32. Mirage

39.7K 3K 55
                                        

Flora berdiri di depan kaca besar sambil menatap penampilannya lebih teliti. Entah kenapa, ia merasa ada yang berbeda dengan dating malam ini. Instingnya mengatakan bahwa malam ini, ia harus lebih cantik.

Sebenarnya, tidak ada yang berubah dengan penampilannya yang kemarin-kemarin. Masih dengan penampilan yang sedikit boyish. Jaket jeans, celana jeans, dan kaos hitam putih garis-garis vertikal tanpa lengan. Yang berbeda hanyalah, ia membiarkan rambut kecoklatan panjangnya terurai dan memoles bibirnya sedikit dengan lipstick matte. Ini sudah cukup.

Se-boyish apapun penampilan Flora, dirinya tetap terlihat cantik. Walaupun Farshad tak pernah mengatakan dirinya cantik.

Flora sudah siap! Ah, ia hampir lupa menaruh sentuhan terakhir

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Flora sudah siap! Ah, ia hampir lupa menaruh sentuhan terakhir. Flora pun mengambil parfume beraroma apel hijau segar kesukaannya. Flora memang lebih suka menggunakan parfume beraroma buah-buahan dibanding berbau bunga. Setelah mengambil parfume itu, ia menyemprotkan sedikit ke tubuhnya.

Flora kembali memandangi dirinya di depan cermin. Ia tersenyum getir. Matanya masih sembab. Ia tak tahu bagaimana cara menghilangkan mata sembab. Ah, bodoamat.

Flora menatap jam tangan yang melingkar di pergelangan tangan kirinya. Jam 7, namun Farshad belum juga menjemputnya. Biasanya, laki-laki itu selalu tepat waktu. Malah terkadang ia yang menunggu Flora berdandan.

Baru saja Flora memikirkan Farshad, tak lama kemudian handphone-nya bergetar. Ada pesan masuk.

Farshku💚 : Turun, gue udah di depan.

Sebelum turun ke lantai 1, Flora mengintip dari jendela. Tak ada Farshad, hanya ada motornya. Apa dia...

Flora segera turun ke lantai 1 sambil berlari kecil. Saat di lantai 1 ia melihat Farshad tampak mengobrol dengan Ayahnya dan duduk di ruang tamu. Tak ada wanita yang tadi sore bersama Ayahnya itu lagi. Flora kali ini melangkah perlahan mendekati sofa.

Farshad yang menyadari kehadiran Flora kini berdiri dari tempatnya duduk. Ia tersenyum melihat Flora. Laki-laki ini memang sangat aneh. Bila tadi sore ia seperti tak begitu menghiraukan Flora, kini ia malah tersenyum seperti tak terjadi apapun.

"Om, saya ijin ngajak Flora jalan ya." Farshad pun mencium punggung tangan Ayah Flora. Ayah Flora tersenyum kecil. Ini adalah pertama kalinya Flora melihat Ayahnya tersenyum sejak 1 tahun yang lalu. Kenapa ia bisa tersenyum pada Farshad? Kenapa tak bisa tersenyum pada putrinya sendiri?

"Iya, hati-hati ya Farsh."

Farshad mengangguk, sementara Flora diam mematung di samping tubuh Ayahnya. Ayahnya sama sekali tak mengalihkan pandangannya menuju Flora, namun tiba-tiba Farshad menyenggol lengan Flora dan memberikan aba-aba agar Flora juga mencium tangan Ayahnya.

"Cepetan salim" ujar Farshad dengan mulut yang bergerak tanpa suara.

Entah kenapa, Flora mengikuti perintah Farshad seakan dirinya tengah terhipnotis. Flora membungkukkan tubuhnya dan mencium punggung tangan Ayahnya dengan canggung. Ayahnya sempat tersentak, namun detik berikutnya ia menampilkan wajah datar lagi sambil berkata pelan, "Hati-hati."

Hear My VoiceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang