"Ratih, gue mau ngomong sama lo. Penting." Ratih menengadah sambil memperbaiki letak kacamatanya. Ia menunduk kembali. Gadis berambut pendek tengah berdiri di depan mejanya dengan wajah serius.
"Gue sibuk, Cit. Entaran aja." Ratih kembali membaca buku di depannya.
Citra meniup poninya hingga poninya terbang. Ia kemudian memutar kedua bola matanya malas. Tanpa aba-aba, ia menutup buku yang Ratih baca kemudian menarik lengan Ratih kuat hingga Ratih berdiri dari tempatnya duduk, "Lo apaan sih?!" Ratih ingin melepaskan genggaman tangan Citra, namun Citra terlalu kuat mencengkram tangannya.
"Ikut gue." Citra pun menyeret Ratih keluar kelas dengan paksa. Flora yang melihat kejadian itu, mengernyitkan kening kemudian mengikuti mereka dari belakang.
Mereka susah sampai di belakang sekolah. Tempat ini selalu menjadi pilihan karena tidak terjamah guru, selain itu mereka bebas melakukan apa saja di sini. Kebanyakan pem-bully-an juga terjadi di sini. Namun, kali ini Citra sama sekali tak berniat mem-bully Ratih, melainkan ingin mengintrogasi perempuan itu.
Ratih menghempaskan tangan Citra yang melonggar, "Lo mau ngomong apa?" tanyanya sebal karena diperlakukan kasar seperti itu.
"Duit kemarin itu duit lo? Lo yakin?" Citra menatap Ratih dengan tatapan tajamnya, membuat siapapun yang ditatap pasti merasa sedang terintimidasi.
"Lo ngomong apa sih? Udah jelas itu duit gue! Temen lo itu malingin duit gue!!" balas Ratih dengan nada tinggi.
"Lo kok gak santai sih? Gue aja nanyanya biasa aja kok." Citra menarik sudut bibirnya, "Santai aja lah Tih, seloww."
"Lo nanya seakan nuduh gue kalau itu duit Flora dan gue ngaku-ngaku itu duit gue." Ratih terlihat gemetar dengan nafas yang memburu.
"Gue gak ngomong apa-apa loh. Lo sendiri ngomong gitu. Makin memperjelas aja." Citra melipat kedua tangannya di depan dada kemudian menggelengkan kepala.
"Hah?" Ratih semakin gemetar seakan-akan Citra tengah mengucapkan skakmat. Ratih mengutuk dirinya sendiri.
"Tih, Flora salah apa sih sama lo?" tanya Citra dengan mata yang berganti lirih, "Flora baik ke semua orang, selalu bela cewek. Tapi kenapa kok sekarang semua jadi musuhnya?"
Ratih menunduk sambil mengepalkan tangannya. Ia diam saja.
"Lo lupa? Siapa yang nolong lo waktu Afram dan teman-teman biadabnya nge-bully lo di kelas? Flora, Tih. Siapa yang bikin lo gak pernah di-bully lagi sama siapapun? Flora."
Iya, dulu Ratih sering sekali di-bully oleh Afram dan teman-temannya karena Ratih begitu culun. Mereka sering keterlaluan nengerjai Ratih hingga gadis itu nenangis. Kemudian, Flora yang lama-lama tak tahan melihatnya di-bully langsung maju membela Ratih, memberi pelajaran kepada Afram dan teman-temannya. Ratih masih ingat kata-kata Flora waktu itu, "Ratih, lo terlalu berharga buat di-bully cowok brengsek kayak mereka. Jangan bikin diri lo hina sendiri Tih. Lawan!" Sejak saat itu, ketika Ratih di-bully oleh siapapun, ia akan melawan. Seperti yang diperintahkan Flora.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hear My Voice
Teen Fiction[COMPLETE]Flora Callia Valerie, atau sering dipanggil Flora. Cewek populer, cantik, tapi ditakuti cowok. Cewek tomboy yang jagonya berantem. Tapi kalau urusan pelajaran, dia mundur. Bukan karna gak pinter, hanya karna malas. Walaupun terkenal serem...