11. Hold My Hand

56.4K 4K 50
                                        

"Nek, Flora berangkat dulu," ucap Flora tersenyum dan mencium tangan Neneknya. Ia juga mencium tangan dan berpamitan pada Kakeknya.

"Flora sayang, hati-hati ya," ucap wanita tua dengan rambut putih panjang seutuhnya. Kerutan di wajah wanita tua itu seakan tak dapat menutupi kecantikannya. Jelas, wajah cantik milik Ibu Flora diturunkan dari wajah cantik dari Neneknya.

"Jangan lupa makan ya Flora," ucap Kakeknya kali ini tersenyum.

Flora mengangguk.

Untuk masalah uang saku, Flora tak meminta pada Kakek dan Neneknya, bahkan Flora juga selalu membantu Neneknya untuk memasak, mencuci, dan bersih-bersih. Ia tak enak bila harus merepotkan Kakek dan Neneknya yang tua renta.

Flora masih memiliki tabungan yang Ibunya berikan padanya. Cukup untuk makan siang dan membayar sekolah. Sebenarnya, Flora juga berniat mencari pekerjaan. Tapi, ada sesuatu yang membuatnya takut dan mengurungkan niatnya. Entah mungkin Flora akan bekerja apa, Flora masih belum memikirkannya.

Flora ke luar dari rumah, ia melangkah dan membuka pagarnya. Rumah Kakek dan Neneknya terletak di perumahan, sehingga untuk mencari angkot, Flora harus berjalan setidaknya 750 meter dari rumah Kakek dan Neneknya menuju jalan besar. Tak masalah bagi Flora. Itulah sebabnya kenapa ia pergi ke sekolah lebih pagi.

Flora berjalan santai menyusuri jalan komplek perumahan ini. Ia sebenarnya berjalan sambil melamun, pikirannya entah terbang kemana. Bahkan, ia tak bisa mendengar jelas klakson yang terus berbunyi nyaring berkali-kali.

Mobil yang membunyikan klakson itu memperlambat kecepatannya dan bergerak perlahan di samping Flora seakan melangkah mengikuti pergerakan Flora. Kaca mobil terbuka. Seorang lelaki remaja memajukan wajahnya keluar dari mobil dan ia tersenyum lebar.

"Melamun ya sampai gak sadar ada saya?" tanya pemilik mobil sambil tersenyum manis menampakkan lesung pipinya yang manis.

Flora akhirnya tersadar, ia langsung menoleh ke arah laki-laki itu dan sedikit terkejut, "Nino?"

"Iya Kak. Mau ke sekolah? Ayo bareng," ajaknya tak menghentikan senyumnya.

"Lo tinggal di dekat sini?" Bukannya menjawab ajakan itu, Flora malah balik bertanya.

Nino tertawa renyah, "Iya Kak saya tinggal di dekat sini. Ayo Kak masuk dulu, ntar kalau kita cerita di sini malah telat."

Flora mengangguk. Ia kemudian melangkah masuk ke dalam mobil. Namun, sebelumnya Nino menghentikan mobilnya, ia turun dari mobil dan membukakan pintu mobil untuk mempersilakan Flora melangkah masuk.

Selama di perjalanan, mereka terus berbincang-bincang. Suasana hangat menyelimuti mereka. Atmosfir yang jauh berbeda bila dibandingkan dengan saat Flora bersama Farshad.

Waktu berjalan begitu cepat, tak terasa mereka telah sampai di gerbang sekolah. Flora melepaskan sabuk pengamannya dan keluar lebih dulu dari mobil setelah mengucap terimakasih.

Semua mata menatap Flora yang keluar dari mobil bersama Nino. Mungkin setelah ini akan ada gossip yang menyebar luas.

Flora melangkahkan kakinya menuju gedung sekolah. Kemudian, Nino menegur Flora lagi, "Kak Flora!" panggilnya.

Flora menoleh.

"Jangan lupa sabtu nanti ya?" ucapnya tersenyum. Flora ikut tersenyum dan mengacungkan jempolnya tanpa mengeluarkan sepatah kata pun.

Flora melangkah santai menyusuri lorong. Ia membuka bungkus permen karet rasa strawberry kesukaannya. Beberapa laki-laki menyapanya, "Pagi Flora..."

Flora membalas sapaan itu dengan senyuman. Mereka sedikit tertegun. Tidak biasanya Flora membalas sapaan laki-laki yang tak ia kenal. Mungkin karena suasana hati Flora sedang baik. Bukan karena Nino, oh bukan. Tentu saja karena...

Hear My VoiceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang