22. Severe

42.2K 3.2K 142
                                    

"Nino, jangan lupa hari ini lo live ya!" Bagas menepuk pundak Nino dan Nino hanya mengangguk tersenyum. Nino melangkahkan kakinya menuju kelas X IPA 1 yang terletak di lantai 2.

"Hai No!" Seseorang menyapanya diperjalanan. Seorang gadis berambut bob sepanjang leher tersenyum manis padanya. Dan Nino tentu saja membalas senyuman manis itu seadanya.

 Dan Nino tentu saja membalas senyuman manis itu seadanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Hai Sarah," sapanya balik.

"Lo pagi-pagi gini ke studio? Cinta banget ya kayaknya di sana." Gadis itu menyejajarkan langkah kakinya di samping Nino.

"Cuma mau menjalankan amanah doang." Nino masih melangkah menyusuri lorong dari gedung TU menuju gedung kelas di lantai 1. Ruang studio terletak satu gedung dengan ruang TU dan ruang kepala sekolah yang terpisah dari gedung kelas. Kebetulan Sarah dan Nino bertemu di gerbang sekolah bagian dalam.

Sekolah ini terbilang cukup luas, terdapat gerbang bagian dalam yakni gerbang yang membatasi gedung kelas dengan gedung lab, perpustakaan, cafetaria, dan masjid. Lalu, ada gerbang bagian luar, yakni gerbang yang membatasi gedung sekolah seluruhnya dengan jalan keluar lingkungan sekolah.

"Susah sih ya ketua Radio." Sarah terkekeh, ia menoleh ke arah samping, dan ternyata Nino hanya mengulas senyumnya kecil. Seperti biasa. Karena, Nino memang laki-laki yang mudah tersenyum.

"Ohiya, udah dapat berita baru buat disiarin? Ada yang lagi hot banget loh di sekolah."

Nino benar-benar tidak tertarik mendengar gossip semacam itu. Ia tidak begitu peduli. Dan seharusnya Sarah tahu bahwa radio sekolah tidak menyiarkan gossip tidak bermutu. Terlebih lagi gossip mengenai siswa sekolah sendiri.

"Hmm kamu tahu kan radio sekolah gak nyiarin gossip-gossip seputar siswa sekolah."

"Iyasih sayang banget. Eh tapi lo tahu Kak Flora kan?" Sarah sukses membuat pandangan Nino teralih padanya.

"Kak Flora?"

"Iya, Kak Flora yang cantik banget itu. Ih asli gue gak nyangka, ternyata dia kleptomania. Serem bangetttt." Sarah bercerita sambil bergidik ngeri. Tak pernah ia sangka bahwa wajah Flora hanya menipu.

"Gossip darimana tuh? Ah gak bener."

"Serius No. Ada saksi mata yang liat kalau dia ngaku sebagai kleptomania. Intinya, jangan deket-deket deh kalau lo gak mau barang lo hilang. Cantik sih, tapi cantiknya nipu. Maling juga ternyata. Covernya bagus, hatinya busuk." Sarah berdecak sambil menggelengkan kepalanya.

Nino mengepalkan tangannya kuat, rahangnya mengeras. Ia menghentikan langkahnya dan Sarah ikut menghentikan langkah kakinya. Ia menatap Nino bingung.

"Aku gak tau apa berita itu benar atau enggak. Tapi yang jelas, harusnya kamu bisa bedain mana klepto dan mana yang maling. Dan asal kamu tahu, Kak Flora itu punya hati yang baik. Satu cacat pada psikisnya itu belum tentu membuat hatinya ikut cacat. Jadi, jangan sembarangan nge-judge dia berhati busuk."

Hear My VoiceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang