Seorang gadis dengan rambut hitam bergelombang berdiri tepat di hadapan Farshad. Ia menundukkan kepalanya dalam-dalam, tapi tak membiarkan Farshad lewat sedikitpun. Farshad menghela nafasnya panjang.
"Lo mau apa?" tanya Farshad dingin.
"Gue mau ngomong sama lo." Gadis itu kali ini mengangkat kepalanya dan menatap laki-laki itu dalam. Farshad tak peduli, ia terus mengedarkan pandangannya. Malas berbicara dengan orang asing.
"Ya. Cepet." Farshad melipat kedua tangannya di depan dada.
Ah, benar-benar. Ini akibat Flora tiba-tiba menghilang saat Farshad tinggal untuk membeli air mineral di kantin. Padahal masih pagi. Apa gadis itu membolos lagi?
"Lo tahu gue kan?" Gadis itu terus menatap lurus ke arah Farshad yang tidak begitu memperhatikannya.
"Enggak." Farshad melirik name tag di dada kanan gadis itu. Ternyata, tak ada name tag di sana.
"Gue Tasya. Udah hampir 10x gue kasih tahu nama gue tiap ketemu lo."
Farshad menanggapi ucapan itu dengan wajah datar. Tak begitu peduli.
Ah, Tasya. Cewek itu.
"Karna nama lo gak penting buat diingat." Gadis mana yang tidak akan terluka mendengar ucapan itu? Ucapan kejam yang meluncur bak roket dari mulut Farshad.
Tasya, kakak tingkat yang sejak MOS selalu mendekati Farshad. Namun, tentu saja Farshad tak tertarik sama sekali dengannya.
"Terus sekarang lo mau apa sama gue?" Farshad benar-benar risih berada di sini. Belum lagi semua orang terus menatap ke arah Farshad. Farshad mengumpat dalam hati.
"Gue suka sama lo." Gadis itu masih terus menatap wajah Farshad. Namun Farshad hanya menghela nafasnya panjang, "Gue tahu lo udah punya pacar. Tapi, gue udah suka lo dari pertama kali lo masuk ke sini. Apa lo gak bisa kasih gue kesempatan?"
Cewek ini benar-benar.
Farshad hanya membungkam, kemudian ia langsung memutar tubuhnya dan berusaha melangkah pergi. Namun, Tasya mencegatnya.
"Farsh! Kenapa sih lo harus suka sama cewek murahan kayak Flora? Apa dia yang mohon-mohon supaya lo terima? Dia itu gak pantes buat lo." Nada suara Tasya jelas-jelas begitu tinggi hingga semua orang menatap ke arahnya.
"Apa dasarnya lo bilang cewek gue murahan?" Nada suara Farshad tak tinggi, namun begitu menusuk. Semua orang tahu Farshad sedang menahan emosinya dengan wajah super dingin.
Perempuan itu bungkam.
"Kayaknya lo yang murahan. Nembak gue duluan padahal tahu kalau gue udah punya pacar. Asal lo tahu, yang nembak Flora itu gue. Dan dia adalah cewek paling kuat dan berharga yang pernah gue temuin." Farshad langsung melangkah pergi dengan geram. Ia tak bisa lebih lama lagi berhadapan dengan Tasya. Bisa saja Farshad meledakkan emosinya.
"Gue gak akan pernah tertarik sama cewek yang ngatain orang murahan. Padahal dia jauh lebih murahan." Itulah kalimat terakhir yang Farshad ucapkan pada Tasya sebelum ia benar-benar pergi meninggalkan Tasya yang air matanya jatuh. Bukan air mata sedih, namun air mata kemarahan.
~~~
Farshad melangkah gontai menuju kelas. Saat diambang pintu, ia bisa melihat wajah Flora yang begitu ceria seakan tak punya beban sedang mengobrol dengan teman sebangkunya. Farshad memutar matanya sebal, kemudian melangkahkan kakinya lagi hingga ke tempat duduknya. Sepertinya, gadis itu masih tak menyadari bahwa Farshad baru kembali.
Farshad menghela nafasnya.
Ia kemudian menutup telinganya dengan headset dan membuka buku Sejarah. Ia ingin tenggelam bersama bukunya dalam dunianya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hear My Voice
Teen Fiction[COMPLETE]Flora Callia Valerie, atau sering dipanggil Flora. Cewek populer, cantik, tapi ditakuti cowok. Cewek tomboy yang jagonya berantem. Tapi kalau urusan pelajaran, dia mundur. Bukan karna gak pinter, hanya karna malas. Walaupun terkenal serem...