Asih, takutnya diambil Flora."
Bahkan, penjual makanan di kantin sering menatap Flora sinis dan menyuruh Flora langsung membayar. Ada beberapa penjual kantin yang mengusir Flora juga, takut Flora mencuri. Untungnya, Bu Tini--langganan Flora membeli bakso--dan Bu Heni--langganan Flora membeli nasi Padang--masih melayani Flora dengan baik dan mau menjualkan makanannya pada Flora.
Ah, tak apa, asalkan mereka tidak menjelek-jelekkan orang tua Flora saja.
Saat mereka sedang sibuk memakan makanan mereka, tiba-tiba datang seorang laki-laki berwajah datar yang berdiri di samping meja makanan mereka. Flora dan Citra menoleh, senyum keduanya mengembang.
"Cit, buku lo ketinggalan di rumah gue," ujarnya sambil memberikan buku Citra dengan tangan kanannya. Setelah itu, ia membersihkan tangannya dengan tissue basah.
Citra tersenyum, "Wah iya, pantas gue cariin gak ada hehe. Makasih ya Rel. Ohiya gue hari ini ke rumah lo lagi, oke?" Senyum Citra tak berhenti merekah, sementara laki-laki itu memutar kedua bola matanya.
"Jangan berani-berani lo nginjakin kaki di rumah gue lagi," ujar Farrel sambil berlalu melangkah pergi.
"Oke! Berarti boleh haha." Citra tertawa puas. Bagi Citra, ucapan tidak yang meluncur dari mulut Farrel artinya iya. Reverse psychology? Maybe.
"Eh gendeng, lo deket sama Farrel? Ke rumahnya?" Flora tak bisa berhenti melongo.
Citra mendekatkan wajahnya pada Flora, "Kepo?" ujarnya berbisik-bisik membuat Flora tambah penasaran. Flora mengangguk cepat dan mendekatkan telinganya pada bibir Citra.
![](https://img.wattpad.com/cover/105349323-288-k848916.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Hear My Voice
Teen Fiction[COMPLETE]Flora Callia Valerie, atau sering dipanggil Flora. Cewek populer, cantik, tapi ditakuti cowok. Cewek tomboy yang jagonya berantem. Tapi kalau urusan pelajaran, dia mundur. Bukan karna gak pinter, hanya karna malas. Walaupun terkenal serem...