23. Shielded

43.1K 3K 94
                                        

Flora menghempaskan tubuhnya lelah setelah mengerjakan tugas Kimia. Ia terpaksa mengerjakan tugas itu, untuk menyibukkan diri agar ia tak perlu teringat akan semua yang terjadi hari ini.

Flora membenamkan kepalanya pada bantal. Ia menarik handphone-nya dari tas yang terbaring bebas di samping tubuhnya. Tidak ada pesan masuk ataupun panggilan tak terjawab. Luar biasa.

Farshad sama sekali tak ada menghubunginya. Apa laki-laki itu tidak punya perasaan bersalah atau niatan untuk sekedar meminta maaf?

Flora memutar bolanya malas dan kembali membenamkan kepalanya di bantal. Tiba-tiba handphone-nya bergetar. Secepat kilat Flora menarik handphone-nya kembali.

Senyumnya yang tadi sempat merekah langsung hilang seketika. Ia menaikkan sebelah alisnya. Nino?

Bahkan Flora sempat lupa bila ia pernah menyimpan kontak Line milik Nino. Ia pikir tadi Farshad yang mengirimkan sms. Flora menghela nafasnya.

Nino Nicander A. : Kak Flora?

Flora Callia : Iya kenapa No?

Nino Nicander A. : Oh saya pikir udah tidur. Kak Flora baik-baik aja?

Kenapa bukan lo Farsh yang nanyain keadaan gue kayak gini?

Flora Callia : Baik kok. Ada apaan?

Nino Nicander A. : Ehm enggak sih gak papa. Kalau gitu, selamat malam Kak.

Flora Callia : Malem juga.

Flora menoleh ke arah jam weker. Pukul 10 tepat. Apa yang akan terjadi besok? Apa akan lebih buruk lagi? Semoga enggak.

Tak lama kemudian terdengar suara klakson motor di depan rumah. Siapa malam-malam gini datang? Flora mengintip di jendelanya. Matanya melebar. Farshad?

Laki-laki itu ternyata menyadari bahwa saat ini Flora mengintip di jendela. Lantas Farshad memberi aba-aba dengan tangannya agar Flora membuka pagar rumah.

Awalnya Flora tak ingin membuka pagar rumah milik Neneknya, namun klakson Farshad terus berbunyi. Bila dibiarkan lebih lama pasti akan mengganggu Nenek dan Kakeknya yang sedang tertidur dan juga tetangganya. Akhirnya Flora berlari cepat ke luar rumah.

Flora membuka pintu pagarnya. Farshad memarkir motornya kemudian melepaskan helm, tapi ia tak jua membawa masuk motornya ke pekarangan rumah. Ia tetap meletakkan motornya di depan pagar.

"Lo ngapain malam-malam ke sini?" Wajah Flora tetap datar seperti terakhir kali ia meninggalkan Farshad di sekolah.

"Gue mau ngasih ini." Farshad memberikan bungkusan permen karet rasa strawberry. Flora menaikkan sebelah alisnya. Namun tangannya tak sedikitpun bergerak mengambil permen karet itu

Permen karet? Yang bener aja lah.

"Ambil."

Flora menghela nafasnya dan akhirnya mengambil permen karet itu. "Lo kesini cuma mau nganter permen karet doang? Gak ada yang lebih berfaedah lagi apa?" Flora memutar kedua bola matanya.

 "Lo kesini cuma mau nganter permen karet doang? Gak ada yang lebih berfaedah lagi apa?" Flora memutar kedua bola matanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Hear My VoiceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang